27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:34 AM WIB

Pandemi Corona, Rayakan Tri Suci Waisak Tanpa Persembahyangan Bersama

TABANAN – Perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak yang jatuh Kamis (7/5) hari ini terasa berbeda dibanding tahun sebelumnya.

Di tengah pandemi Covid-19, perayaan yang biasanya diisi dengan sembahyang ke Vihara, namun kali ini terpaksa ditiadakan.

Hal ini dilakukan untuk mengikuti instruksi pemerintah dan upaya untuk memutus penyebaran Covid-19. Salah satu yang meniadakan persembahyangan bersama di Vihara dilakukan oleh umat Budha Tabanan. 

Biasanya, perayaan ini selalu menyedot masyarakat pemeluk agama Budha untuk datang bersembahyang di Vihara Dharma Cattra yang berlokasi di Kota Tabanan.

Tokoh umat Buddha Tabanan sekaligus Ketua Bidang Pendidikan, Sosial dan Budaya Yayasan Kerthayasa, Tabanan yang menaungi Vihara Dharma Cattra atau Kong Co Bio, Liem Surya Adinata mengungkapkan, Waisak kali ini memang tidak digelar persembahyangan bersama.

Hal ini karena umat Buddha Tabanan sangat menghormati imbauan pemerintah untuk selalu menjaga jarak dan menghindari terjadinya kerumunan demi menghindari meluasnya wabah corona.

“Dalam perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun ini, kami tidak menggelar persembahyangan bersama di Vihara Dharma Cattra,” tutur Liem Surya Adinata.

Liem menjelaskan, apabila kondisi normal seperti perayaan-perayaan Waisak pada tahun-tahun sebelumnya, umat melakukan persembahyangan purnama seperti biasa di vihara.

“Selanjutnya digelar prosesi persembahyangan menyambut detik-detik Waisak,” katanya. Pengusaha telor dan pakan ayam ini menambahkan, prosesi persembahyangan biasanya ada paradaksina.

Dalam prosesi tersebut, umat sedharma yang hadir vihara mengelilingi Dharma Sala, Bhakti Sala dan Pagoda Kwan Im.

“Mengelilingi Dharma Sala, Bhakti Sala dan Pagoda Kwan Im ini dilakukan sebanyak tiga kali sambil membaca parita suci,” paparnya.

Liem menambahkan, setelah selesai prosesi paradaksina, umat kemudian masuk ke Dharma Sala sambil bemeditasi untuk menyambut detik-detik Waisak.  

Kemudian dilanjutkan membaca parita suci dan mendengarkan dhamma desana dari Bhikhu Sangha.

“Di masing-masing rumah, baik yang memiliki cetiya atau belum. Karena kondisi saat ini sedang dalam masa pandemi jadi berdoa di rumah saja

berharap kondisi ini cepat berakhir dan kehidupan manusia di bumi khususnya di Bali bisa kembali normal,” harap Liem. 

TABANAN – Perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak yang jatuh Kamis (7/5) hari ini terasa berbeda dibanding tahun sebelumnya.

Di tengah pandemi Covid-19, perayaan yang biasanya diisi dengan sembahyang ke Vihara, namun kali ini terpaksa ditiadakan.

Hal ini dilakukan untuk mengikuti instruksi pemerintah dan upaya untuk memutus penyebaran Covid-19. Salah satu yang meniadakan persembahyangan bersama di Vihara dilakukan oleh umat Budha Tabanan. 

Biasanya, perayaan ini selalu menyedot masyarakat pemeluk agama Budha untuk datang bersembahyang di Vihara Dharma Cattra yang berlokasi di Kota Tabanan.

Tokoh umat Buddha Tabanan sekaligus Ketua Bidang Pendidikan, Sosial dan Budaya Yayasan Kerthayasa, Tabanan yang menaungi Vihara Dharma Cattra atau Kong Co Bio, Liem Surya Adinata mengungkapkan, Waisak kali ini memang tidak digelar persembahyangan bersama.

Hal ini karena umat Buddha Tabanan sangat menghormati imbauan pemerintah untuk selalu menjaga jarak dan menghindari terjadinya kerumunan demi menghindari meluasnya wabah corona.

“Dalam perayaan Hari Tri Suci Waisak tahun ini, kami tidak menggelar persembahyangan bersama di Vihara Dharma Cattra,” tutur Liem Surya Adinata.

Liem menjelaskan, apabila kondisi normal seperti perayaan-perayaan Waisak pada tahun-tahun sebelumnya, umat melakukan persembahyangan purnama seperti biasa di vihara.

“Selanjutnya digelar prosesi persembahyangan menyambut detik-detik Waisak,” katanya. Pengusaha telor dan pakan ayam ini menambahkan, prosesi persembahyangan biasanya ada paradaksina.

Dalam prosesi tersebut, umat sedharma yang hadir vihara mengelilingi Dharma Sala, Bhakti Sala dan Pagoda Kwan Im.

“Mengelilingi Dharma Sala, Bhakti Sala dan Pagoda Kwan Im ini dilakukan sebanyak tiga kali sambil membaca parita suci,” paparnya.

Liem menambahkan, setelah selesai prosesi paradaksina, umat kemudian masuk ke Dharma Sala sambil bemeditasi untuk menyambut detik-detik Waisak.  

Kemudian dilanjutkan membaca parita suci dan mendengarkan dhamma desana dari Bhikhu Sangha.

“Di masing-masing rumah, baik yang memiliki cetiya atau belum. Karena kondisi saat ini sedang dalam masa pandemi jadi berdoa di rumah saja

berharap kondisi ini cepat berakhir dan kehidupan manusia di bumi khususnya di Bali bisa kembali normal,” harap Liem. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/