RadarBali.com – Jelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada 1 November 2017 ini membuat penjualan pakaian kebaya dan kamben Bali mengalami peningkatan tajam.
Hampir semua toko yang menjual pakaian adat Bali selalu panen karena banyak diburu masyarakat. Bahkan peningkatan penjualan terjadi sejak sebulan terakhir sejak memasuki bulan Oktober.
Seperti yang dirasakan salah seorang penjual baju kebaya Bali, kamben dan kain, Ni Putu Mirah Krisnayanti.
Dia mengaku di toko Bhumimi Kebaya miliknya mengalami peningkatan yang cukup tajam bahkan dua kali lipat dari hari biasanya.
“Peningkatan terlihat sejak awal bulan Oktober, dan puncaknya mulai seminggu ini,” katanya kepada Jawa Pos Radar Bali, Senin (30/10).
Omset toko yang beralamat di Jalan Tukad Batanghari No. 10A, Panjer, Denpasar Selatan miliknya diburu lantaran harga yang bisa dijangkau semua kalangan.
Pada hari biasa, ia mampu menjual kebaya dan mendapat omset senilai Rp 3 juta. Dan, setiap menjelang Galungan, tokonya pun diburu masyarakat yang memerlukan pakaian baru saat hari raya.
“Kami banyak big sale makanya ramai. Kalau jelang Galungan ini, penjualan hampir 200 picis dalam waktu satu hari,” bebernya.
Produk yang ditawarkan mulai dari pakaian kebaya jadi, kamben dan juga kain. Namun, jika dibanding Galungan enam bulan lalu, pola konsumen mulai bergeser.
Dari yang sebelumnya banyak membeli pakaian kebaya jadi, kini kain justru paling mendominasi. “Pakaian kebaya jadi biasa saja penjualan, hanya 40 persen, sedangkan kain sampai 60 persen perbandingannya,” jelas Mirah.
Barang-barang tersebut ia tawarkan dengan harga yang variatif. Untuk satu picis pakain kebaya jadi harganya dikisaran Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribu, sedangkan kamben
dan kain mulai Rp 35 hingga 200 ribu. “Tergantung jenis kain. Semakin bagus semakin mahal,” pungkasnya