31.5 C
Jakarta
25 April 2024, 12:54 PM WIB

BPR KAS dan Inklusi Keuangan

DENPASAR – Tiga tahun terakhir setiap bulan oktober, lembaga jasa keuangan bersama pemerintah melaksanakan program bulan Inklusi Keuangan.

Melalui program ini, lembaga jasa keuangan diminta melakukan berbagai upaya untuk membantu seluruh masyarakat dapat mengakses produk dan layanan keuangan dengan mudah dan cepat.

Hal lainnya yang lembaga jasa keuangan lakukan di bulan Inklusi Keuangan ialah melakukan edukasi keuangan.

Tujuannya masyarakat memiliki pengetahuan keuangan yang lebih baik, sehingga mampu membuat perencanaan keuangan, memilih produk dan jasa keuangan yang sesuai kebutuhannya.

Saat ini di Bali, akibat kurangnya pemahaman tentang pendidikan keuangan, terdapat dua kelompok krama Bali yang sering menjadi korban dan dirugikan.

Pertama, krama bali yang menjadi korban investasi bodong. Setiap tahun ada saja cerita sedih tentang krama Bali yang menjadi korban Koperasi ilegal/perusahaan investasi ilegal.

Kelompok masyarakat ini, akibat kurangnya pengetahuan mengenai potensi resiko yang timbul, serta hanya berfokus pada iming-iming persentase bunga tinggi, malah akhirnya kehilangan uangnya.

Kerugian bahkan bisa mencapai milyaran rupiah. Kedua, krama bali yang menjadi pengusaha mikro yang menjadi korban rentenir.

Kelompok masyarakat ini, umumnya adalah pedagang kecil di pasar tradisional.

Karena susahnya mereka mendapatkan akses tambahan permodalan dari lembaga jasa keuangan resmi, akhirnya mereka mengambil pinjaman dengan bunga sangat tinggi dari rentenir.

Hal tersebut sebetulnya sangat merugikan bagi para pengusaha mikro tersebut.

Melihat masalah yang terjadi tersebut, BPR KAS Indonesia berupaya dalam setiap kegiatan bisnisnya,

menjadikan inklusi keuangan sebagai fondasi produk dan layanan, yang memberi dampak positif bagi masyarakat Bali.

Pertama, untuk menekan potensi terus berjatuhannya korban akibat investasi pada lembaga keuangan ilegal,

BPR KAS konsisten mengedukasi para nasabah BPR KAS tentang produk-produk investasi dan potensi resikonya.

Kami juga selalu menjadikan para marketing di BPR KAS sebagai tempat nasabah berkonsultasi seputar

lembaga keuangan yang menjual berbagai produk investasi, apakah lembaga tersebut legal atau tidak.

Dengan upaya ini, setidaknya masyarakat Bali yang menjadi nasabah BPR KAS, tidak salah mengambil langkah untuk berinvestasi.

Kedua, kegiatan BPR KAS untuk membantu pengusaha mikro di pasar tradisional adalah melalui program “Grebek Pasar”.

Program yang telah berjalan dua tahun ini adalah kegiatan bulanan mengunjungi pasar-pasar tradisional, guna mengedukasi tentang layanan dan produk perbankan.

Dengan informasi dan pengetahuan yang telah kami berikan, akhirnya mereka juga mendapatkan layanan pick up service tabungan

serta layanan akses permodalan secara mudah, cepat dengan bunga jauh dibawah bunga rentenir pasar.

Upaya yang kami lakukan tersebut, memang belum dapat menjangkau seluruh pasar tradisional di Bali.

Hingga saat ini, kami baru menjangkau 30 pasar tradisional dengan 423 pedangan pasar yang telah menjadi nasabah.

Kedepan, kami berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan kami ke pasar tradisional lainnya, sehingga semakin banyak pedangan pasar mendapat manfaat dari layanan BPR KAS.

Kegiatan Inklusi Keuangan adalah tanggung jawab kita sebagai stakeholder industri jasa keuangan.

Percayalah dengan kita secara konsisten melaksanakannya, maka kesejahteraan krama Bali akan meningkat dan ekosistem industri kita akan bertumbuh sehat. Salam Perjuangan! (rba)

DENPASAR – Tiga tahun terakhir setiap bulan oktober, lembaga jasa keuangan bersama pemerintah melaksanakan program bulan Inklusi Keuangan.

Melalui program ini, lembaga jasa keuangan diminta melakukan berbagai upaya untuk membantu seluruh masyarakat dapat mengakses produk dan layanan keuangan dengan mudah dan cepat.

Hal lainnya yang lembaga jasa keuangan lakukan di bulan Inklusi Keuangan ialah melakukan edukasi keuangan.

Tujuannya masyarakat memiliki pengetahuan keuangan yang lebih baik, sehingga mampu membuat perencanaan keuangan, memilih produk dan jasa keuangan yang sesuai kebutuhannya.

Saat ini di Bali, akibat kurangnya pemahaman tentang pendidikan keuangan, terdapat dua kelompok krama Bali yang sering menjadi korban dan dirugikan.

Pertama, krama bali yang menjadi korban investasi bodong. Setiap tahun ada saja cerita sedih tentang krama Bali yang menjadi korban Koperasi ilegal/perusahaan investasi ilegal.

Kelompok masyarakat ini, akibat kurangnya pengetahuan mengenai potensi resiko yang timbul, serta hanya berfokus pada iming-iming persentase bunga tinggi, malah akhirnya kehilangan uangnya.

Kerugian bahkan bisa mencapai milyaran rupiah. Kedua, krama bali yang menjadi pengusaha mikro yang menjadi korban rentenir.

Kelompok masyarakat ini, umumnya adalah pedagang kecil di pasar tradisional.

Karena susahnya mereka mendapatkan akses tambahan permodalan dari lembaga jasa keuangan resmi, akhirnya mereka mengambil pinjaman dengan bunga sangat tinggi dari rentenir.

Hal tersebut sebetulnya sangat merugikan bagi para pengusaha mikro tersebut.

Melihat masalah yang terjadi tersebut, BPR KAS Indonesia berupaya dalam setiap kegiatan bisnisnya,

menjadikan inklusi keuangan sebagai fondasi produk dan layanan, yang memberi dampak positif bagi masyarakat Bali.

Pertama, untuk menekan potensi terus berjatuhannya korban akibat investasi pada lembaga keuangan ilegal,

BPR KAS konsisten mengedukasi para nasabah BPR KAS tentang produk-produk investasi dan potensi resikonya.

Kami juga selalu menjadikan para marketing di BPR KAS sebagai tempat nasabah berkonsultasi seputar

lembaga keuangan yang menjual berbagai produk investasi, apakah lembaga tersebut legal atau tidak.

Dengan upaya ini, setidaknya masyarakat Bali yang menjadi nasabah BPR KAS, tidak salah mengambil langkah untuk berinvestasi.

Kedua, kegiatan BPR KAS untuk membantu pengusaha mikro di pasar tradisional adalah melalui program “Grebek Pasar”.

Program yang telah berjalan dua tahun ini adalah kegiatan bulanan mengunjungi pasar-pasar tradisional, guna mengedukasi tentang layanan dan produk perbankan.

Dengan informasi dan pengetahuan yang telah kami berikan, akhirnya mereka juga mendapatkan layanan pick up service tabungan

serta layanan akses permodalan secara mudah, cepat dengan bunga jauh dibawah bunga rentenir pasar.

Upaya yang kami lakukan tersebut, memang belum dapat menjangkau seluruh pasar tradisional di Bali.

Hingga saat ini, kami baru menjangkau 30 pasar tradisional dengan 423 pedangan pasar yang telah menjadi nasabah.

Kedepan, kami berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan kami ke pasar tradisional lainnya, sehingga semakin banyak pedangan pasar mendapat manfaat dari layanan BPR KAS.

Kegiatan Inklusi Keuangan adalah tanggung jawab kita sebagai stakeholder industri jasa keuangan.

Percayalah dengan kita secara konsisten melaksanakannya, maka kesejahteraan krama Bali akan meningkat dan ekosistem industri kita akan bertumbuh sehat. Salam Perjuangan! (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/