SEMARAPURA – Hingga saat ini material senderan lahan milik warga yang longsor berlokasi di BTN Penasan, Desa Tihingan, Banjarangan masih menutupi aliran sungai Celagi.
Akibatnya ratusan hektare lahan pertanian di Desa Tihingan tidak mendapat air, bahkan puluhan hektare lahan pertanian padi di desa itu terancam gagal panen.
Sungai Celagi selama ini tidak hanya dimanfaatkan warga Desa Tihingan untuk mandi dan mencuci pakaian, tetapi juga untuk mengairi lahan pertanian milik warga Desa Tihingan, dan Desa Takmung.
Tapi, sejak Senin (21/1) lalu, air tidak lagi mengalir di Sungai Celagi. Itu lantaran material senderan lahan milik warga yang longsor berlokasi di BTN Penasan, Desa Tihingan, Banjarangan menutup aliran sungai tersebut.
Menurut Klian Subak Penasan, Komang Artana, kemarin, ada sekitar 150 hektare lahan pertanian di Subak Penasan yang terkena dampak longsor.
Bahkan, menurutnya, saat ini ada sekitar 58 hektare lahan pertanian padi yang terancam gagal panen karena tidak mendapat air.
“Dari 150 hektare itu ada dua sisi. Di sisi timur ditanami padi, sedangkan di sisi barat palawija. Ini semua tidak dapat air,” ujarnya.
Itu sebabnya setelah melihat ada bencana tersebut, pihaknya langsung melapor ke Pemkab Klungkung untuk memohon bantuan penanganan.
Oleh Pemkab Klungkung akhirnya dipinjami alat berat untuk membersihkan material longsor tersebut. Sayang, alat berat tersebut tidak bisa bekerja secara maksimal lantaran tanah di sekitar senderan cukup labil.
“Jadi sampai saat ini belum tertangani. Air belum mengalir ke persawahan kami,” katanya. Pihaknya mengaku berencana untuk menangani timbunan longsor yang menutup aliran sungai Celagi itu secara manual.
“Kami coba untuk gotong royong besok secara manual. Kalau bagaimana lagi, saya akan lapor dengan Pak Bupati,” tandasnya.