GIANYAR – Puncak ritual besar nan langka, Homa Yadnya, akan digelar di halaman Yayasan Prakerti Buana di Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar pada Sabtu (22/12).
Menariknya, Homa Yadnya ini sempat digelar 675 tahun silam atau tahun 1343 di Pura Besakih pada era pemerintahan raja Dalem Waturenggong.
Upacara kali ini digelar berdasar sastra agama dengan melihat ciri-ciri dunia. Yajamana Karya, Ida Pedanda Rai Gunung Ketewel, ritual ini digelar berdasar beberapa karya sastra.
Yakni Catur Yuga, Pustaka Niti Sastra, Pustaka Roga Sanghara Bumi, dan Lontar Homa Traya Wisesa.
Berdasar sastra yang ada, pada abad ke-14, atau 675 tahun yang lalu dalam pemerintahan Dalem Waturenggong sempat diadakan upacara ini.
Beragam bencana, yang terjadi kali ini, mulai mulai erupsi Gunung Agung, gempa Lombok dan gempa Palu disertai tsunami menjadi penanda alam gonjang-ganjing.
“Dulu situasinya sama seperti sekarang berdasarkan ciri di sastra. Maka dilaksanakan karena amat sangat parah,” jelasnya.
Berdasar sastra itu pula, Homa Yadnya digelar Saniscara Umanis Sungsang. “Puncak acara atau waktu yang berdasarkan perhitungan tengek rah windu. Itu jatuhnya pada Sabtu (22/12),” jelasnya.
Mengenai prosesinya, akan dipuput oleh 40 sulinggih. Terdiri dari sulinggih Siwa-Budha; seorang Satria Putus (Begawan); seorang Bujangga Adi yakni raja Klungkung, Ida Dalem Semaraputra dari Puri Semarapura Klungkung.
Mulai Kamis ini (20/12), rangkaian upacara sudah dimulai dengan Mendak (mendatangkan) Ida Batara Dwijendra
di Pura Taman Pule dari Desa Mas Kecamatan Ubud dan Ida Batara Dang Hyang Astapaka dari Pura Taman Sari Karangasem.
Pengelola Yayasan Taman Prakerti, Ida Bagus Suprapta, menyatakan untuk dana yang dihabiskan mencapai Rp 1,5 miliar. Dana besar itu sumbangan dirinya bersama masyarakat.
“Pemerintah Gianyar sebenarnya mau ikut memberikan dana, tapi harus 2019. Tapi saya berpikir, kalau giliran Bali kena bencana, apa arti uang? Maka saya berpikir pakai dana swadaya saja,” jelasnya.
Ida Bagus Suprapta menjelaskan, nantinya, saat acara berlangsung, dihadiri oleh Gubernur Bali, Wayan Koster dan beberapa undangan lainnya.
“Untuk masyarakat umum dipersilahkan hadir untuk sembahyang,” pintanya. Kata dia, apabila ada warga yang bersedia ngayah dipersilahkan.
“Bentuk ngayah itu bisa ikut dalam kegiatan, menyumbangkan dana hingga menyumbangkan pemikiran juga bisa,” tukasnnya.