SINGARAJA – Pemasaran produk buah lokal terus digenjot. Produk buah lokal yang diproduksi petani-petani di desa, diharapkan bisa mengisi ceruk pasar untuk kebutuhan industri pariwisata.
Bahkan diharapkan bisa menembus pasar ekspor. Kini sejumlah produk buah lokal Buleleng memang sudah menembus pasar ekspor.
Di antaranya buah manggis dan buah naga. Hanya saja jumlahnya masih terbatas. Selain kedua komoditas itu, ada sejumlah komoditas lain yang berpeluang menembus pasar lebih luas lagi.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan, potensi buah-buahan lokal di Buleleng sangat besar. Buleleng bukan hanya terkenal karena komoditas seperti anggur, mangga, stroberi, buah naga, atau manggis saja.
Namun, ada sejumlah potensi lain yang belum digarap maksimal, seperti durian dan leci. “Desa-desa seperti Sekumpul, Galungan, dan Lemukih ini produk buah-buahannya punya potensi besar.
Contohnya manggis, durian, dan lecinya juga enak. Saya harap petani bisa fokus mengembangkan buah-buahan ini,” kata Agus saat tatap muka dengan kelompok petani di Balai Desa Galungan.
Menurut Agus, Pemprov Bali sudah membuka peluang pasar yang luas lewat peraturan pemanfaatan buah-buah lokal.
Produk petani lokal mendapat prioritas di industri pariwisata, ketimbang buah-buahan impor. Meski mendapat prioritas, Agus meminta agar petani juga memperhatikan kualitas.
Apabila kualitasnya di bawah standar, maka buah pun tak bisa diserap industri pariwisata. “Ada peluang besar yang bisa kita manfaatkan.
Apalagi potensi buah-buahan Buleleng ini besar sekali. Paling besar dibanding daerah-daerah lain di Bali. Makanya peluang ini harus dimanfaatkan,” tegasnya.
Ia pun meminta Dinas Pertanian Buleleng melakukan pendampingan secara intens pada para petani. Terutama dalam hal tata kelola kebun.
Sehingga proses pembibitan, pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pasca-panen dapat ditangani dengan optimal.