BULELENG-Petani anggur di Kecamatan Banjar, Buleleng merugi.
Musim panen yang sebelumnya diprediksi jatuh pada Mei justru meleset dari jadwal.
Seperti diakui salah satu petani anggur, Komang Sutama, 57. Ditemui Jawa Pos Radar Bali, pemilik 18 hektar kebun anggur ini mengaku rugi besar.
Tanaman anggur yang semestinya panen pada Mei 2019 ini justru gagal. Penyebabnya, kata Sutama bunga anggur yang semestinya berubah menjadi buah justru rontok.
“Beberapa kali dilakukan pemupukan dan penyemprotan namun tak ada perubahan. Tidak tumbuhnya bungan anggur akibat dari faktor kondisi cuaca yang buruk curah hujan yang tidak tentu kadang kala hujan kadang juga panas,” kata Sutama, Sabtu (11/5).
Bahkan, imbuh Sutama, terpuruknya kondisi petani anggur di wilayah Banjar sudah terjadi sejak tahun 2000 silam. “Dulu sebelum kondisi seperti ini, masa panen anggur bisa diprediksi dengan tiga kali musim panen dalam setahun,”tandasnya.
Sayangnya, kondisi itu kini sudah jauh berubah. Bahkan saat kenaikan harga buah anggur saat ini yang mencapai Rp 25 ribu per kilogram, para petani tak bisa berbuat banyak.
Jumlah panen menurun. Bahkan saat kondisi normal dari rata-rata hasil panen 2 ton per hektar, saat ini, akibat dampak cuaca buruk, para petani hanya maksimal bisa memanen sebanyak 50 kwintal per hektar.
“Sehingga dengan penurunan hasil panen, kami rugi besar karena antara panen dengan biaya tenaga dan pupuk tak sebanding” pungkasnya.