SEMARAPURA – Puluhan ibu-ibu di Dusun Takedan, Desa Selat, Kecamatan Klungkung yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Amerta Sari
masih bisa bernapas lega di tengah sulitnya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat wabah Coronavirus Disease (Covid-19).
Bibit-bibit buah, bumbu dapur, dan sayur-mayur yang selama ini dirawat, baik di demplot milik kelompok maupun di perkarangan rumah masing-masing, mampu meringankan biaya kebutuhan sehari-hari.
Ketua KWT Karya Amerta Sari, Sagung Putra Anggraini saat ditemui di Pekarangan Pangan Lestari (P2L) KWT Karya Amerta Sari, Dusun Takedan,
Desa Selat, Kecamatan Klungkung, menuturkan ada sekitar 40 orang ibu-ibu Dusun Takedan, Desa Selat yang tergabung dalam KWT Karya Amerta Sari.
Sebagian besar ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok itu dikatakannya berprofesi sebagai buruh tani, termasuk dirinya.
“Kami bisa mendapat pekerjaan ketika ada pemilik lahan yang membutuhkan tenaga kami saat panen,” katanya.
Sejak beberapa minggu ini dia mengaku banyak dari anggotanya tidak mendapat panggilan untuk membantu memanen.
Alhasil, tidak ada pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kemungkinan karena banyak warga yang dirumahkan atau menganggur
karena dampak corona, jadi pemilik lahan sudah banyak mendapat tenaga. Sehingga belum membutuhkan tenaga kami,” ujarnya.
Meski begitu, dia mengaku bersyukur karena tanaman buah, bumbu dapur, dan sayur-mayur yang selama ini dirawat, baik di demplot milik kelompok maupun di perkarangan rumah masing-masing ada yang sudah siap panen.
Dengan begitu, pengeluaran untuk kebutuhan pangan sehari-hari anggota kelompok bisa diringankan.
“Untuk kebutuhan beras dan daging tentunya masih harus kami pikirkan. Setidaknya lebih ringan dengan adanya
tanaman buah, sayur dan bumbu dapur yang kami kembangkan di demplot kelompok dan rumah masing-masing,” terangnya.
Dibeberkannya, terbentuk sejak tahun 2019, KWT Karya Amerta Sari, Dusun Takedan, Desa Selat telah berhasil mengembangkan
berbagai jenis tanaman yang terdiri dari, cabai, seledri, sayur-mayur, jambu jamaika, lemo, lemon, belimbing madu, kangkung, terong dan lain-lain.
Yang banyak dikembangkan di rumah masing-masing anggota, yakni seledri, jambu, belimbing madu, lemo, sayur-mayur dan lainnya.
“Hasil panen di demplot biasanya kami jual ke anggota tentunya dengan harga yang lebih murah dibandingkan di pasaran.
Kalau berlebih, kami jual juga ke warung-warung sekitar dan uangnya akan menjadi kas kelompok,” tandasnya.
Sementara itu, Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan, Luh Ketut Eka Susanta mengungkapkan hingga saat ini ada sebanyak tujuh Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Klungkung.
Menurutnya, masih minimnya terbentuk P2L lantaran ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi mengingat akan ada bantuan yang digelontorkan pemerintah pusat dan provinsi untuk memajukan KWT tersebut.
Di antaranya lahan yang akan digunakan merupakan lahan milik anggota kelompok, anggota kelompok terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui dan lainnya, kelompok yang di desanya ada warga stunting akan diutamakan.
“Oleh pemerintah pusat, P2L yang dalam tahapan penumbuhan akan diberikan bantuan dana sebesar Rp 50 juta, sementara yang sudah tahap pengembangan
akan diberikan bantuan sebesar Rp 15 juta per kelompok. Sementara dari provinsi, memberikan bantuan berupa bibit. Untuk kabupaten, belum ada karena bidang ini baru dibentuk awal 2020,” jelasnya.