SEMARAPURA – Kecamatan Nusa Penida kian hari kian berkembang berkat industri pariwisatanya yang terus menggeliat.
Meski begitu, sejumlah warganya tetap melakukan inovasi di sektor-sektor lain. Seperti mengolah rumput laut yang memang menjadi unggulan Nusa Penida sebelum industri pariwisatanya berkembang seperti saat ini.
Salah satu contohnya adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Sari Segara Semaya, Kecamatan Nusa Penida.
Staf Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Klungkung, Dewa Ayu Trisna Dewi, mengungkapkan,
KWT Sari Segara Semaya merupakan salah satu kelompok masyarakat di wilayah Nusa Penida yang berinovasi dalam membuat olahan pangan dari rumput laut.
Mendapat pembinaan dari Bank Indonesia, kelompok ini memproduksi sejumlah camilan berbahan baku utama rumput laut seperti dodol, kripik, krupuk dan manisan rumput laut.
“Pembinaan ini diberikan karena pada saat itu harga rumput laut jatuh. Sehingga dilakukan berbagai inovasi yang dapat meningkatkan nilai jual rumput laut. Ini mulai diproduksi sejak tahun 2017,” ungkapnya.
Beberapa bulan dipasarkan dengan harga mulai Rp 15 ribu per kemasan, olahan rumput laut ini cukup diminati terutama oleh wisatawan.
Hanya saja karena daya tahannya hanya sekitar satu minggu, sehingga produk ini baru dipasarkan di restoran, warung dan hotel di wilayah Nusa Penida.
“Ini mengandung bahan pengawetnya. Sehingga kendalanya di daya tahan untuk pemasaran ke luar Nusa Penida atau sebagai oleh-oleh,” katanya.
Terkait permasalahan itu, pasalnya pihaknya dan KWT Sari Segara Semaya sedang mencari solusi agar produk ini bisa bertahan lama.
Seperti berinovasi di kemasan atau bahan yang digunakan. Sehingga nantinya camilan ini bisa menjadi oleh-oleh ciri khas Nusa Penida.
“Kalau sekarang krupuk rumput laut yang belum digoreng yang bisa bertahan beberapa bulan. Sedangkan produk lainnya, sebelum konsumen beli, diberitahu dulu masa kedaluwarsanya kapan,” tandasnya.