27.8 C
Jakarta
12 Desember 2024, 2:26 AM WIB

CEO Insight; Resolusi 2020

BEBERAPA hari lagi, 2019 akan berlalu. Hal menarik yang sering kita bahas menjelang ganti tahun adalah, “apa resolusimu tahun 2020?

Kalau membahas resolusi, pasti bervariasi. Tergantung pribadinya serta dia bergaul dengan siapa.

Resolusi pribadi contohnya, tahun depan mau nikah, tahun depan mau naik jabatan di kantor atau tahun depan mau beli rumah lewat KPR.

Kemudian kalau resolusi tergantung tempat bergaul, contohnya kalau bergaul sama anak gym, kebanyakan resolusinya mau nurunin berat badan.

Kalau bergaul dalam klub lari, resolusinya mau ikut event lari dimana, atau mau naik kelas lomba ke half marathon bahkan full marathon.

Nah, kalau saya bergaul sama sesama direksi BPR, resolusinya, mau nurunin NPL significant tahun depan. Hehehe…

Setiap mencanangkan resolusi, kebanyakan kita “semangat 45”. Pada triwulan pertama, tindakan yang kita lakukan dan semangat 100% untuk mewujudkan resolusi.

Masuk triwulan kedua, kadang tantangan dan hambatan yang meningkat, membuat tindakan yang dilakukan dan semangat menurun sampai dengan 50%.

Masuk triwulan ketiga, Akibat kurang “ngotot” menangani tantangan/hambatan, tindakan kita pun jauh menurun untuk mewujudkan resolusinya.

Triwulan IV, biasa resolusi tersebut pun kita lupakan dan sejuta alasan akan kita ciptakan untuk pembenaran kegagalan wujudkan resolusi. Bener apa bener? Hehehe…

Terus kenapa dong hal tersebut sering kita alami? Kalau menurut Tonny Robins, seringnya kita gagal mewujudkan resolusi, karena motivasi dan tujuannya tidak kuat.

Lebih lanjut menurut beliau, tujuan yang kuat biasanya mengandung suatu hal besar dan memberi pengaruh besar tidak hanya pada diri kita sendiri, namun berpengaruh pada orang lain.

Contoh pertama, “saya menargetkan mendapat penghasilan Rp. 100 juta tahun 2020”. Kalau contoh seperti ini, menurut beliau kurang kuat tujuannya.

Contoh kedua, “Saya menargetkan penghasilan Rp. 100 juta tahun 2020, untuk saya pakai memberangkatkan orang tua saya naik haji.”

Terasa bedanya kan contoh pertama dan kedua. Yuk buat resolusi yang kuat tujuannya. Setelah menetapkan sebuah resolusi yang kuat tujuannya.

Proses eksekusi memegang peran super penting. Stephen Covey bilang, “To achieve goals you’ve never achieved before, you need to start doing things you’ve never done before”.

Penting buat kita melakukan review semua tindakan yang kita telah lakukan di 2019. Tujuan review, Pertama, untuk melihat tindakan yang kita lakukan apakah sudah efektif?

Kalau belum efektif, sudah seharusnya mencoba tindakan-tindakan baru dan berbeda dari sebelumnya.

Tujuan review, kedua, untuk mengevaluasi apakah tindakan kita sudah berfokus hal-hal penting menuju resolusi?

Dalam kegiatan sehari-hari, kita sering berfokus pada hal-hal urgent, namun sebetulnya tidak penting. Yuk bertindak efektif dan berfokus pada hal penting. Saya doakan resolusi kita semua di tahun 2020 terwujud. Salam perjuangan! (rba)

BEBERAPA hari lagi, 2019 akan berlalu. Hal menarik yang sering kita bahas menjelang ganti tahun adalah, “apa resolusimu tahun 2020?

Kalau membahas resolusi, pasti bervariasi. Tergantung pribadinya serta dia bergaul dengan siapa.

Resolusi pribadi contohnya, tahun depan mau nikah, tahun depan mau naik jabatan di kantor atau tahun depan mau beli rumah lewat KPR.

Kemudian kalau resolusi tergantung tempat bergaul, contohnya kalau bergaul sama anak gym, kebanyakan resolusinya mau nurunin berat badan.

Kalau bergaul dalam klub lari, resolusinya mau ikut event lari dimana, atau mau naik kelas lomba ke half marathon bahkan full marathon.

Nah, kalau saya bergaul sama sesama direksi BPR, resolusinya, mau nurunin NPL significant tahun depan. Hehehe…

Setiap mencanangkan resolusi, kebanyakan kita “semangat 45”. Pada triwulan pertama, tindakan yang kita lakukan dan semangat 100% untuk mewujudkan resolusi.

Masuk triwulan kedua, kadang tantangan dan hambatan yang meningkat, membuat tindakan yang dilakukan dan semangat menurun sampai dengan 50%.

Masuk triwulan ketiga, Akibat kurang “ngotot” menangani tantangan/hambatan, tindakan kita pun jauh menurun untuk mewujudkan resolusinya.

Triwulan IV, biasa resolusi tersebut pun kita lupakan dan sejuta alasan akan kita ciptakan untuk pembenaran kegagalan wujudkan resolusi. Bener apa bener? Hehehe…

Terus kenapa dong hal tersebut sering kita alami? Kalau menurut Tonny Robins, seringnya kita gagal mewujudkan resolusi, karena motivasi dan tujuannya tidak kuat.

Lebih lanjut menurut beliau, tujuan yang kuat biasanya mengandung suatu hal besar dan memberi pengaruh besar tidak hanya pada diri kita sendiri, namun berpengaruh pada orang lain.

Contoh pertama, “saya menargetkan mendapat penghasilan Rp. 100 juta tahun 2020”. Kalau contoh seperti ini, menurut beliau kurang kuat tujuannya.

Contoh kedua, “Saya menargetkan penghasilan Rp. 100 juta tahun 2020, untuk saya pakai memberangkatkan orang tua saya naik haji.”

Terasa bedanya kan contoh pertama dan kedua. Yuk buat resolusi yang kuat tujuannya. Setelah menetapkan sebuah resolusi yang kuat tujuannya.

Proses eksekusi memegang peran super penting. Stephen Covey bilang, “To achieve goals you’ve never achieved before, you need to start doing things you’ve never done before”.

Penting buat kita melakukan review semua tindakan yang kita telah lakukan di 2019. Tujuan review, Pertama, untuk melihat tindakan yang kita lakukan apakah sudah efektif?

Kalau belum efektif, sudah seharusnya mencoba tindakan-tindakan baru dan berbeda dari sebelumnya.

Tujuan review, kedua, untuk mengevaluasi apakah tindakan kita sudah berfokus hal-hal penting menuju resolusi?

Dalam kegiatan sehari-hari, kita sering berfokus pada hal-hal urgent, namun sebetulnya tidak penting. Yuk bertindak efektif dan berfokus pada hal penting. Saya doakan resolusi kita semua di tahun 2020 terwujud. Salam perjuangan! (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/