GEROKGAK – Segala sektor nyaris dibuat lumpuh akibat merebaknya corona virus disease (Covid-19). Tak terkecuali petani rumput laut di pesisir utara Pulau Bali, tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Para nelayan yang mengandalkan mata pencarian sehari mereka selain dari melaut dengan membudidaya rumput laut mulai merana.
Pasalnya, sejak April lalu sudah tak lagi memanen rumput laut mereka. Sejumlah supplier di Denpasar atau perusahaan yang biasanya membeli rumput laut mereka, enggan membeli atau menampung rumput laut hasil petani setempat.
Tidak hanya petani yang merasakan kesulitan. Tetapi juga para pengempul, pedagang dan perusahaan mereka sudah menyetop pembelian rumput laut. Karena khawatir rumput laut tak laku terjual.
Apalagi permintaan ekspor macet karena Covid-19. Itu dituturkan oleh Ketua Kelompok Nelayan Segara Indah Desa Sumberkima, Gerokgak Khairus Saleh kemarin.
Menurutnya, sebagai dampak merebaknya virus corona, kini taka da lagi pembeli rumput laut. Padahal, saat ini adalah musim panen rumput laut.
“Kami beberapa kali menghubungi pihak pedagang dan perusahaan pabrik rumput laut. Meraka katanya belum bisa membeli rumput laut.
Takut tidak laku dijual. Pabrik juga demikian belum memproduksi. Karena lemah daya beli masyarakat dan ekonomi yang sulit saat ini,” ungkapnya.
Diakuinya Saleh, saat ini ada sekitar 30 ton rumput laut yang ditanam oleh 12 anggota kelompok nelayan masih tertanam dilaut.
Sebanyak 30 ton rumput laut tersebut yang seharusnya bulan April lalu dipanen. Karena virus korona akhirnya distop oleh petani rumput laut.
“Kami terpaksa stop panen, takut rusak rumput laut dan tidak laku jika dipanen,” ujar Saleh. Akibatnya, harga rumput laut anjlok.
Dulunya rumput laut basah bisa laku terjual ke pabrik dan pedagang sebesar Rp 2000/perkilogram. Kini berkisar Rp 1000-1200 ribu/perkilogramnya.
“Akibat dampak ini. Para nelayan kini hanya mengandalkan penghasilan dari melaut saja. Itu sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari,” tandasnya.