29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:25 AM WIB

STMIK Primakara Sukses Produksi Gate Penyemprotan Disinfektan Otomatis

DENPASAR – Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara Bali mengembangkan gate penyemprotan desinfektan otomatis. 

Alat ini dibuat untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan virus Corona jenis baru atau Covid-19 di Pulau Dewata.

Bahkan, alat yang baru diperkenalkan Sabtu (21/3) lalu ini dalam sehari sudah mendapatkan respon luar biasa positif dari Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali.

“Kami diminta menyiapkan 10 oleh Pak Sekda dan 4 oleh Pemkot Denpasar. Semoga ini bisa membantu upaya pencegahan Covid-19 di Bali,” kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S.Kom.,M.M., Minggu (22/3).

Artana menuturkan, melihat kondisi terkini akibat pandemi Covid-19, STMIK Primakara tergerak menciptakan gate penyemprotan desinfektan otomatis.

Alat ini langsung dicoba di Kampus STMIK Primakara, Jalan Tukad Badung No. 135 Denpasar, Sabtu (21/3) kemarin.

Gate penyemprotan desinfektan otomatis in bentuknya berupa bilik berukuran 2,5 x 1 meter. Dalam uji coba, alat itu terpajang di depan pintu utama Kampus IT Terbaik di Bali, NTT, NTB (Bali Nusra) ini.

Fungsinya, untuk melakukan penyemprotan desinfektan otomatis kepada siapapun yang melewatinya.

“Alat ini merupakan gerbang penyiraman cairan desinfektan yang memiliki kemampuan penyiraman otomatis yang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) ,

dengan memanfaatkan Microcontroller, Sensor dan Relay,” terang Made Adi Paramartha Putra, salah seorang Dosen Prodi Teknik Informatika STMIK Primakara yang ikut menciptakan alat ini.

Adapun cara kerja alat yang menggunakan bantuan dari Arduino IDE ini adalah melakukan deteksi  secara terus menerus,

kemudian saat mendeteksi pengguna di jarak tertentu, relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan secara otomatis.

“Semuanya itu akan bisa berjalan ketika dibaca oleh sensor yang kita taruh di bagian atas depan bilik. Kemudian saat mendeteksi pengguna di jarak tertentu,

relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan melalui lima lubang yang telah disediakan,” terang Adi.

Keberadaan gate penyemprotan desinfektan otomatis dirasakan sangat dibutuhkan dan efektif digunakan terutama pintu keluar masuk Bali seperti bandara,

pelabuhan termasuk di tempat-tempat publik lainnya seperti mall/pusat perbelanjaan hingga perkantoran pemerintah dan tempat lainnya.

“Kalau seperti di bandara, tempat umum atau perkantoran biasanya dilakukan penyemprotan desinfektan secara manual.

Tentu itu menimbulkan ketidaknyamanannya bagi yang disemprot maupun yang menyemprot. Makanya STMIK Primakara berinisiatif untuk membuat alat ini,” terang Artana lebih lanjut.

Penciptaan gate penyemprotan desinfektan otomatis ini terbilang dikebut dengan cepat yakni hanya dalam jangka waktu kurang dari dua hari.

Tim dari STMIK Primakara bergerak cepat menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan khususnya perangkat IoT-nya termasuk melakukan programming atau koding sederhana untuk mengoperasikan alat ini secara otomatis.

“Awalnya saya di-tag dan ditantang teman di Facebook untuk membuat sesuatu di tengah situasi keprihatinan kita berjuang melawan Corona.

Jadi lahirlah alat ini,” ungkap Artana yang pernah  meraih Technopreneur Award dari Majalah M&I dan juga pengusaha visioner yang

telah lebih dari 20 tahun bergerak dalam bidang IT, mulai dari Software Development, IT Consulting hingga Internet Service Provider (ISP).

Walau gate penyemprotan desinfektan otomatis ini saat ini baru sebatas prototipe, namun saat uji coba alat ini sudah dapat bekerja dengan baik.

Namun, memang masih diperlukan sejumlah perbaikan atau peningkatan. Salah satunya adalah kualitas deteksi sensor yang dinilai masih kurang sensitif terhadap tubuh manusia.

“Ini yang menjadi kelemahan dalam alat ini. Sensor yang kami sediakan hanya satu. Jadi ketika ada orang yang ada di depan alat ini, sensor yang kami sediakan juga kurang sensitif.

Jadi, ke depan kami akan kembangkan dengan banyak sensor. Ketika ada orang yang ada di depan alat ini, validasi yang diperoleh oleh program akan lebih akurat,” jelas Adi.

STMIK Primakara sebagai Kampus IT Masa Kini yang dikenal sebagai Technopreneurship Campus dan telah Terakreditasi Institusi B dari BAN PT ini

pun berharap alat ini bisa menjadi solusi membantu pemerintah dan masyarakat bersama mencegah dan melawan virus Corona.

Sebab penyediaan alat penyemprotan desinfektan secara otomatis sudah harus dilakukan di tempat-tempat umum untuk mencegah penularan virus Corona semakin meluas.

Selain lebih efektif, alat ini juga punya sifat memaksa, jadi semua orang itu bisa lewat satu gerbang dan dilakukan penyemprotan desinfektan secara otomatis.

“Goal utama kami adalah membantu pemerintah dan semua pihak melakukan upaya seoptimal mungkin mencegah dan menanggulangi penyebaran Covid-19.

Di tengah situasi ini kehadiran STMIK Primakara harus dirasakan masyarakatnya,” imbuh Artana yang juga Juara I Penggerak Wirausaha Muda

Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepreneur Award) dari Junior Chamber International ini.

Solusi yang ditawarkan STMIK Primakara lewat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini akan disampaikan juga kepada Gubernur Bali dan Bupati/Walikota se-Bali.

“Untuk alat yang pertama ini kami buat bahkan kami siap hibahkan. Siapapun yang berminat baik dari pemerintah daerah

maupun instansi lain silakan hubungi kami,” kata Artana yang juga peraih penghargaan Most Outstanding Development Officer ini.

Jika akhirnya pihak pemerintah daerah ataupun layanan publik seperti bandara dan lainnya tergerak untuk memakai alat ini, STMIK Primakara mengaku siap untuk memproduksi dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan.

“Kami memang menyiapkan ini kalau misalnya pihak pemda dan bandara atau apa yang lainnya yang membutuhkan silahkan.

Kami siap kalau menang dibutuhkan untuk memproduksi lanjutannya,” tutur Artana yang juga peraih The Best Development Officer dari JCI Asia Pacific Development Council ini.

Soal biaya produksi, Artana menyebutkan untuk menghasilkan satu alat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini, biaya yang dihabiskan berkisar di angka Rp 7 juta hingga Rp 8 juta.

“Tapi kami agak kesulitan mencari perangkat IoT-nya dan harus pesan dulu dari Jakarta,” tutup Artana yang juga Founder Kampus Alfa Prima ini. (rba)

DENPASAR – Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara Bali mengembangkan gate penyemprotan desinfektan otomatis. 

Alat ini dibuat untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan virus Corona jenis baru atau Covid-19 di Pulau Dewata.

Bahkan, alat yang baru diperkenalkan Sabtu (21/3) lalu ini dalam sehari sudah mendapatkan respon luar biasa positif dari Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali.

“Kami diminta menyiapkan 10 oleh Pak Sekda dan 4 oleh Pemkot Denpasar. Semoga ini bisa membantu upaya pencegahan Covid-19 di Bali,” kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana, S.Kom.,M.M., Minggu (22/3).

Artana menuturkan, melihat kondisi terkini akibat pandemi Covid-19, STMIK Primakara tergerak menciptakan gate penyemprotan desinfektan otomatis.

Alat ini langsung dicoba di Kampus STMIK Primakara, Jalan Tukad Badung No. 135 Denpasar, Sabtu (21/3) kemarin.

Gate penyemprotan desinfektan otomatis in bentuknya berupa bilik berukuran 2,5 x 1 meter. Dalam uji coba, alat itu terpajang di depan pintu utama Kampus IT Terbaik di Bali, NTT, NTB (Bali Nusra) ini.

Fungsinya, untuk melakukan penyemprotan desinfektan otomatis kepada siapapun yang melewatinya.

“Alat ini merupakan gerbang penyiraman cairan desinfektan yang memiliki kemampuan penyiraman otomatis yang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) ,

dengan memanfaatkan Microcontroller, Sensor dan Relay,” terang Made Adi Paramartha Putra, salah seorang Dosen Prodi Teknik Informatika STMIK Primakara yang ikut menciptakan alat ini.

Adapun cara kerja alat yang menggunakan bantuan dari Arduino IDE ini adalah melakukan deteksi  secara terus menerus,

kemudian saat mendeteksi pengguna di jarak tertentu, relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan secara otomatis.

“Semuanya itu akan bisa berjalan ketika dibaca oleh sensor yang kita taruh di bagian atas depan bilik. Kemudian saat mendeteksi pengguna di jarak tertentu,

relay akan menyalakan pompa untuk menyemprotkan cairan desinfektan melalui lima lubang yang telah disediakan,” terang Adi.

Keberadaan gate penyemprotan desinfektan otomatis dirasakan sangat dibutuhkan dan efektif digunakan terutama pintu keluar masuk Bali seperti bandara,

pelabuhan termasuk di tempat-tempat publik lainnya seperti mall/pusat perbelanjaan hingga perkantoran pemerintah dan tempat lainnya.

“Kalau seperti di bandara, tempat umum atau perkantoran biasanya dilakukan penyemprotan desinfektan secara manual.

Tentu itu menimbulkan ketidaknyamanannya bagi yang disemprot maupun yang menyemprot. Makanya STMIK Primakara berinisiatif untuk membuat alat ini,” terang Artana lebih lanjut.

Penciptaan gate penyemprotan desinfektan otomatis ini terbilang dikebut dengan cepat yakni hanya dalam jangka waktu kurang dari dua hari.

Tim dari STMIK Primakara bergerak cepat menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan khususnya perangkat IoT-nya termasuk melakukan programming atau koding sederhana untuk mengoperasikan alat ini secara otomatis.

“Awalnya saya di-tag dan ditantang teman di Facebook untuk membuat sesuatu di tengah situasi keprihatinan kita berjuang melawan Corona.

Jadi lahirlah alat ini,” ungkap Artana yang pernah  meraih Technopreneur Award dari Majalah M&I dan juga pengusaha visioner yang

telah lebih dari 20 tahun bergerak dalam bidang IT, mulai dari Software Development, IT Consulting hingga Internet Service Provider (ISP).

Walau gate penyemprotan desinfektan otomatis ini saat ini baru sebatas prototipe, namun saat uji coba alat ini sudah dapat bekerja dengan baik.

Namun, memang masih diperlukan sejumlah perbaikan atau peningkatan. Salah satunya adalah kualitas deteksi sensor yang dinilai masih kurang sensitif terhadap tubuh manusia.

“Ini yang menjadi kelemahan dalam alat ini. Sensor yang kami sediakan hanya satu. Jadi ketika ada orang yang ada di depan alat ini, sensor yang kami sediakan juga kurang sensitif.

Jadi, ke depan kami akan kembangkan dengan banyak sensor. Ketika ada orang yang ada di depan alat ini, validasi yang diperoleh oleh program akan lebih akurat,” jelas Adi.

STMIK Primakara sebagai Kampus IT Masa Kini yang dikenal sebagai Technopreneurship Campus dan telah Terakreditasi Institusi B dari BAN PT ini

pun berharap alat ini bisa menjadi solusi membantu pemerintah dan masyarakat bersama mencegah dan melawan virus Corona.

Sebab penyediaan alat penyemprotan desinfektan secara otomatis sudah harus dilakukan di tempat-tempat umum untuk mencegah penularan virus Corona semakin meluas.

Selain lebih efektif, alat ini juga punya sifat memaksa, jadi semua orang itu bisa lewat satu gerbang dan dilakukan penyemprotan desinfektan secara otomatis.

“Goal utama kami adalah membantu pemerintah dan semua pihak melakukan upaya seoptimal mungkin mencegah dan menanggulangi penyebaran Covid-19.

Di tengah situasi ini kehadiran STMIK Primakara harus dirasakan masyarakatnya,” imbuh Artana yang juga Juara I Penggerak Wirausaha Muda

Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepreneur Award) dari Junior Chamber International ini.

Solusi yang ditawarkan STMIK Primakara lewat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini akan disampaikan juga kepada Gubernur Bali dan Bupati/Walikota se-Bali.

“Untuk alat yang pertama ini kami buat bahkan kami siap hibahkan. Siapapun yang berminat baik dari pemerintah daerah

maupun instansi lain silakan hubungi kami,” kata Artana yang juga peraih penghargaan Most Outstanding Development Officer ini.

Jika akhirnya pihak pemerintah daerah ataupun layanan publik seperti bandara dan lainnya tergerak untuk memakai alat ini, STMIK Primakara mengaku siap untuk memproduksi dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan.

“Kami memang menyiapkan ini kalau misalnya pihak pemda dan bandara atau apa yang lainnya yang membutuhkan silahkan.

Kami siap kalau menang dibutuhkan untuk memproduksi lanjutannya,” tutur Artana yang juga peraih The Best Development Officer dari JCI Asia Pacific Development Council ini.

Soal biaya produksi, Artana menyebutkan untuk menghasilkan satu alat gate penyemprotan desinfektan otomatis ini, biaya yang dihabiskan berkisar di angka Rp 7 juta hingga Rp 8 juta.

“Tapi kami agak kesulitan mencari perangkat IoT-nya dan harus pesan dulu dari Jakarta,” tutup Artana yang juga Founder Kampus Alfa Prima ini. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/