DENPASAR – Dinas Perdagangan Provinsi Bali berencana membentuk skema penyediaan bahan baku industri kecil menengah (IKM) di Bali lewat Pusat Logistik Berikat (PLB).
Di mana saat ini, PLB atau gudang penyimpanan bahan impor di Bali baru tersedia satu yang berlokasi di Pelabuhan Benoa.
Di mana pelaku usaha PLB sendiri baru disasar oleh Khrisna Logistic. Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Bali I Putu Astawa mengungkapkan,
saat ini pelaku industri di Bali khususnya sektor tenun tengah mengalami kelangkaan bahan baku, terutama yang berasal dari luar negeri.
Kondisi kelangkaan bahan baku ini kata dia lantaran bahan baku di tingkat lokal sudah tidak tersedia.
“Seperti benang dan lainnya. Kalau dulu pabrik pemintalan ada di Bali. Tapi, sekarang sudah tutup,” terangnya.
Akibat promosi yang selama ini gencar dilakukan pelaku industri tenun, membuat permintaan tinggi.
Terlebih dengan adanya kebijakan pemerintah yang meminta agar pegawai wajib menggunakan baju yang terbuat dari kain tenun.
“Sehingga kami usulkan untuk membuat craft tekstil. Untuk mengembangkan ini dibutuhkan ketersediaan bahan baku,
keterampilan penenun, permodalan, marketing dan inovasi. Ini untuk menggeliatkan kembali industri tenun di Bali,” ujar Astawa.
Namun untuk sampai kesana, kata dia, harus butuh rancangan peraturan gubernur. Ada beberapa skema yang ditawarkan dalam hal penyediaan bahan baku yang berasal dari impor.
Salah satunya melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) yang merupakan kebijakan dari pemerintah. “jadi pelaku industri yang membutuhkan bahan baku bisa lebih mudah,” tuturnya.
Disamping harga yang ditawarkan lebih murah ketimbang pola impor biasa, juga bisa mempercepat akses pelaku industri dalam mendapatkan bahan baku.
“Misalnya membutuhkan bahan baku satu kontainer. Ini ngambilnya bisa dicicil. Karena bahan bakunya disimpan sampai jangka tiga tahun tidak dikenakan biaya,” terang Astawa.
Karena selama ini, pelaku industri yang melakukan impor perorangan, biaya yang dikeluarkan cukup tinggi yakni mencapai 20 persen untuk biaya masuk.
“Makanya butuh seperti koperasi. Nanti dari koperasi ini bisa jadi fasilitator untuk mengkoordinir pelaku usaha. Ketika butuh bahan baku langsung impor sekalian, harganya lebih murah,” bebernya.
Sementara itu, I Nyoman Bawa, Sales Manager Khrisna Logistic mengungkapkan, melalui PLB ini, pelaku industri bisa menekan biaya logistik antara 30 sampai 50 persen.
Selain itu, akses yang didapat bisa semakin cepat. “Kalau impor biasa, bisa sampai 10 hari. Kalau melalui PLB ini cuma lima hari saja sudah bisa diambil bahan bakunya.
Biaya lebih murah karena pengusaha sudah dapat keringanan biaya demurrage container atau biaya peti kemas,” kata Bawa.
Saat ini, sejak di launching 2017 lalu, pelaku IKM di Bali yang memakai jasa layanan ini sudah mencapai 30 pelaku usaha.
Dalam satu bulan bahan baku impor yang masuk ke Bali mencapai sekitar lewat jasa pesawat mencapai 30 ton sedangkan lewat laut sampai 30 kontainer.
“Kalau biaya logistik murah, daya saing akan meningkat jadi lebih bagus,” tuturnya. Agen Fasilitas Bea Cukai Eko Rudi Hartono menambahkan,
bahan baku yang umumnya masuk untuk di Bali sendiri yakni kebutuhan spa, benang, kain, botol, bambu dan beberapa jenis barang lainnya.