MANGUPURA – Kematian mendadak ribuan babi di Bali membuat harga jual daging babi anjlok. Begitu juga di Badung mengalami hal yang sama dan membuat Pemerintah Badung turun tangan.
Berdasar hasil monitoring Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Badung, harga daging babi di Pasar Mengwi mencapai Rp 50 ribu/kg dari harga sebelumnya Rp 25 ribu/kg.
“Iya dari monitoring pasar ada lonjakan harga khususnya dading babi, namun hanya di pasar Mengwi mencapai 100 persen,” ujar Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Badung I Made Widiana.
Lonjakan harga daging babi di tengah terpaan isu virus African Swine Fever (ASF), hanya terjadi di Pasar Tradisional Mengwi.
“Lonjakan khusus hanya di Mengwi kalau di pasar tradisional lainnya seperti di Blakiuh masih tetap di rata-rata Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu per kilogram,” ungkapnya.
Disinggung harga bahan pokok lainnya, Widiana mengatakan masih stabil. Seperti harga telor ayam Rp 1.300/butir hingga Rp 1.500/butir,
harga kacang panjang rata-rata Rp 5000/kg hingga Rp 8000/kg, lombok kecil Rp 40 ribu/kg hingga Rp 60 ribu/kg.
“Sekilas saya menerima informasi dari hasil monitoring harga kebutuhan pokok masih stabil,” kata I Made Widiana.
Namun, mengantisipasi kenaikan harga, Made Widiana mengakui telah melaksanakan pasar murah.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengantisipasi gejolak harga yang cenderung naik menjelang hari raya, seperti Kuningan, sekaligus mengendalikan laju inflasi di Kabupaten Badung.
“Keberadaan pasar murah juga jauh dari pasar tradisional, sehingga keberadaannya benar-benar sangat membantu masyarakat.
Mereka bisa merayakan Galungan dan Kuningan dengan tenang dan damai bersama keluarganya,” terangnya.
Sampai saat ini di Badung sudah sebanyak 845 ekor babi yang mati mendadak. Namun, kematian babi saat ini sudah mulai bisa diredam oleh Dinas Pertanian dan Pangan Badung dengan menerapkan pola biosecurity.
Selain itu juga telah menyosialisasikan kepada peternak mau pun masyarakat untuk menerapkan bio sekuriti secara ketat sehingga bisa mencegah penyebaran virus.