DENPASAR – Salah satu resto favorit saya di seputaran Denpasar adalah Gosha Kitchen Patisserie.
Resto yang didirikan seorang generasi milenial ini, setiap hari ramai banget dikunjungi pelanggan.
Testimoni yang saya dengar tentang resto ini adalah menu makanannya enak, harganya affordable serta tempatnya instagramable.
Saya termasuk pelanggan setia sejak awal Gosha Kitchen berdiri di tahun 2010. Saat itu, menu makanan yang ditawarkan sama enaknya dengan saat ini, namun pelanggannya belum ramai.
Resto Gosha Kitchen baru mulai ramai tahun 2014, hingga saat ini telah memiliki 3 cabang.
Pertanyaannya kenapa Gosha Kitchen yang buka sejak tahun 2010, baru mulai ramai dan berhasil di tahun 2014?
Ownernya bilang, karena Gosha Kitchen akhirnya menemukan bisnis model yang tepat.
Bisnis model suatu hal yang wajib dipahami setiap orang yang mau membuka usaha.
Umum dan sering terjadi, seseorang langsung take action membuka usaha, tanpa pemahaman komprehensif akan usaha yang akan digelutinya.
Akibatnya, usaha yang dirintis memiliki tingkat kesulitan tinggi untuk berkembang, modal yang dikeluarkan sebagian besar membiayai proses “trial & error”, serta probabilitas kegagalan pun besar. Pertanyaannya, bagaimana caranya membuat bisnis model?
Dalam membuat bisnis model yang efektif dan mudah dipahami, Alexander Osterwalder memperkenalkan konsep Lean Canvas. Konsep ini menggabungkan 9 aktivitas kunci yang saling terkait, yaitu;
1. Customer Segments
Aktivitas pertama dalam membuat bisnis model adalah, menentukan orang/kelompok yang akan menjadi fokus konsumen kita.
Analisa yang tajam harus dilakukan, misalnya analisa calon konsumen berdasarkan kebutuhannya atau juga analisa berdasarkan “pain” calon konsumen yang belum terobati oleh produk/layanan yang telah ada sebelumnya.
2. Value Propositions
Value Propositions adalah upaya kita menggambarkan nilai dari produk/layanan kepada konsumen yang kita bidik.
Dengan upaya ini, diharapkan konsumen tersebut berpindah dari biasanya menggunakan produk/layanan perusahaan lain, menjadi menggunakan produk/layanan perusahaan kita.
Hal ini bisa berhasil, jika Value propositions memiliki sifat inovatif yang dapat memecahkan permasalahan kebutuhan konsumen.
Contoh Value yang bisa kita berikan design, brand/status, price, cost reduction, risk reduction, convenience.
3. Channels
Memiliki Value Propotitions yang bagus namun tidak tahu saluran untuk mengomunikasikan pada calon konsumen yang akan bidik, tidak akan membuat bisnis kita berkembang.
Kita wajib paham saluran apa yang digunakan untuk mempromosikan/menyampaikan keunggulan value dari produk/layanan kita.
Dengan kita aktif berpromosi, maka akan terbentuk awareness konsumen pada produk/layanan dan memudahkan konsumen membeli produk/layanan yang ditawarkan.
4. Customer Relationships
Mendeskripsikan seperti apa hubungan yang akan terbangun antar perusahaan kita dengan konsumen merupakan hal penting.
Konsumen akan memiliki hubungan baik dengan perusahaan kita, jika experience yang didapatnya memuaskan.
Konsumen tersebut akan menjadi orang pertama yang “membela” produk/layanan kita di market.
5. Revenue Streams
Merencanakan besarnya pendapatan yang akan diterima, memiliki keterkaitan dengan keberhasilan kita mengetahui mana yang akan membuat konsumen membayar.
Revenue secara garis besar bersumber dari one -time costumer payments dan pembayaran terus menerus akan value propositions.
Contohnya pada bisnis saya adalah pembayaran biaya provisi dan pembayaran biaya bunga setiap bulannya.
6. Key Activities
Key Activities adalah kegiatan yang harus dilakukan sehingga bisnis model yang kita bentuk dapat berjalan sukses. Contoh kegiatannya adalah production, problem solving dan platform/network.
7. Key Resources
Untuk menjalankan bisnis model, penting bagi kita mengetahui seberapa besar sumber daya yang kita miliki.
Dengan detail mengetahui hal tersebut, maka kita dapat menentukan strategi yang harus diterapkan untuk menggapai market.
Sumber daya tersebut berupa uang, mesin, bangunan, brand, dan human resource.
8. Key Partnerships
Membuat sebuah bisnis model dapat berjalan, kita membutuhkan partner. Partner dapat berupa supplier, mitra pemodal atau orang yang sangat ahli dibidang tersebut.
Dengan adanya partner akan memudahkan kita mendapatkan sumber daya tertentu yang kita butuhkan. Selain itu dengan berpartner dapat mengurangi resiko dan membantu scale up.
9. Cost Structure
Cost Structure mendeskripsikan semua biaya yang muncul untuk menjalankan sebuah Business Model.
Biaya-biaya tersebut akan mudah diidentifikasi setelah mendefinisikan Key Resources, Key Activities dan Key Partnership.
Setelah kita tahu dan paham cara membuat bisnis model, ayo jangan ragu untuk mempraktekkannya. Ayo segera wujudkan bisnis yang jadi impian Anda.
Hal tersebut tidak mudah, namun saya percaya, Anda pasti menemukan takdir sukses. Salam Perjuangan! (rba)