28.6 C
Jakarta
14 Desember 2024, 11:13 AM WIB

Harga Tinggi, Petani Cabai Kembangkan Cabai Lokal Berkualitas Bagus

SINGARAJA – Dinas Pertanian Buleleng mengusulkan perlindungan varietas cabai rawit merah lokal. Varietas ini cukup diminati masyarakat.

Selain itu kualitasnya pun sangat bagus, ketimbang varietas cabai yang dilepas pabrikan. Saat ini di Buleleng terdapat beberapa sentra pertanian cabai rawit merah.

Di antaranya Desa Pakisan dan Bontihing di Kecamatan Kubutambahan, Desa Bebetin di Kecamatan Sawan, Desa Kalisada

di Kecamatan Seririt, Desa Pancasari di Kecamatan Sukasada, serta Desa Pemuteran dan Sumberkima di Kecamatan Gerokgak.

Di Subak Tabang Desa bebetin misalnya. Saat ini terdapat dua hektare lahan pertanian cabai rawit merah. Total ada lima orang petani yang bercocok tanam cabai.

Kelian Subak Tabang Gede Parten mengatakan, bercocok tanam cabai rawit merah cukup menjanjikan. “Saya ini kan pakai bibit sendiri. Bisa dibilang varietas lokal. Hasilnya lumayan. Setiap panen, sudah ada pengepul dari (desa) Pakisan yang siap ambil,” kata Parten.

Di lahan seluas 40 are, cabai rawit merah bisa dipanen hingga 140 kilogram sekali panen. Biasanya panen cabai dilakukan enam hari sekali, selama dua bulan penuh.

Buah yang dihasilkan pun cukup besar, rata-rata panjangnya mencapai lima centimeter. Dagingnya juga terbilang tebal dan pedas.

“Sekilo biasanya naik 330 biji. Kalau sekarang dijual di pengepul dapat harga Rp 35 ribu per kilogram. Kalau di pasar mungkin sekitar Rp 60ribu per kilogram. Karena harganya bagus, sementara jual mentah begini saja,” imbuhnya.

Sementara itu Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi yang dkonfirmasi terpisah, mengatakan cabai rawit merah varietas lokal Buleleng memang memiliki hasil yang sangat bagus.

Bahkan dalam kontes-kontes tingkat nasional, cabai rawit merah Buleleng selalu menjadi primadona.

“Kulitas cabai rawit merah kita sangat bagus. Ukurannya besar dan panjang. Warnanya merah, dagingnya tebal,

rasanya juga pedas. Sebab ada cabai rawit yang warnanya kelihatan merah, tapi nggak terlalu pedas,” kata Subudi.

Selama ini petani-petani di Buleleng memang lebih menggemari varietas lokal, ketimbang varietas yang dikeluarkan oleh pabrikan.

Pemerintah pun berencana mengajukan usulan perlindungan varietas cabai rawit merah lokal pada Kementerian Pertanian.

“Selama ini petani kita memang nggak mau pakai bibit yang dari pabrikan itu. Kebetulan varietas lokal kita memang bagus sekali hasilnya. Makanya kami ajukan perlindungan varietas cabai rawit merah ini,” demikian Subudi.

Sekadar diketahui, cabai rawit kini menjadi salah satu varietas yang paling diminati petani hortikultura di Buleleng. Pada 2017 luas lahan cabai mencapai 2.204 hektare dengan produksi mencapai 10.609 ton.

SINGARAJA – Dinas Pertanian Buleleng mengusulkan perlindungan varietas cabai rawit merah lokal. Varietas ini cukup diminati masyarakat.

Selain itu kualitasnya pun sangat bagus, ketimbang varietas cabai yang dilepas pabrikan. Saat ini di Buleleng terdapat beberapa sentra pertanian cabai rawit merah.

Di antaranya Desa Pakisan dan Bontihing di Kecamatan Kubutambahan, Desa Bebetin di Kecamatan Sawan, Desa Kalisada

di Kecamatan Seririt, Desa Pancasari di Kecamatan Sukasada, serta Desa Pemuteran dan Sumberkima di Kecamatan Gerokgak.

Di Subak Tabang Desa bebetin misalnya. Saat ini terdapat dua hektare lahan pertanian cabai rawit merah. Total ada lima orang petani yang bercocok tanam cabai.

Kelian Subak Tabang Gede Parten mengatakan, bercocok tanam cabai rawit merah cukup menjanjikan. “Saya ini kan pakai bibit sendiri. Bisa dibilang varietas lokal. Hasilnya lumayan. Setiap panen, sudah ada pengepul dari (desa) Pakisan yang siap ambil,” kata Parten.

Di lahan seluas 40 are, cabai rawit merah bisa dipanen hingga 140 kilogram sekali panen. Biasanya panen cabai dilakukan enam hari sekali, selama dua bulan penuh.

Buah yang dihasilkan pun cukup besar, rata-rata panjangnya mencapai lima centimeter. Dagingnya juga terbilang tebal dan pedas.

“Sekilo biasanya naik 330 biji. Kalau sekarang dijual di pengepul dapat harga Rp 35 ribu per kilogram. Kalau di pasar mungkin sekitar Rp 60ribu per kilogram. Karena harganya bagus, sementara jual mentah begini saja,” imbuhnya.

Sementara itu Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi yang dkonfirmasi terpisah, mengatakan cabai rawit merah varietas lokal Buleleng memang memiliki hasil yang sangat bagus.

Bahkan dalam kontes-kontes tingkat nasional, cabai rawit merah Buleleng selalu menjadi primadona.

“Kulitas cabai rawit merah kita sangat bagus. Ukurannya besar dan panjang. Warnanya merah, dagingnya tebal,

rasanya juga pedas. Sebab ada cabai rawit yang warnanya kelihatan merah, tapi nggak terlalu pedas,” kata Subudi.

Selama ini petani-petani di Buleleng memang lebih menggemari varietas lokal, ketimbang varietas yang dikeluarkan oleh pabrikan.

Pemerintah pun berencana mengajukan usulan perlindungan varietas cabai rawit merah lokal pada Kementerian Pertanian.

“Selama ini petani kita memang nggak mau pakai bibit yang dari pabrikan itu. Kebetulan varietas lokal kita memang bagus sekali hasilnya. Makanya kami ajukan perlindungan varietas cabai rawit merah ini,” demikian Subudi.

Sekadar diketahui, cabai rawit kini menjadi salah satu varietas yang paling diminati petani hortikultura di Buleleng. Pada 2017 luas lahan cabai mencapai 2.204 hektare dengan produksi mencapai 10.609 ton.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/