DENPASAR – Harga produk peternakan di pasar kian tak terkendali. Setelah harga daging ayam potong naik, kini giliran produk turunanya ikut naik.
Di mana harga telur ayam ras mengalami kenaikan di pasar tradisional usai Lebaran lalu. Bahkan, kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada telur ayam ras, namun juga pada telur ayam kampung, dan bebek.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di Pasar Tradisional Cokroaminoto (eks tiara grosir) kemarin (17/7), Harga telur ayam ras yang di kisaran Rp 40.000 per krat, kini naik menjadi Rp 43 ribu per krat untuk ukuran besar.
Peredaran telur ayam ras ini didominasi oleh jenis ukuran besar, karena untuk telur ukuran sedang dan kecil, saat ini cukup sulit ditemukan.
“Padahal pascalebaran itu, permintaan cenderung menurun, karena banyak yang mudik. Tapi harganya malah naik sampai sekarang,” kata salah seorang pedagang telur di Pasar setempat, IB Gede Adianta.
Sedangkan untuk harga telur ayam kampung, kata dia saat ini dijual dengan harga Rp 60.000 per krat. Harga ini meningkat Rp 5.000 dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 55.000 per krat.
Sementara untuk telur bebek, saat ini dia menjual dengan harga Rp 80.000 per krat dari sebelumnya berada di harga Rp 75.000 per krat.
Akibat kenaikan komoditas telur ini memberi pengaruh terhadap penjualan yang mengalami penurunan.
“Kalau naik harganya, masyarakat jadi lebih hemat. Biasanya beli telur satu kilo, jadi hanya setengah sampai seperempat kilo,” jelasnya.
Senada dengan penuturan Elis Sudariani. Menurutnya, untuk harga eceran yang sebelumnya dipatok Rp 1.300 per butir, kini dijual diharga Rp 1.600 per butir.
Menurutnya, kenaikan harga telur ini akibat pasokan telur yang seret dan mengakibatkan produksi terbatas dan berimbas pada kenaikan harga.
“Mungkin karena libur lebaran, beberapa peternak telur ada yang pulang. Sehingga produksinya kurang,” katanya