AMLAPURA – Perajin arak di Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sidemen, Karangasem mulai kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Wabah corona virus diseases (Covid-19) telah membuat banyak warga kehilangan pekerjaannya sehingga membuat daya masyarakat menurun.
Tidak terkecuali dengan permintaan arak yang mengalami penurunan sejak wabah tersebut menyebar.
Perbekel Telaga Tawang Komang Muja Arsana menuturkan, permintaan arak yang diproduksi para perajin arak
Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sidemen, Karangasem mengalami penurunan sekitar 10-20 persen sejak virus corona mewabah.
Itu terjadi lantaran banyak pekerja yang di PHK atau dirumahkan akibat virus tersebut sehingga menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat.
Termasuk daya beli masyarakat terhadap minuman beralkohol yang diproduksi secara tradisional tersebut.
Tidak sampai di sana, warung-warung yang biasanya menjajakan arak pun banyak yang telah tutup akibat virus dari Kota Wuhan, Tiongkok ini.
“Arak yang dibuat warga kami ini dipasarkan hampir ke seluruh kabupaten yang ada di Bali. Dengan adanya virus corona ini, sangat berdampak pada warga kami yang bekerja sebagai perajin arak,” terangnya.
Meski penurunan permintaan terjadi berkisar 10-20 persen, menurutnya, hal itu sangat berdampak pada kemampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari sekitar 400-an KK warga Desa Telaga Tawang yang berprofesi sebagai perajin arak.
Sebab sebagian besar warganya yang berprofesi sebagai perajin arak merupakan warga kurang mampu.
“Dari total 927 KK yang ada di Desa Telaga Tawang, sekitar 400-an KK merupakan perajin arak. Dan sebagian besar dari mereka adalah keluarga kurang mampu,” bebernya.
Namun kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari itu menurutnya tidak membuat ratusan KK perajin arak meninggalkan profesinya tersebut.
Sampai saat ini, para perajin arak di Desa Telaga Tawang tetap memproduksi arak mengingat hanya itu keahlian yang mereka miliki.
Meski ada juga yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan, menurutnya tidak ada yang mempekerjakan mereka dengan kondisi perekonomian seperti ini.
“Siapa yang membangun dengan kondisi seperti ini. Jadi warga kami tetap memproduksi arak walau terjadi penurunan permintaan. Permintaan dari Polda Bali sampai saat ini belum ada,” jelasnya.
Lebih lanjut diungkapkannya, sekitar 12 liter arak dapat diproduksi satu KK per tiga hari. Harga yang ditawarkan tergantung kualitas dan kadar alkohol arak.
Semakin bagus kualitas arak, maka harganya semakin tinggi pula. Hanya saja dengan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini, kualitas arak Desa Telaga Tawang agak kurang baik.
“Kualitas arak akan bagus saat cuaca panas. Warga kami ada yang menyerahkan araknya ke pengepul dan ada pula yang memasarkannya secara mandiri,” tandasnya.