MATARAM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan uang pecahan sebanyak Rp 3,4 triliun. Uang tersebut dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Idul Fitri tahun ini.
Kepala Perwakilan BI NTB Acris Sarwani mengatakan uang pecahan tersebut akan dialokasikan BI NTB 3,4 Triliun tahun ini jumlahnya lebih besar dibanding tahun lalu. Hal itu untuk mengantisipasi tingginya permintaan uang pecahan menjelang Lebaran.
“Mungkin di NTB ini kita perkirakan kebutuhan saat Ramadan dan Idul Fitri ini kira-kira 3,4 Triliun,” katanya, di arena Bazar Kazanah Ramadan, komplek Islamic Center, Mataram, Selasa (22/5).
Ia mengaku untuk saat ini BI sudah melakukan kordinasi dengan perbangkan, bagimana mempersiapkan terutama dalam hal distribusinya.
“Kalau uangnya itu kita yang siapkan, tapi bagaimana kita mendistribusikan ini kami harus minta tolong minta kerjasama dengan teman-teman perbangkan,” ucapnya.
Archris menuturkan, BI memiliki program kas keliling bersama, dan akan ditempatkan di Sangkareang, Danlanut Rembiga, serta Taman Malomba. “Disitu memang kita sebagai bentuk komunikasi bawa kita ada,” tuturnya.
Selain itu, sambungnya, BI meminta setiap bank membuka layanan khusus untuk penukaran, mungkin di setiap bank itu ada loket penukaran. Kemudian untuk ritail moderen, SPBU BI langsung mendatangi.
“Tidak perlu tukar-tukar lah, langsung kita berikan,” katanya. Ia menambahkan, bulan suci Ramadan dan Idul Fitri menjadi momentum penting untuk mendorong perekonomian masyarakat di NTB.
Menurutnya, perputaran ekonomi secara data, secara historis selama Ramadhan dan juga Idul Fitri di NTB biasanya sangat signifikan. Terutama pada sektor perdagangan, meski juga memiliki risiko dalam tanda kutip, memberikan tekanan inflasi akan naik.
“Intinya yang wajar saja. Kita senang bahwa Ramadhan dan Idul Fitri ini menjadi mementum untuk bergeraknya ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Terpenting lanjut dia, industri kecil dan perdagangan ikut bergerak naik. BI NTB juga berupaya menjaga pasokan supaya tidak berakibat pada inflasi. “Selama momentum ini, 0,3 persen sampai 0,5 persen menyumbang pertumbuhan,” kata Achris. (dan)