27.8 C
Jakarta
14 Desember 2024, 4:58 AM WIB

Pasokan Air Seret, Petani Padi Jembrana Terancam Gagal Panen

NEGARA – Dampak kemarau sudah dirasakan para petani Jembrana. Contohnya, bulir padi di lahan-lahan pertanian di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, yang semestinya sudah berbuah, justru tumbuh kerdil.

Menurut para petani setempat, kekeringan lahan pertanian terjadi sejak sebulan terakhir. Petani dari Subak Tibu Paras, Banjar Katulampa, Desa Manistutu, awalnya menerima pasokan air dari saluran irigasi.

Karena air sungai semakin sedikit, tidak bisa naik ke lahan sawah petani. “Sudah sebulan ini air sungainya kecil, tidak bisa naik ke sawah,” kata Nyoman Deleng, 65, petani asal Banjar Katulampa.

Luas lahan pertanian di wilayahnya, sekitar 70 hektare dan yang mengalami kekeringan sekitar 30 hektare.

Awalnya petani melihat air masih banyak dan hujan sering terjadi, sehingga mencoba untuk menanam padi.

Ternyata, prediksi meleset kekeringan ini terjadi saat usia tanam 20 hari. Sekarang padi mulai menguning dan tanah mulai pecah-pecah.

Kekeringan juga terjadi di Banjar Ketiman Manistutu. Kekeringan lahan pertanian sekitar 30 hektare dan seluas 15 hektare sudah terancam gagal panen karena kondisinya sudah kering sehingga tidak bisa diselamatkan.

“Umurnya kecil sudah tidak ada air, sekitar15 hektare tidak bisa diselamatkan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wayan Sutama, kemarin.

Menurutnya, untuk kekeringan di banjar Katulampa termasuk dalam kategori ringan, terparah terjadi di Banjar Ketiman.

Sawah di Katulampa sudah ada air, sehingga kegagalan panen masih bisa diminimalisir. Sedangkan di banjar Ketiman termasuk kekeringan kategori berat, terutama 15 hektare dari 30 hektare yang kekeringan.

“Kalau ada hujan yang lain masih bisa diselamatkan,” terangnya. Kekeringan juga terjadi di Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan.

Pihaknya mendata, sekitar 147 hektare lahan pertanian kekeringan, dalam kategori ringan, sedang dan berat. Sebagian lahan yang masuk kategori ringan masih bisa diselamatkan dengan air dari pompa. 

NEGARA – Dampak kemarau sudah dirasakan para petani Jembrana. Contohnya, bulir padi di lahan-lahan pertanian di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, yang semestinya sudah berbuah, justru tumbuh kerdil.

Menurut para petani setempat, kekeringan lahan pertanian terjadi sejak sebulan terakhir. Petani dari Subak Tibu Paras, Banjar Katulampa, Desa Manistutu, awalnya menerima pasokan air dari saluran irigasi.

Karena air sungai semakin sedikit, tidak bisa naik ke lahan sawah petani. “Sudah sebulan ini air sungainya kecil, tidak bisa naik ke sawah,” kata Nyoman Deleng, 65, petani asal Banjar Katulampa.

Luas lahan pertanian di wilayahnya, sekitar 70 hektare dan yang mengalami kekeringan sekitar 30 hektare.

Awalnya petani melihat air masih banyak dan hujan sering terjadi, sehingga mencoba untuk menanam padi.

Ternyata, prediksi meleset kekeringan ini terjadi saat usia tanam 20 hari. Sekarang padi mulai menguning dan tanah mulai pecah-pecah.

Kekeringan juga terjadi di Banjar Ketiman Manistutu. Kekeringan lahan pertanian sekitar 30 hektare dan seluas 15 hektare sudah terancam gagal panen karena kondisinya sudah kering sehingga tidak bisa diselamatkan.

“Umurnya kecil sudah tidak ada air, sekitar15 hektare tidak bisa diselamatkan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wayan Sutama, kemarin.

Menurutnya, untuk kekeringan di banjar Katulampa termasuk dalam kategori ringan, terparah terjadi di Banjar Ketiman.

Sawah di Katulampa sudah ada air, sehingga kegagalan panen masih bisa diminimalisir. Sedangkan di banjar Ketiman termasuk kekeringan kategori berat, terutama 15 hektare dari 30 hektare yang kekeringan.

“Kalau ada hujan yang lain masih bisa diselamatkan,” terangnya. Kekeringan juga terjadi di Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan.

Pihaknya mendata, sekitar 147 hektare lahan pertanian kekeringan, dalam kategori ringan, sedang dan berat. Sebagian lahan yang masuk kategori ringan masih bisa diselamatkan dengan air dari pompa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/