25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:47 AM WIB

DLH Buleleng Kembangkan Budidaya Maggot BSF, Gandeng LP dan Distan

SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng kembali mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik.

Teknologi terbaru itu ialah budidaya maggot BSF. Budidaya belatung pengurai sampah organik ini menambah panjang teknologi pengelolaan sampah yang digunakan DLH Buleleng, selain pengolahan pupuk organik dan eco enzyme.

Budidaya maggot BSF itu dikembangkan di Buleleng Recycle Plaza (BRP) yang terletak di Desa Tukadmungga.

Hasil-hasil pengembangan teknologi pengelolaan sampah organik itu, nantinya akan diaplikasikan untuk bertani dan beternak.

Untuk tahap awal, pupuk, eco enzyme dan maggot akan digunakan di lahan milik Dinas Pertanian Buleleng. Kebetulan lahan itu dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi warga binaan.

Kini di atas lahan tersebut, telah dikembangkan beberapa tanaman. Seperti cabai, terong, serta jagung. Selain itu ikan nila dan bebek juga dikembangkan di sana.

Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pupuk organik yang dihasilkan bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah.

Sementara eco enzyme dapat digunakan sebagai pestisida maupun insektisida. Sedangkan maggot BSF bisa dijadikan pakan ternak bebek dan ikan yang dipelihara di lahan tersebut.

“Tahap awal kami akan uji coba dulu. Kebetulan Distan ada lahan yang bisa digunakan. Apakah yang kami hasilkan lewat teknologi pengolahan sampah organik ini sudah layak dan bagus.

Kalau sudah sesuai mutu ini bisa dikembangkan lebih luas untuk pengembangan pakan organik. Rencananya minggu depan sudah kami mulai untuk aplikasi,” kata Ariadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengungkapkan, sebagian lahan milik Dinas Pertanian itu kini dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi.

Sumiarta mengaku, kondisi tanah saat ini belum terlalu bagus, sehingga butuh perlakuan khusus dalam aplikasi pertanian.

“Karena ini tanah gambut, tentu harus ada teknologi khusus. Tadi juga sudah kami ukur, kadar PH-nya masih tinggi. Nah dengan aplikasi organik dari DLH, kami harap ini bisa meningkatkan kualitas lahan,” katanya.

Sementara itu, Kalapas Singaraja Mut Zaini mengungkapkan, sejak dua bulan terakhir kondisi lahan memang tak terpelihara dengan maksimal.

Saat ini pemeliharaan dilakukan bergantian oleh petugas lapas. Dulunya, lahan dikelola warga binaan di Lapas Singaraja. Namun sejak pandemi covid-19 terjadi, program asimilasi ditangguhkan untuk sementara waktu.

“Sebenarnya kalau nggak covid, pagi warga binaan kami antar ke sini. Kami awasi dia bertani, sorenya balik ke lapas lagi.

Tapi, karena pandemi ini jadi agak terkendala. Sekarang dengan ada kolaborasi dari DLH dan Pertanian, kami akan berupaya mengelola lahan ini lebih baik lagi,” ujar Zaini. 

SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng kembali mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik.

Teknologi terbaru itu ialah budidaya maggot BSF. Budidaya belatung pengurai sampah organik ini menambah panjang teknologi pengelolaan sampah yang digunakan DLH Buleleng, selain pengolahan pupuk organik dan eco enzyme.

Budidaya maggot BSF itu dikembangkan di Buleleng Recycle Plaza (BRP) yang terletak di Desa Tukadmungga.

Hasil-hasil pengembangan teknologi pengelolaan sampah organik itu, nantinya akan diaplikasikan untuk bertani dan beternak.

Untuk tahap awal, pupuk, eco enzyme dan maggot akan digunakan di lahan milik Dinas Pertanian Buleleng. Kebetulan lahan itu dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi warga binaan.

Kini di atas lahan tersebut, telah dikembangkan beberapa tanaman. Seperti cabai, terong, serta jagung. Selain itu ikan nila dan bebek juga dikembangkan di sana.

Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pupuk organik yang dihasilkan bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah.

Sementara eco enzyme dapat digunakan sebagai pestisida maupun insektisida. Sedangkan maggot BSF bisa dijadikan pakan ternak bebek dan ikan yang dipelihara di lahan tersebut.

“Tahap awal kami akan uji coba dulu. Kebetulan Distan ada lahan yang bisa digunakan. Apakah yang kami hasilkan lewat teknologi pengolahan sampah organik ini sudah layak dan bagus.

Kalau sudah sesuai mutu ini bisa dikembangkan lebih luas untuk pengembangan pakan organik. Rencananya minggu depan sudah kami mulai untuk aplikasi,” kata Ariadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengungkapkan, sebagian lahan milik Dinas Pertanian itu kini dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi.

Sumiarta mengaku, kondisi tanah saat ini belum terlalu bagus, sehingga butuh perlakuan khusus dalam aplikasi pertanian.

“Karena ini tanah gambut, tentu harus ada teknologi khusus. Tadi juga sudah kami ukur, kadar PH-nya masih tinggi. Nah dengan aplikasi organik dari DLH, kami harap ini bisa meningkatkan kualitas lahan,” katanya.

Sementara itu, Kalapas Singaraja Mut Zaini mengungkapkan, sejak dua bulan terakhir kondisi lahan memang tak terpelihara dengan maksimal.

Saat ini pemeliharaan dilakukan bergantian oleh petugas lapas. Dulunya, lahan dikelola warga binaan di Lapas Singaraja. Namun sejak pandemi covid-19 terjadi, program asimilasi ditangguhkan untuk sementara waktu.

“Sebenarnya kalau nggak covid, pagi warga binaan kami antar ke sini. Kami awasi dia bertani, sorenya balik ke lapas lagi.

Tapi, karena pandemi ini jadi agak terkendala. Sekarang dengan ada kolaborasi dari DLH dan Pertanian, kami akan berupaya mengelola lahan ini lebih baik lagi,” ujar Zaini. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/