25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:56 AM WIB

Pariwisata Drop, Petani Nusa Penida Geluti Budidaya Rumput Laut

SEMARAPURA – Dulu Nusa Penida dikenal dengan rumput lautnya. Bahkan saat itu rumput laut menjadi primadona Nusa Penida.

Namun seiring dengan berkembangnya kawasan ini menjadi daerah wisata, malah rumput laut semakin ditinggalkan.

Harga rumput laut sempat merosot tajam sehingga warga disana enggan menanam tanaman bahan baku kosmetik dan makanan ringan ini.

Mereka malah asyik dengan dunia barunya yakni pariwisata yang jauh lebih menjanjikan. Namun, belakangan ini pariwisata mati suri setelah pandemic Covid-19 datang.

Budidaya rumput laut pun kembali digeluti petani Nusa Penida. Banyak petani di Nusa Penida yang kini kembali bercocok tanam rumput laut.

Kondisi ini menjadi perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. Usai meninjau langsung kondisi lahan pertanian rumput laut disekitar pantai Ceningan,

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengumpulkan petani rumput laut di kediamannya di Nusa Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida kemarin.

Turut hadir Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya. Menurut Bupati Suwirta, sebelum Covid-19 sempat terjadi kelangkaan rumput laut Nusa Penida.

Saat ini, di masa pandemi sebagian masyarakat sudah kembali beralih profesi menjadi petani rumput laut.

Namun, dibalik itu muncul beberapa permasalahan seperti lahan dan pertumbuhan rumput laut, dimana saat ini sebagian masyarakat Nusa Penida menjadikan hasil panen rumput laut sebagai sumber pendapatan mereka secara berkelanjutan.

Belum lagi harga dari rumput laut yang naik turun. Terkait situasi tersebut, Pemkab Klungkung membuat MoU antara koperasi dengan pengepul.

Melalui titik ungkit yakni Nusa Penida yang sudah menjadi Kawasan Pedesaan Prioritas Nasional (KPPN), nantinya dana yang didapat sebagian digunakan untuk membuat pelatihan kepada para petani rumput laut agar kepastian harga lebih terjamin.

“Mudah-mudahan dengan pengalaman masa Pandemi Covid-19 ini, walaupun nanti pariwisata kembali normal, rumput laut jangan sampai ditinggalkan.

Saya harap masyarakat Lembongan tetap semangat menjalani pekerjaan ini,” ujar Bupati Suwirta seraya mengatakan sehebat apapun pariwisata, alternatif ekonomi di Lembongan terutama rumput laut,

harus tetap hidup dan dilanjutkan, agar ketika badai-badai lain datang, masyarakat tidak lagi seolah-olah kehilangan segalanya. 

Ketua Kelompok Budidaya Rumput Laut Segara Raksa, Suarbawa, menyarankan untuk keberlanjutan budidaya rumput laut harus mempunyai strategi-strategi.

Di antaranya dalam hal mempertahankan berbagai jenis bibit rumput laut, agar bisa mengetahui lokasi dan musim apa bibit bisa tumbuh.

 Dirinya juga mengucapkan terimaksih kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beserta jajaran yang sudah sangat perduli

terhadap perkembangan dari budidaya rumput laut, dimana pemerintah dapat hadir dalam rangka penyesuaian harga rumput laut di pasaran.

“Saya harapkan teman-teman kelompok kedepannya agar tidak apriori terhadap lembaga-lembaga tetapi harus bekerjasama,” harapnya. 

SEMARAPURA – Dulu Nusa Penida dikenal dengan rumput lautnya. Bahkan saat itu rumput laut menjadi primadona Nusa Penida.

Namun seiring dengan berkembangnya kawasan ini menjadi daerah wisata, malah rumput laut semakin ditinggalkan.

Harga rumput laut sempat merosot tajam sehingga warga disana enggan menanam tanaman bahan baku kosmetik dan makanan ringan ini.

Mereka malah asyik dengan dunia barunya yakni pariwisata yang jauh lebih menjanjikan. Namun, belakangan ini pariwisata mati suri setelah pandemic Covid-19 datang.

Budidaya rumput laut pun kembali digeluti petani Nusa Penida. Banyak petani di Nusa Penida yang kini kembali bercocok tanam rumput laut.

Kondisi ini menjadi perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. Usai meninjau langsung kondisi lahan pertanian rumput laut disekitar pantai Ceningan,

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengumpulkan petani rumput laut di kediamannya di Nusa Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida kemarin.

Turut hadir Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya. Menurut Bupati Suwirta, sebelum Covid-19 sempat terjadi kelangkaan rumput laut Nusa Penida.

Saat ini, di masa pandemi sebagian masyarakat sudah kembali beralih profesi menjadi petani rumput laut.

Namun, dibalik itu muncul beberapa permasalahan seperti lahan dan pertumbuhan rumput laut, dimana saat ini sebagian masyarakat Nusa Penida menjadikan hasil panen rumput laut sebagai sumber pendapatan mereka secara berkelanjutan.

Belum lagi harga dari rumput laut yang naik turun. Terkait situasi tersebut, Pemkab Klungkung membuat MoU antara koperasi dengan pengepul.

Melalui titik ungkit yakni Nusa Penida yang sudah menjadi Kawasan Pedesaan Prioritas Nasional (KPPN), nantinya dana yang didapat sebagian digunakan untuk membuat pelatihan kepada para petani rumput laut agar kepastian harga lebih terjamin.

“Mudah-mudahan dengan pengalaman masa Pandemi Covid-19 ini, walaupun nanti pariwisata kembali normal, rumput laut jangan sampai ditinggalkan.

Saya harap masyarakat Lembongan tetap semangat menjalani pekerjaan ini,” ujar Bupati Suwirta seraya mengatakan sehebat apapun pariwisata, alternatif ekonomi di Lembongan terutama rumput laut,

harus tetap hidup dan dilanjutkan, agar ketika badai-badai lain datang, masyarakat tidak lagi seolah-olah kehilangan segalanya. 

Ketua Kelompok Budidaya Rumput Laut Segara Raksa, Suarbawa, menyarankan untuk keberlanjutan budidaya rumput laut harus mempunyai strategi-strategi.

Di antaranya dalam hal mempertahankan berbagai jenis bibit rumput laut, agar bisa mengetahui lokasi dan musim apa bibit bisa tumbuh.

 Dirinya juga mengucapkan terimaksih kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta beserta jajaran yang sudah sangat perduli

terhadap perkembangan dari budidaya rumput laut, dimana pemerintah dapat hadir dalam rangka penyesuaian harga rumput laut di pasaran.

“Saya harapkan teman-teman kelompok kedepannya agar tidak apriori terhadap lembaga-lembaga tetapi harus bekerjasama,” harapnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/