DENPASAR – Gencarnya pemberian pemahaman tentang pasar modal di Bali yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi efek positif.
Ini terlihat dari capaian transaksi dan juga jumlah investor yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) regional VIII Bali-Nusa Tenggara mencatat, nilai transaksi saham di Bali hingga bulan Februari mencapai Rp 1,4 triliun.
Nilai ini meningkat 60 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 856 miliar atau naik hampir 70 persen.
Peningkatan transaksi ini ditunjang dengan peningkatan jumlah investor yang banyak membuka rekening.
“Melalui program menabung saham dengan hanya modal Rp 100 ribu sudah bisa beli saham ini memberi efek positif,” kata Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Nonbank (IKNB)
OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Husein Triarso saat peresmian kantor BEI di Jalan Cok Agung Tresna Nomor 163 Renon, Sabtu lalu (14/4).
Bulan Februari 2018, jumlah investor saham di Bali mencapai 11.264 atau tumbuh 28,06 persen dari posisi terakhir di 2017 yang mencapai 8.796 rekening.
Banyaknya komunitas trader yang tumbuh juga turut meningkatkan jumlah transaksi saham di Bali. Hanya saja, diakui masih ditemukan beberapa kendala yang dihadapi.
Seperti tingkat literasi dan inklusi penggunaan pasar modal di Bali yang masih kecil. “Hasil survei OJK tahun 2016 secara nasional,
pasar modal masih di bawah industri perbankan, maupun industri keuangan non bank dan industri lainnya. Hanya 4,5 persen saja,” tuturnya.
Selain saham, perkembangan reksadana juga meningkat. Hingga Februari 2018 sebanyak 10.618 atau meningkat 60,35 persen dari posisi terakhir 2017 yang sebanyak 6.341.
OJK bersama BEI akan rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum, mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan.