28.3 C
Jakarta
11 Desember 2024, 9:35 AM WIB

Keluarkan Modal Rp 700 Juta Bangun Tenten Mart, Siap Buka 24 Jam

Inovatif. Desa Adat Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, membangun minimarket dengan nama Tenten Mart.

Pendirian minimarket dengan mengandeng pihak swasta ini tentu saja untuk menambah pundi-pundi pendapatan desa. Seperti apa?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PANDEMI covid-19 membuat pendapatan daerah anjlok. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi untuk bisa bertahan. Dan, apa yang dilakukan Desa Adat Guwang, Sukawati, Gianyar, ini sungguh luar biasa.

Untuk mencetak lapangan kerja di tengah meningkatnya pengangguran warga lantaran pandemi, Desa Adat Guwang mendirikan Tenten Mart hasil kolaborasi dengan pihak swasta.

Bendesa Adat Guwang, Made Kerben, menyatakan, Tenten Mart itu resmi dibuka akhir pekan lalu. Dibukanya Tenten Mart sesuai Perda No 4 tahun 2019.

Di Perda itu ada pasal  Baga Utasaha Padruenan Desa Adat (BUPDA). “Di dalam BUPDA itu ada disebutkan disebutkan beberapa unit usaha yang bisa dijalankan desa, salah satunya minimarket,” ujar Made Kerben, kemarin.

Angin segar kian datang menyusul terbitnya kebijakan Bupati Gianyar tidak mengeluarkan izin toko berjejaringan.

Dari situ pihaknya semakin bersemangat untuk mendirikan minimarket berbasis adat. Ditambah adanya dorongan dari Gubernur Bali untuk menggali potensi perekonomian desa adat agar desa adat menjadi mandiri.

“Pemilihan nama Tenten Mart ini sudah dirancang oleh MDA dan direncanakan sebagai branding untuk seluruh desa adat yang akan mendirikan minimarket,” jelasnya.  

Terkait suplai barang, Karben mengatakan, bekerja sama dengan pihak PT. Bali Sari Luwih (BSL). Karena pihaknya belum bisa mengelola minimareket secara profesional.

“Semua barang didistribusikan oleh pihak BSL ini, satu suplaier,” ungkapnya. Untuk harga yang ditawarkan, cukup bersaing dengan minimarket yang sudah ada.

Selain itu dipastikan tidak akan lebih murah dari harga barang di warung milik warga di sekitar. “Jelas kami tidak ingin membuat merugikan warga kami yang berprofesi sebagai pedagang,” jelasnya. 

Sementara dalam mendirikan Tenten Mart ini, pihak desa adat mengeluarkan sekitar Rp 700 juta. Sudah lengkap bangunan dan berisi barang.

“Untuk modal diluar bangunan sekitar Rp 250-300 juta. Sisanya itu modal bangunan. Semua full tinggal dijalankan,” ungkapnya. 

Lanjut dia, Tenten Mart kini dijalankan oleh 7 pegawai. Berasal dari 7 perwakilan banjar adat di desa adat Guwang.

“Kami membuka kesempatan untuk semua banjar adat, sistem perekrutannya dilakukan oleh tim dari Universitas Udayana, sangat profesional dalam perekrutan pegawainya,” ujarnya.

Karben menambahkan, Tenten Mart ini belum bisa dibuka 24 jam. Namun ke depan, kemungkinan akan dibuka 24 jam.

“Sementara baru bisa dari jam 07.00 sampai 22.00. Kalau perekonomian bagus, kemungkinan akan 24 jam,” pungkasnya. (*)

Inovatif. Desa Adat Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, membangun minimarket dengan nama Tenten Mart.

Pendirian minimarket dengan mengandeng pihak swasta ini tentu saja untuk menambah pundi-pundi pendapatan desa. Seperti apa?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PANDEMI covid-19 membuat pendapatan daerah anjlok. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi untuk bisa bertahan. Dan, apa yang dilakukan Desa Adat Guwang, Sukawati, Gianyar, ini sungguh luar biasa.

Untuk mencetak lapangan kerja di tengah meningkatnya pengangguran warga lantaran pandemi, Desa Adat Guwang mendirikan Tenten Mart hasil kolaborasi dengan pihak swasta.

Bendesa Adat Guwang, Made Kerben, menyatakan, Tenten Mart itu resmi dibuka akhir pekan lalu. Dibukanya Tenten Mart sesuai Perda No 4 tahun 2019.

Di Perda itu ada pasal  Baga Utasaha Padruenan Desa Adat (BUPDA). “Di dalam BUPDA itu ada disebutkan disebutkan beberapa unit usaha yang bisa dijalankan desa, salah satunya minimarket,” ujar Made Kerben, kemarin.

Angin segar kian datang menyusul terbitnya kebijakan Bupati Gianyar tidak mengeluarkan izin toko berjejaringan.

Dari situ pihaknya semakin bersemangat untuk mendirikan minimarket berbasis adat. Ditambah adanya dorongan dari Gubernur Bali untuk menggali potensi perekonomian desa adat agar desa adat menjadi mandiri.

“Pemilihan nama Tenten Mart ini sudah dirancang oleh MDA dan direncanakan sebagai branding untuk seluruh desa adat yang akan mendirikan minimarket,” jelasnya.  

Terkait suplai barang, Karben mengatakan, bekerja sama dengan pihak PT. Bali Sari Luwih (BSL). Karena pihaknya belum bisa mengelola minimareket secara profesional.

“Semua barang didistribusikan oleh pihak BSL ini, satu suplaier,” ungkapnya. Untuk harga yang ditawarkan, cukup bersaing dengan minimarket yang sudah ada.

Selain itu dipastikan tidak akan lebih murah dari harga barang di warung milik warga di sekitar. “Jelas kami tidak ingin membuat merugikan warga kami yang berprofesi sebagai pedagang,” jelasnya. 

Sementara dalam mendirikan Tenten Mart ini, pihak desa adat mengeluarkan sekitar Rp 700 juta. Sudah lengkap bangunan dan berisi barang.

“Untuk modal diluar bangunan sekitar Rp 250-300 juta. Sisanya itu modal bangunan. Semua full tinggal dijalankan,” ungkapnya. 

Lanjut dia, Tenten Mart kini dijalankan oleh 7 pegawai. Berasal dari 7 perwakilan banjar adat di desa adat Guwang.

“Kami membuka kesempatan untuk semua banjar adat, sistem perekrutannya dilakukan oleh tim dari Universitas Udayana, sangat profesional dalam perekrutan pegawainya,” ujarnya.

Karben menambahkan, Tenten Mart ini belum bisa dibuka 24 jam. Namun ke depan, kemungkinan akan dibuka 24 jam.

“Sementara baru bisa dari jam 07.00 sampai 22.00. Kalau perekonomian bagus, kemungkinan akan 24 jam,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/