25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:47 AM WIB

Gandeng Plastic Smart Cities Transformasikan Sistem Sampah di Ubung

DENPASAR – Rethinking Recycling Academy adalah sebuah program capacity building yang diluncurkan oleh McKinsey.org, bermitra dengan Plastic Smart Cities Initiative untuk mentransformasi ekosistem pengolahan sampah di desa Ubung Kaja, Bali, Indonesia.

Plastic Smart Cities (PSC) adalah inisiatif WWF yang bekerja sama dengan kota-kota di seluruh dunia untuk menjauhkan plastik dari alam.

Ubung Kaja adalah sebuah desa dengan populasi sebanyak 20,000 orang, berlokasi di Denpasar, ibukota provinsi Bali.

“Dibandingkan pada saat saya masih kecil, sudah banyak berubah. Saat saya masuk SD, tidak ada polusi. Kami bahkan tidak pakai sepatu untuk berjalan di sekitar desa.” kata I Wayan Astika, Kepala Desa Ubung Kaja.

“Setelah 30 tahun, semuanya berubah. Sungguh luar biasa dan menyedihkan melihat perubahan yang terjadi,” imbuhnya.

Resah dengan kondisi desanya, Astika siap mendukung saat Rethinking Recycling Academy mendekatinya dan menawarkan peluang untuk bergabung dengan cohort yang pertama.

“Saya melihat [isu di desa saya] yang Academy coba pecahkan. Dengan bergabung bersama Academy [Saya ingin melihat] bagaimana kita dapat

mengembalikan lingkungan agar lebih aman dan bersih. Bagaimana kita mengajarkan anak cucu kita untuk tidak terpapar sampah dan polusi,” tandasnya.

Dalam kemitraannya dengan PSC, Rethinking Recycling Academy bertujuan untuk memberdayakan  Ubung Kaja dalam membangun ekosistem daur ulang yang inklusif dan ekonomis.

Ella Flaye, Direktur Regional McKinsey.org untuk Asia menjelaskan prinsip-prinsip utama Rethinking Recycling Academy.

“Rethinking Recycling Academy bertujuan untuk menyediakan solusi menyeluruh yang mendukung keberhasilan masyarakat.

Program kami bekerja secara langsung dengan masyarakat untuk menyediakan pelatihan dan program capacity building guna mentransformasi

sistem sampah dan daur ulang di rumahnya sendiri. Di mana ada tantangan, disitu kita bangun solusi,” kata Ella Flaye.

Saat desa Ubung Kaja bergabung dengan Academy, fasilitas pengolahan sampahnya (MRF), atau dikenal sebagai TPS3R, hampir tidak berfungsi, hanya dapat mencakup 80 dari 20,000 orang yang tinggal di desa.

Sejak September 2020, Rethinking Recycling Academy bekerja sama dengan pimpinan desa, pimpinan masyarakat, manajer operasional dan pekerja sampah

untuk mentransformasi operasional di TPS3R mereka, termasuk mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kondisi kerja.

“Sampah yang dihasillkan oleh masyarakat tidak perlu menjadi sampah yang dibuang. Sampah yang dihasilkan dapat diubah menjadi aset,” sebut Astika.

“Tidak semua sampah itu kotor, beberapa sampah dapat diubah menjadi komoditas dan di saat yang sama, ini menjadi pendapatan bagi penyelenggara, desa dan lingkungan hidup,” imbuhnya.

Sejak awal transformasi, Ubung Kaja telah mengambil langkah pertama pada keberlanjutan ekonomis dengan mengatur kembali pengoperasian daur ulang bahan organik

untuk memulai pemrosesan dan menjual kompos, mengubah bahan organik yang sebelumnya adalah sampah ini menjadi penggunaan produktif.

“Inisiatif PSC bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang masuk ke lingkungan hidup dengan mengatasi titik-titik kebocoran utama

di tingkat kota dan kota sekitarnya,” kata Aditya Bayunanda, Head of Footprint and Market Transformation, Yayasan WWF Indonesia.

“Dengan mendukung model TPS 3R berkelanjutan di Desa Ubung Kaja, komunitas akan secara langsung berkontribusi dalam pengurangan sisa sampah plastik laut yang berasal dari area ini.

Ini juga berfungsi sebagai model yang dapat menjadi cetak biru yang akan memandu aksi di seluruh kota untuk meningkatkan kebijakan dan infrastruktur pengolahan sampah,” tandasnya.

Rethinking Recycling Academy dan PSC mengawali kerja sama dengan mendukung destinasi pariwisata ikonik ini yang terancam oleh polusi plastik.

“Kami sangat bersemangat untuk saling bergandengan tangan sebagai mitra untuk melanjutkan transformasi Ubung Kaja dan mendorong dampak lingkungan dan sosial yang bermakna,” pungkasnya.

 

DENPASAR – Rethinking Recycling Academy adalah sebuah program capacity building yang diluncurkan oleh McKinsey.org, bermitra dengan Plastic Smart Cities Initiative untuk mentransformasi ekosistem pengolahan sampah di desa Ubung Kaja, Bali, Indonesia.

Plastic Smart Cities (PSC) adalah inisiatif WWF yang bekerja sama dengan kota-kota di seluruh dunia untuk menjauhkan plastik dari alam.

Ubung Kaja adalah sebuah desa dengan populasi sebanyak 20,000 orang, berlokasi di Denpasar, ibukota provinsi Bali.

“Dibandingkan pada saat saya masih kecil, sudah banyak berubah. Saat saya masuk SD, tidak ada polusi. Kami bahkan tidak pakai sepatu untuk berjalan di sekitar desa.” kata I Wayan Astika, Kepala Desa Ubung Kaja.

“Setelah 30 tahun, semuanya berubah. Sungguh luar biasa dan menyedihkan melihat perubahan yang terjadi,” imbuhnya.

Resah dengan kondisi desanya, Astika siap mendukung saat Rethinking Recycling Academy mendekatinya dan menawarkan peluang untuk bergabung dengan cohort yang pertama.

“Saya melihat [isu di desa saya] yang Academy coba pecahkan. Dengan bergabung bersama Academy [Saya ingin melihat] bagaimana kita dapat

mengembalikan lingkungan agar lebih aman dan bersih. Bagaimana kita mengajarkan anak cucu kita untuk tidak terpapar sampah dan polusi,” tandasnya.

Dalam kemitraannya dengan PSC, Rethinking Recycling Academy bertujuan untuk memberdayakan  Ubung Kaja dalam membangun ekosistem daur ulang yang inklusif dan ekonomis.

Ella Flaye, Direktur Regional McKinsey.org untuk Asia menjelaskan prinsip-prinsip utama Rethinking Recycling Academy.

“Rethinking Recycling Academy bertujuan untuk menyediakan solusi menyeluruh yang mendukung keberhasilan masyarakat.

Program kami bekerja secara langsung dengan masyarakat untuk menyediakan pelatihan dan program capacity building guna mentransformasi

sistem sampah dan daur ulang di rumahnya sendiri. Di mana ada tantangan, disitu kita bangun solusi,” kata Ella Flaye.

Saat desa Ubung Kaja bergabung dengan Academy, fasilitas pengolahan sampahnya (MRF), atau dikenal sebagai TPS3R, hampir tidak berfungsi, hanya dapat mencakup 80 dari 20,000 orang yang tinggal di desa.

Sejak September 2020, Rethinking Recycling Academy bekerja sama dengan pimpinan desa, pimpinan masyarakat, manajer operasional dan pekerja sampah

untuk mentransformasi operasional di TPS3R mereka, termasuk mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kondisi kerja.

“Sampah yang dihasillkan oleh masyarakat tidak perlu menjadi sampah yang dibuang. Sampah yang dihasilkan dapat diubah menjadi aset,” sebut Astika.

“Tidak semua sampah itu kotor, beberapa sampah dapat diubah menjadi komoditas dan di saat yang sama, ini menjadi pendapatan bagi penyelenggara, desa dan lingkungan hidup,” imbuhnya.

Sejak awal transformasi, Ubung Kaja telah mengambil langkah pertama pada keberlanjutan ekonomis dengan mengatur kembali pengoperasian daur ulang bahan organik

untuk memulai pemrosesan dan menjual kompos, mengubah bahan organik yang sebelumnya adalah sampah ini menjadi penggunaan produktif.

“Inisiatif PSC bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang masuk ke lingkungan hidup dengan mengatasi titik-titik kebocoran utama

di tingkat kota dan kota sekitarnya,” kata Aditya Bayunanda, Head of Footprint and Market Transformation, Yayasan WWF Indonesia.

“Dengan mendukung model TPS 3R berkelanjutan di Desa Ubung Kaja, komunitas akan secara langsung berkontribusi dalam pengurangan sisa sampah plastik laut yang berasal dari area ini.

Ini juga berfungsi sebagai model yang dapat menjadi cetak biru yang akan memandu aksi di seluruh kota untuk meningkatkan kebijakan dan infrastruktur pengolahan sampah,” tandasnya.

Rethinking Recycling Academy dan PSC mengawali kerja sama dengan mendukung destinasi pariwisata ikonik ini yang terancam oleh polusi plastik.

“Kami sangat bersemangat untuk saling bergandengan tangan sebagai mitra untuk melanjutkan transformasi Ubung Kaja dan mendorong dampak lingkungan dan sosial yang bermakna,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/