29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:27 AM WIB

Butuh Bibit Unggul, Petani Pisang Usulkan Laboratorium Kultur Jaringan

KUBUTAMBAHAN – Petani pisang di Desa Bukti, Kubutambahan, mengusulkan agar pemerintah membuat laboratorium kultur jaringan di Kabupaten Buleleng.

Sehingga petani bisa mendapat bibit unggul yang lebih tahan dari hama dan penyakit. Sebab selama ini para petani kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas.

Di Desa Bukti, para petani kini mengembangkan ladang untuk kebun pisang. Perkebunan dimulai sejak 2019 lalu.

Dari lahan seluas 3,4 hektare, baru seluas 2,2 hektare yang dimanfaatkan. Total ada 2.200 batang pohon pisang yang dikembangkan di sana.

“Rencananya kami mengembangkan lagi. Petani di sini juga sudah berminat menanam pisang. Tapi jujur saja kami masih agak kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas,” kata Ketua Kelompok Tani Kerthi Winangun I Made Suparta.

Idealnya petani mendapatkan bibit dari hasil kultur jaringan. Bibit hasil kultur jaringan disebut memiliki sejumlah kelebihan.

Yakni lebih tahan dari hama dan penyakit. Selain itu buah yang dihasilkan juga lebih besar ketimbang bibit biasa.

“Kalau cari anakan (bibit, Red) dalam jumlah banyak, seringkali kami tidak dapat jaminan bibit itu sehat. Kalau bisa, ada lab kultur jaringan dengan kapasitas

20 ribu bibit per tahun. Kalau dengan kapasitas segitu, dalam tiga tahun kami bisa menanam di lahan seluas 60 hektare,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta yang dihubungi terpisah mengatakan, bibit yang ideal memang dihasilkan melalui proses kultur jaringan.

“Homogenitas tanaman itu bisa dipetakan kalau pembibitan dilakukan lewat kultur jaringan. Dibandingkan penyediaan (bibit) dengan sistem bonggol, dari segi hama penyakit memang tidak ada jaminan,” kata Sumiarta.

Terkait harapan petani menyediakan laboratorium kultur jaringan, Sumiarta mengaku pemerintah tengah mempertimbangkannya.

Pihaknya kini tengah menjalin komunikasi dengan Universitas Udayana untuk pemenuhan bibit melalui sistem kultur jaringan.

“Mungkin kedepannya kami bisa kerjasama dengan Unud. Sehingga nanti mereka bisa buat laboratorium kecil di desa-desa.

Kami inginnya lab itu bisa dibangun di Bukti untuk sentra pembibitan pisang, dan di Pancasari untuk sentra pembibitan stroberi,” demikian Sumiarta. 

KUBUTAMBAHAN – Petani pisang di Desa Bukti, Kubutambahan, mengusulkan agar pemerintah membuat laboratorium kultur jaringan di Kabupaten Buleleng.

Sehingga petani bisa mendapat bibit unggul yang lebih tahan dari hama dan penyakit. Sebab selama ini para petani kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas.

Di Desa Bukti, para petani kini mengembangkan ladang untuk kebun pisang. Perkebunan dimulai sejak 2019 lalu.

Dari lahan seluas 3,4 hektare, baru seluas 2,2 hektare yang dimanfaatkan. Total ada 2.200 batang pohon pisang yang dikembangkan di sana.

“Rencananya kami mengembangkan lagi. Petani di sini juga sudah berminat menanam pisang. Tapi jujur saja kami masih agak kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas,” kata Ketua Kelompok Tani Kerthi Winangun I Made Suparta.

Idealnya petani mendapatkan bibit dari hasil kultur jaringan. Bibit hasil kultur jaringan disebut memiliki sejumlah kelebihan.

Yakni lebih tahan dari hama dan penyakit. Selain itu buah yang dihasilkan juga lebih besar ketimbang bibit biasa.

“Kalau cari anakan (bibit, Red) dalam jumlah banyak, seringkali kami tidak dapat jaminan bibit itu sehat. Kalau bisa, ada lab kultur jaringan dengan kapasitas

20 ribu bibit per tahun. Kalau dengan kapasitas segitu, dalam tiga tahun kami bisa menanam di lahan seluas 60 hektare,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta yang dihubungi terpisah mengatakan, bibit yang ideal memang dihasilkan melalui proses kultur jaringan.

“Homogenitas tanaman itu bisa dipetakan kalau pembibitan dilakukan lewat kultur jaringan. Dibandingkan penyediaan (bibit) dengan sistem bonggol, dari segi hama penyakit memang tidak ada jaminan,” kata Sumiarta.

Terkait harapan petani menyediakan laboratorium kultur jaringan, Sumiarta mengaku pemerintah tengah mempertimbangkannya.

Pihaknya kini tengah menjalin komunikasi dengan Universitas Udayana untuk pemenuhan bibit melalui sistem kultur jaringan.

“Mungkin kedepannya kami bisa kerjasama dengan Unud. Sehingga nanti mereka bisa buat laboratorium kecil di desa-desa.

Kami inginnya lab itu bisa dibangun di Bukti untuk sentra pembibitan pisang, dan di Pancasari untuk sentra pembibitan stroberi,” demikian Sumiarta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/