32.6 C
Jakarta
9 April 2025, 13:59 PM WIB

Bencana Datang Bertubi-tubi, Umat Hindu Hidupkan Ritual Homa Yadnya

GIANYAR โ€“ Puncak ritual besar nan langka, Homa Yadnya, akan digelar di halaman Yayasan Prakerti Buana di Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar pada Sabtu (22/12).

Menariknya, Homa Yadnya ini sempat digelar 675 tahun silam atau tahun 1343 di Pura Besakih pada era pemerintahan raja Dalem Waturenggong.

Upacara kali ini digelar berdasar sastra agama dengan melihat ciri-ciri dunia. โ€œSetiap ada kondisi alam dunia, bencana, gempa, gunung meletus,

pikiran atau moral manusia terdegradasi, moral merosot, maka Pedanda berpikir mengadakan paruman, diputuskan karya Homa Yadnya,โ€ ujar Yajamana Karya, Ida Pedanda Rai Gunung Ketewel, kemarin.

Sulinggih dari Geria Bakbakan, Kecamatan Gianyar itu menambahkan, upacara ini menggunakan media api. Nanti api akan hidup selama 3 hari tiga malam.

Api tersebut diletakkan dalam jambangan besar. โ€œTapi ini bukan Agni Hotra. Beda. Dan memang sedikitpun tidak sama dengan Agni Hotra,โ€ ujarnya.

Mengenai lokasinya, pihaknya menggunakan lahan pribadi. โ€œKalau dulu di Besakih. Tapi sekarang kami menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena kita semua tahu degradasi sagat keras,โ€ jelasnya.

Ritual ini juga unik, karena kebanyakan menggunakan jumlah 9. Bahkan barang-barang yang jarang diitemui mendadak dengan mudah diperoleh.

โ€œContoh, jambangan dari tembaga biasanya dibuat cukup lama. Tapi jambangan tembaga ini sudah ada dari seorang Pande (ahli besi), tapi nggak diambil sama pemesannya. Ternyata baru diukur pas 99 centimeter,โ€ ujarnya.

Lantaran ukurannya 99 cm, maka dihaturkan ke panitia upacara. โ€œItu salah satu ajaibnya. Barang sulit dicari, bisa diperoleh,โ€ ujarnya.

Selain jambangan, beberapa benda, yakni kayu bakar berjumlah 9 jenis, air kelapa sejumlah 9 jenis dan lain sebagainya.

 

GIANYAR โ€“ Puncak ritual besar nan langka, Homa Yadnya, akan digelar di halaman Yayasan Prakerti Buana di Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar pada Sabtu (22/12).

Menariknya, Homa Yadnya ini sempat digelar 675 tahun silam atau tahun 1343 di Pura Besakih pada era pemerintahan raja Dalem Waturenggong.

Upacara kali ini digelar berdasar sastra agama dengan melihat ciri-ciri dunia. โ€œSetiap ada kondisi alam dunia, bencana, gempa, gunung meletus,

pikiran atau moral manusia terdegradasi, moral merosot, maka Pedanda berpikir mengadakan paruman, diputuskan karya Homa Yadnya,โ€ ujar Yajamana Karya, Ida Pedanda Rai Gunung Ketewel, kemarin.

Sulinggih dari Geria Bakbakan, Kecamatan Gianyar itu menambahkan, upacara ini menggunakan media api. Nanti api akan hidup selama 3 hari tiga malam.

Api tersebut diletakkan dalam jambangan besar. โ€œTapi ini bukan Agni Hotra. Beda. Dan memang sedikitpun tidak sama dengan Agni Hotra,โ€ ujarnya.

Mengenai lokasinya, pihaknya menggunakan lahan pribadi. โ€œKalau dulu di Besakih. Tapi sekarang kami menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena kita semua tahu degradasi sagat keras,โ€ jelasnya.

Ritual ini juga unik, karena kebanyakan menggunakan jumlah 9. Bahkan barang-barang yang jarang diitemui mendadak dengan mudah diperoleh.

โ€œContoh, jambangan dari tembaga biasanya dibuat cukup lama. Tapi jambangan tembaga ini sudah ada dari seorang Pande (ahli besi), tapi nggak diambil sama pemesannya. Ternyata baru diukur pas 99 centimeter,โ€ ujarnya.

Lantaran ukurannya 99 cm, maka dihaturkan ke panitia upacara. โ€œItu salah satu ajaibnya. Barang sulit dicari, bisa diperoleh,โ€ ujarnya.

Selain jambangan, beberapa benda, yakni kayu bakar berjumlah 9 jenis, air kelapa sejumlah 9 jenis dan lain sebagainya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/