28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 20:00 PM WIB

Ngelawang, Tradisi Memohon Berkah saat Perayaan Hari Raya Galungan

GIANYAR – Setiap hari raya Galungan dan Kuningan, masyarakat Bali kerap menggelar tradisi ngelawang barong.

Hal yang sama juga dilakukan oleh warga Desa Pakraman Puakan, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang pada Kamis (27/12) kemarin.

Bedanya, di desa itu tapakan suci Ida Batara yang berperawakan barong dan rangda diarak untuk memohon berkah.

Menurut warga setempat, I Wayan Tagil Kumara Nata,  tradisi yang berlangsung enam bulan sekali diawali dengan menggelar upacara di pura Puseh kemudian dilanjutkan ke pura Bale Agung.

“Seluruh tapakan Ida Batara berperawakan barong dan rangda dihaturkan upacara khusus di dua pura itu,” ujarnya.

Di pura puseh, tapakan Ida Batara menghadap ke timur atau ke arah palinggih, dengan tujuan memohon kesidian (kehidupan) dan kesaktian dari seluruh tapakan.

“Di pura ini seluruh tapakan tangkil untuk nunas kesidian seluruh tapakan,” imbuhnya. Dari pura Puseh dan Bale Agung, tapakan diarak keliling desa termasuk menuju hutan yang masih berada di wilayah desa pakraman.

Saat ritual ini berlangsung, juga diikuti oleh warga yang bertempat tinggal tinggal wilayah Ubud Utara.

“Ngelawang dilakukan sebagai salah satu bentuk tolak bala, atau menetralisir pengaruh negatif alam semesta,” terangnya.

Menariknya, saat perjalanan dari pura Puseh dan Bale Agung menuju hutan, beberapa pura yang dilalui juga disinggahi. Tujuannya juga untuk memohon berkah dari pura yang dilalui itu.

Perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki, kemudian pulang juga berjalan kaki, membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan, bisa sampai malam hari. “Tapi, warga tetap antusias,” jelasnya. 

GIANYAR – Setiap hari raya Galungan dan Kuningan, masyarakat Bali kerap menggelar tradisi ngelawang barong.

Hal yang sama juga dilakukan oleh warga Desa Pakraman Puakan, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang pada Kamis (27/12) kemarin.

Bedanya, di desa itu tapakan suci Ida Batara yang berperawakan barong dan rangda diarak untuk memohon berkah.

Menurut warga setempat, I Wayan Tagil Kumara Nata,  tradisi yang berlangsung enam bulan sekali diawali dengan menggelar upacara di pura Puseh kemudian dilanjutkan ke pura Bale Agung.

“Seluruh tapakan Ida Batara berperawakan barong dan rangda dihaturkan upacara khusus di dua pura itu,” ujarnya.

Di pura puseh, tapakan Ida Batara menghadap ke timur atau ke arah palinggih, dengan tujuan memohon kesidian (kehidupan) dan kesaktian dari seluruh tapakan.

“Di pura ini seluruh tapakan tangkil untuk nunas kesidian seluruh tapakan,” imbuhnya. Dari pura Puseh dan Bale Agung, tapakan diarak keliling desa termasuk menuju hutan yang masih berada di wilayah desa pakraman.

Saat ritual ini berlangsung, juga diikuti oleh warga yang bertempat tinggal tinggal wilayah Ubud Utara.

“Ngelawang dilakukan sebagai salah satu bentuk tolak bala, atau menetralisir pengaruh negatif alam semesta,” terangnya.

Menariknya, saat perjalanan dari pura Puseh dan Bale Agung menuju hutan, beberapa pura yang dilalui juga disinggahi. Tujuannya juga untuk memohon berkah dari pura yang dilalui itu.

Perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki, kemudian pulang juga berjalan kaki, membutuhkan waktu yang panjang. Bahkan, bisa sampai malam hari. “Tapi, warga tetap antusias,” jelasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/