RadarBali.com – Bandara Ngurah Rai kembali dibuka setelah langit Bali dinyatakan aman sementara waktu untuk penerbangan.
Dengan situasi ini, arus pariwisata diprediksi kembali menggeliat meski belum normal. Yang jelas, penutupan bandara berdampak buruk bagi industri pariwisata Bali.
Jika berlanjut, akan terjadi kontraksi yang dapat menggerus pertumbuhan ekonomi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana mengungkapkan, BI memprediksi ketika bandara tutup hingga akhir tahun potensi kehilangan transaksi di sektor pariwisata mencapai Rp 4,7 triliun.
Kondisi ini mengacu prediksi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga akhir tahun. “Ini kalau terus menerus ditutup. Kita berharap tidak separah itu ya,” ujarnya.
Angka tersebut diperoleh jika satu juta lebih wisman yang akan datang di triwulan terakhir tahun ini membelanjakan uangnya senilai minimal Rp 1 juta.
“Jadi, ketika tidak jadi datang, tidak ada transaksi,” imbuhnya. Sebagai catatan, saat status awas pertama Gunung Agung, terdapat 9.000 kamar yang tidak terisi akibat cancellation.
Selain potensi kehilangan nilai transaksi, ini juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Bali yang melambat.
Jika di Triwulan III mencapai 6,22 persen, BI memprediksi Triwulan IV mengalami kontraksi antara 5,2 hingga 5,6 persen.
Sementara untuk inflasi Bali yang saat ini berada di 2,8 persen, akan meningkat hingga 3 persen.
“Kalau inflasi imbasnya sedikit. Karena kan waktu di 2017 tinggal sebentar,” kata mantan Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel ini.
Pria yang akrab disapa pak Cik ini menambahkan, ketika hal terburuk terjadi, dengan melihat semangat masyarakat Bali yang kreatif, dia yakin, kondisi pemulihan akan berjalan cepat hingga benar-benar pulih.
“Harus kerjasama semua pihak, semua bahu membahu untuk mengatasi bencana ini,” pungkasnya