DENPASAR – Proyek pengembangan Pelabuhan Benoa yang dikerjakan Pelindo III menelan anggaran superjumbo. Nilainya mencapai Rp 530 miliar.
Anggaran itu diperuntukkan untuk proyek pendalaman alur, gate, beautifikasi, dan pengembangan terminal. Besarnya anggaran yang dihabiskan menuntut ada imbal balik.
Komisi VI DPR RI meminta manajemen Pelindo III menghasilkan untung untuk menambal dana yang terlanjur dihabiskan untuk membiayai pengembangan Pelabuhan Benoa.
Terkait masukan dan sorotan DPR RI, General Manger Pelindo III Ari Askhara mengatakan, ada perbaikan fasilitas agar Pelabuhan Benoa bisa menjadi pelabuhan Internasional.
Proyek tersebut akan mulai dikerjakan di Minggu ketiga bulan ini. Dan saat ini proses tendernya telah memasuki masa final. “Belum ada pemenangnya, tapi itu dari asing,” kata Askhara.
Selama enam bulan pengerjaan, proyek pengembangan pelabuhan Benoa jangka pendek ini diharapkan selesai pada bulan September mendatang.
Saat ini, untuk proyek tersebut masih menunggu clearance dari BPKP sehingga semua benar-benar selesai dan tidak yang ditutupi.
Sumber dana pengembangan proyek ini didapat dari internal Pelindo sebanyak Rp 1,7 triliun. Sisanya untuk pengembangan itu dari investor asing yang kemungkinan mencapai Rp 7 triliun.
“Kami harap investor asing juga bawa benefit seperti mendatangkan penumpang atau market,” terangnya.
Disinggung benefit yang tak hanya sekadar mengejar even IMF-World Bank, proyeksi keuntungan dari cruise diakui tidak terlalu besar yakni berkisar hanya 7 persen.
Namun, ada kombinasi dengan adanya bongkar muat gas, kemudian ada properti, dan keberadaan fish market bisa mencapai 15 persen dengan periode sekitar 7 tahun.
“Untuk Bali sendiri tidak usah khawatir, Bali menjadi destinasi wisata dunia. Jadi tentang benefit yang dihasilkan tidak usah khawatir. Dari cruise saja, hingga memasuki bulan Februari telah ada 9 call,” pungkasnya