26.7 C
Jakarta
25 November 2024, 5:25 AM WIB

Bali Sering Diguncang Gempa hingga Tsunami, Ini yang Dilakukan LDII…

DENPASAR – Selain sebagai destinasi utama pariwisata, Pulau Bali ternyata menyimpan sejarah memilukan pada masa lalu.

BMKG mencatat, di Bali Selatan dan di Bali Utara dalam kurun waktu 1815 – 2019, ada 14 gempa bumi besar.

Dari 14 gempa tersebut, dua di antaranya gempa bumi besar yang dikenal oleh masyarakat Bali dengan sebutan gejer Bali, yaitu gempa 1815 dan 1917 yang berlokasi di utara Bali.

Sebagian gempa tersebut bahkan memicu tsunami hingga menyebabkan ribuan korban jiwa. Tidak hanya korban jiwa, tapi juga kerusakan hebat.

Fakta tersebut terungkap dalam acara sosialisasi dan simulasi gempa bumi dan tsunami yang digelar DPW LDII Bali bekerja sama dengan Stasiun Geofisika Denpasar, BPBD Kota Denpasar, dan PMI Kota Denpasar, Minggu (23/2).

Acara yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna LDII Bali di Padangsambian, Denpasar Barat, itu berlangsung semarak.

Tidak kurang dari 200 orang generasi LDII Bali antusias menyambut materi sekaligus simulasi yang disampaikan pemateri.

Kalaksa BPBD Kota Denpasar Drs. Ida Bagus Joni Arimbawa, M.Si, saat membuka acara berterima kasih atas kesediaan LDII mengikuti sosialisasi dan simulasi gempa bumi dan tsunami.

Ditegaskan, acara ini sangat penting. Pasalnya, Bali merupakan daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

“Karena itu perlu terus diadakan sosialisasi dan simulasi bencana kepada generasi muda. Dengan demikian, ke depan ketika terjadi bencana sudah sigap,” ujar Joni. Tampak hadir Sekretaris PMI Kota Denpasar, I Nyoman Lantra, S.Sos.

Sementara itu, dari DPW LDII Bali hadir jajaran pengurus dan dewan penasihat (wanhat). Ketua DPW LDII Bali, Drs. H. Olih Solihat Karso, M.Sn meminta generasi muda yang hadir semangat mengikuti simulasi.

Nantinya ilmu yang didapat bisa ditularkan pada keluarga dan lingkungan sekitar. “Namanya bencana tidak ada yang tahu kapan datangnya. Karena itu, kita perlu membekali diri,” tutur Olih.

Di lain sisi, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Ikhsan, S.T., M.Si., mengapresiasi LDII Bali yang sudah bersedia menyiapkan tempat dan menginstruksikan generasi mudanya untuk mengikuti acara.

Selain penyampaian materi dan simulasi, juga ada pengarahan dari BPBD Kota Denpsar terkait evakuasi mandiri.

Misalnya, saat gempa bumi terjadi tidak boleh berlari. Langkah pertama tetap tenang dan lindungi kepala. Jika sudah aman, segera menuju titik kumpul.

Tak ketinggalan PMI Kota Denpasar mempraktikkan pertolongan pertama jika ada bencana. Misalnya, pertolongan pertama pada korban patah tulang, luka bakar, dan luka kepala.

“Evaluasi tetap kami lakukan, tapi sebagian besar generasi muda LDII Bali cukup memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi dan tsunami,” tegas Ikhsan.

Di sela acara, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar menyerahkan rambu evakuasi sebagai syarat standar sarana keselamatan dan evakuasi gedung.

Tidak hanya itu, LDII Bali juga mendapat sertifikat sebagai bentuk partisipasi sadar bencana. 

DENPASAR – Selain sebagai destinasi utama pariwisata, Pulau Bali ternyata menyimpan sejarah memilukan pada masa lalu.

BMKG mencatat, di Bali Selatan dan di Bali Utara dalam kurun waktu 1815 – 2019, ada 14 gempa bumi besar.

Dari 14 gempa tersebut, dua di antaranya gempa bumi besar yang dikenal oleh masyarakat Bali dengan sebutan gejer Bali, yaitu gempa 1815 dan 1917 yang berlokasi di utara Bali.

Sebagian gempa tersebut bahkan memicu tsunami hingga menyebabkan ribuan korban jiwa. Tidak hanya korban jiwa, tapi juga kerusakan hebat.

Fakta tersebut terungkap dalam acara sosialisasi dan simulasi gempa bumi dan tsunami yang digelar DPW LDII Bali bekerja sama dengan Stasiun Geofisika Denpasar, BPBD Kota Denpasar, dan PMI Kota Denpasar, Minggu (23/2).

Acara yang dilaksanakan di Gedung Serbaguna LDII Bali di Padangsambian, Denpasar Barat, itu berlangsung semarak.

Tidak kurang dari 200 orang generasi LDII Bali antusias menyambut materi sekaligus simulasi yang disampaikan pemateri.

Kalaksa BPBD Kota Denpasar Drs. Ida Bagus Joni Arimbawa, M.Si, saat membuka acara berterima kasih atas kesediaan LDII mengikuti sosialisasi dan simulasi gempa bumi dan tsunami.

Ditegaskan, acara ini sangat penting. Pasalnya, Bali merupakan daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.

“Karena itu perlu terus diadakan sosialisasi dan simulasi bencana kepada generasi muda. Dengan demikian, ke depan ketika terjadi bencana sudah sigap,” ujar Joni. Tampak hadir Sekretaris PMI Kota Denpasar, I Nyoman Lantra, S.Sos.

Sementara itu, dari DPW LDII Bali hadir jajaran pengurus dan dewan penasihat (wanhat). Ketua DPW LDII Bali, Drs. H. Olih Solihat Karso, M.Sn meminta generasi muda yang hadir semangat mengikuti simulasi.

Nantinya ilmu yang didapat bisa ditularkan pada keluarga dan lingkungan sekitar. “Namanya bencana tidak ada yang tahu kapan datangnya. Karena itu, kita perlu membekali diri,” tutur Olih.

Di lain sisi, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Ikhsan, S.T., M.Si., mengapresiasi LDII Bali yang sudah bersedia menyiapkan tempat dan menginstruksikan generasi mudanya untuk mengikuti acara.

Selain penyampaian materi dan simulasi, juga ada pengarahan dari BPBD Kota Denpsar terkait evakuasi mandiri.

Misalnya, saat gempa bumi terjadi tidak boleh berlari. Langkah pertama tetap tenang dan lindungi kepala. Jika sudah aman, segera menuju titik kumpul.

Tak ketinggalan PMI Kota Denpasar mempraktikkan pertolongan pertama jika ada bencana. Misalnya, pertolongan pertama pada korban patah tulang, luka bakar, dan luka kepala.

“Evaluasi tetap kami lakukan, tapi sebagian besar generasi muda LDII Bali cukup memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi dan tsunami,” tegas Ikhsan.

Di sela acara, Kepala Stasiun Geofisika Denpasar menyerahkan rambu evakuasi sebagai syarat standar sarana keselamatan dan evakuasi gedung.

Tidak hanya itu, LDII Bali juga mendapat sertifikat sebagai bentuk partisipasi sadar bencana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/