DENPASAR – Setelah mengikuti ajang pameran Internasional pada pertengahan Februari lalu di Jerman, banyak pasar baru yang menjadi potensi peningkatan eksportir handicraft Bali.
Dengan kondisi tersebut, Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali diharapkan membawa efek positif bagi pengusaha handicraft untuk lebih meningkatkan produksi.
Ketua Asephi Bali Ketut Dharma Siadja mengatakan, hasil positif yang dibawa dari pameran di Jerman yakni munculnya potensi pasar baru selain Amerika dan Eropa yang selama ini menjadi negara tujuan terbesar ekspor kerajinan asal Bali.
“Kemungkinan akan menyasar Uni Emirated Arab seperti Dubai dan lainnya. India juga begitu antusias dengan produk kerajinan Bali. Ini jadi efek positif,” ujar Dharma Siadja kemarin.
Dia menambahkan, Pasar Uni Emirat Arab dan India menjadi pasar yang sangat potensial. Ini berkaitan dengan tingginya kunjungan kedua negara tersebut ke Bali.
Sehingga saat pameran, cukup mendapat perhatian para pengunjung dari berbagai negara seperti India dan Timur Tengah.
“Kalau ini bisa tembus, ini akan menambah gairah eksportir kita. Bahkan tidak hanya dari segi handicraft tapi juga hasil industri garmen dan juga produk lainnya,” kata Siadja.
Sementara untuk pasar lokal sendiri, paling banyak kerajinan Bali diserap oleh ritel-ritel di Jakarta. Namun secara kuantitas, jumlah barang yang beredar lebih banyak untuk ekspor.
Dari segi harga pun ada perbedaan. Untuk harga di pasar lokal Indonesia harganya lebih mahal ketimbang untuk ekspor.
“Kuantitasnya sedikit di pasar lokal, makanya mahal. Tapi kalau untuk ekspor, kuantitasnya banyak, makanya harganya lebih murah,” pungkasnya.