Seorang personel pemadam kebakaran (Damkar) Buleleng punya nazar. Yakni mempersunting pujaan hati dan menjemputnya dengan sebuah mobil pemadam kebakaran. Nazar itu pun berhasil ditunaikan. Seperti apa?
Eka Prasetya, Buleleng
SEBUAH mobil pemadam kebakaran, terparkir di tepi Jalan Raya Sinabun-Sudaji, tepatnya di wilayah Desa Suwug. Di bagian depan mobil terlihat sebatang tebu diikat dengan kain kuning. Tandanya mobil itu masuk dalam rombongan pengantin.
Uniknya mobil pemadam kebakaran yang digunakan, bukan armada sembarangan. Mobil itu dikenal dengan nama Morita. Mobil itu adalah armada pertama personel Damkar Buleleng. Kendaraan itu diproduksi pada tahun 1968.
Sudah bertahun-tahun mobil itu tak lagi digunakan. Sebab tak mampu melaju di medan dengan kemiringan tajam. Mobil lebih banyak menghuni garasi Pos Induk Damkar Buleleng. Biasanya armada itu digunakan untuk mengangkut anak TK maupun SD yang berkunjung di sana. Selain itu Morita juga kerap datang pada perayaan Kemerdekaan RI di Taman Kota Singaraja, karena suara sirinenya yang sangat keras.
Namun selama pandemi covid-19, Morita tak pernah meninggalkan garasi. Sehingga banyak bagian yang tak berfungsi. Bahkan enam bulan terakhir, mobil tak bisa pindah kemana-mana. Karena kerusakan pada komponen kopling. Padahal armada itu dibutuhkan untuk perayaan hari kemerdekaan RI.
Koordinator Pemeliharaan Armada Pos Induk Pemadam Kebakaran Buleleng, Kadek Jeksen Mahayana, 33, pun dibuat pusing tujuh keliling. Sebab dia diberi tugas untuk “menghidupkan” kembali Morita, agar bisa berpindah dari garasi pos induk ke Taman Kota Singaraja.“Namanya mobil tua, pasti cari spare part-nya susah. Setahu saya mobil jenis ini hanya ada dua di Bali. Di Damkar Buleleng satu, yang satu lagi di Damkar Denpasar,” kata Jeksen.
Dalam kondisi pusing, dia pun melontarkan sesangi atau nazar. Apabila Morita berhasil hidup kembali dan berhasil bertugas pada hari kemerdekaan RI, maka dia akan meminjam kendaraan itu untuk meminang sang pujaan hati.
Tak disangka nazar itu jadi kenyataan. Dia mendapatkan komponen kopling di Surabaya. Perbaikan pun segera dilakukan, sehingga Morita berfungsi sediakala. Kendaraan itu pun menjalankan tugasnya dengan paripurna saat Apel Kemerdekaan RI, Rabu (17/8) lalu.
Setelah itu ia memberanikan diri meminta izin pada pimpinannya di Dinas Pemadam Kebakaran Buleleng. Gayung bersambut. Jeksen diberi izin meminjam Morita untuk meminang sang pujaan hati pada Jumat (19/8) lalu. Selain itu tiga orang personel juga ditugaskan mengawal hari istimewa bagi Jeksen.
Pria yang mukim di Desa Kubutambahan itu, menyunting Ketut Ayu Sukrisna Putri, 23, wanita asal Desa Suwug. Morita pun digunakan untuk menjemput sang pujaan hati dari Desa Suwug, menuju Desa Kubutambahan. “Tentu saya sangat senang bisa meminjam kendaraan maskot Damkar Buleleng di hari bahagia saya bersama istri dan keluarga. Ini menjadi kebanggan tersendiri,” kata Jeksen.
Sementara itu, Kepala Dinas Damkar dan Penyelamatan Buleleng I Made Subur yang dihubungi kemarin, mengakui armada itu sempat dipinjam untuk pernikahan salah seorang personilnya. Kebetulan pemeliharaan dan perbaikan dipercayakan pada Jeksen, personel yang baru saja menikah.
Menurut Subur kondisi Morita sudah rusak berat. Biasanya tiap pagi Morita akan dihidupkan lalu digunakan berkendara keliling dari Pos Induk Damkar Singaraja menuju Jalan Kartini, berbelok di Jalan Udayana, berbelok ke Jalan Dewi Sartika, dan kembali lagi ke pos induk.
“Tapi enam bulan ini sudah tidak bisa kemana-mana. Memang kami sempat frustasi cari spare part dimana lagi. Karena armadanya langka, otomatis spare part langka. Syukurnya berhasil diperbaiki pada hari-hari terakhir. Akhirnya saya izinkan dia pinjam Morita. Karena memang perawatan Morita saya percayakan ke dia,” ujar Subur.
Menurut Subur, kendati digunakan untuk upacara pernikahan, tak mengganggu proses pelayanan pemadaman kebakaran. Sebab Morita tak pernah lagi digunakan dalam tugas pemadaman. Armada itu lebih banyak berdiam di pos induk, sebagai ikon Damkar Buleleng.
“Morita itu armada yang bersejarah. Meskipun tua dan tidak pernah bertugas lapangan lagi, tapi masih sering membantu kami untuk edukasi pelajar. Memang butuh perawatan istimewa, selagi masih bisa dirawat, kami akan optimalkan,” tandasnya. (*)