30.1 C
Jakarta
27 April 2024, 18:46 PM WIB

Ucap Syukur, Buat Tato Bergambar Sertifikat Sebagai Kenangan Anak Cucu

Warga di Desa Sumberklampok mulai bernafas lega. Mereka akhirnya mengantongi Sertifikat Hak Milik (SHM) untuk tanah pekarangan.

Warga rupanya punya cara sendiri mengungkapkan rasa syukur. Salah satunya dengan membuat tato bergambar sertifikat tanah.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

PENAMPILAN I Kadek Agus Wijaya, 30, sebenarnya terlihat biasa saja. Pagi itu ia mengenakan pakaian adat madya dengan kemeja merah.

Pada tangan kanan dan kirinya terlihat tato bergambar ukiran khas Bali dengan gambar boma. Tato itu sebenarnya biasa saja.

Tapi, saat Agus membuka baju, terlihat tato yang sungguh unik. Pada punggung bagian kiri, terlihat tato bergambar sertifikat hak milik (SHM) tanah.

Tato itu terlihat anyar. Pada gambar terlihat logo Garuda Pancasila, tulisan “Badan Pertanahan Nasional”, dan tulisan “Buleleng”.

Di punggung bagian bawah kiri juga terdapat 19 kotak yang masih kosong. Rencananya kotak itu akan diisi nomor SHM yang ia kantongi.

Sementara di bagian atas terdapat peta tanah desa Sumberklampok. Mulai dari Eks Hak Guna Usaha (HGU) 1 yang sempat dikuasai PT. Dharmajati, serta Eks HGU 2 dan Eks HGU 3 yang dulunya dikuasai PT. Margarana.

Tato itu jelas mencuri perhatian. Agus mengaku tato dibuat sebagai bentuk komitmen sekaligus nazar bagi ia dan keluarga.

“Kalau SHM tanah sumberklampok ini terbit, saya memang berencana membuat tato,” kata Kadek Agus Wijaya.

Ini sejatinya bukan pertama kali bagu Agus membuat tato. Pria kelahiran 31 Agustus 1991 silam itu pertama kali membuat tato saat lulus SMA, tahun 2006 silam.

Tato pertamanya bergambar logo band heavy metal, Avenged Sevenfold. Yakni gambar kelelawar dengan kepala tengkorak. Gambar itu berada di punggung bagian atas.

“Tapi, itu belum selesai, karena saya waktu itu kondisinya lagi mabuk. Akhirnya ya seperti sekarang, kurang menonjol,” katanya.

Dari tahun ke tahun, ia terus menambah tato. Mulai dari tangan kanan, tangan kiri, dada, punggung, serta kaki kiri. Tahun ini ia kembali menambah sebuah tato yang bergambar sertifikat tanah.

Baginya ada filosofi khusus dibalik tato tersebut. “Ini sejarah perjuangan kami warga Sumberklampok. Jujur saya tidak bisa mengucapkan kata-kata soal perjuangan dari kumpi,

kakek, orang tua, sampai saya. Biar nanti anak cucu saya bisa lihat dan tau seperti apa perjuangan sampai ada tato ini,” ujarnya.

Agus menyebut ide membuat tato sertifikat itu muncul pada Minggu (9/5) lalu. Saat itu Tim 9 Sengketa Lahan Sumberklampok yang dibentuk pemerintah desa, mengumumkan rencana pembagian sertifikat.

Saat itu juga ia berencana membuat tato bergambar sertifikat. Alumni SMAN 1 Melaya itu segera mencari referensi gambar sertifikat.

Juga referensi gambar peta HGU yang akan dibagikan pada warga. Selanjutnya pada Senin (17/5) ia mendatangi Artha Irawan, seniman tato asal Desa Pejarakan.

Di sana ia meminta agar Artha membuat tato bergambar sertifikat di punggungnya. Sebelum membuat tato itu, ia juga meminta izin pada istri.

“Istri juga tidak komentar banyak. Hanya ketawa saja,” imbuhnya. Tadinya sang seniman enggan membuat tato bergambar sertifikat.

“Saya nggak tahu apa alasannya. Mungkin karena dikira permintaannya aneh. Setelah saya yakinkan baru dibuatkan,” cerita Agus.

Saat ini tato sertifikat yang ada di punggungnya, Agus menyebut belum selesai. Masih ada angka 19 angka yang harus digambar pada punggungnya.

“Itu kan di bawah ada kotak-kotak kosong. Rencananya nomor sertifikat saya tulis di sana. Ya seminggu atau dua minggu

lagi saya lanjutkan. Biar ini jadi kenangan. Karena tanah ini tidak akan saya jual. Biar jadi warisan untuk anak cucu saya,” ungkapnya. (*)

 

Warga di Desa Sumberklampok mulai bernafas lega. Mereka akhirnya mengantongi Sertifikat Hak Milik (SHM) untuk tanah pekarangan.

Warga rupanya punya cara sendiri mengungkapkan rasa syukur. Salah satunya dengan membuat tato bergambar sertifikat tanah.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

PENAMPILAN I Kadek Agus Wijaya, 30, sebenarnya terlihat biasa saja. Pagi itu ia mengenakan pakaian adat madya dengan kemeja merah.

Pada tangan kanan dan kirinya terlihat tato bergambar ukiran khas Bali dengan gambar boma. Tato itu sebenarnya biasa saja.

Tapi, saat Agus membuka baju, terlihat tato yang sungguh unik. Pada punggung bagian kiri, terlihat tato bergambar sertifikat hak milik (SHM) tanah.

Tato itu terlihat anyar. Pada gambar terlihat logo Garuda Pancasila, tulisan “Badan Pertanahan Nasional”, dan tulisan “Buleleng”.

Di punggung bagian bawah kiri juga terdapat 19 kotak yang masih kosong. Rencananya kotak itu akan diisi nomor SHM yang ia kantongi.

Sementara di bagian atas terdapat peta tanah desa Sumberklampok. Mulai dari Eks Hak Guna Usaha (HGU) 1 yang sempat dikuasai PT. Dharmajati, serta Eks HGU 2 dan Eks HGU 3 yang dulunya dikuasai PT. Margarana.

Tato itu jelas mencuri perhatian. Agus mengaku tato dibuat sebagai bentuk komitmen sekaligus nazar bagi ia dan keluarga.

“Kalau SHM tanah sumberklampok ini terbit, saya memang berencana membuat tato,” kata Kadek Agus Wijaya.

Ini sejatinya bukan pertama kali bagu Agus membuat tato. Pria kelahiran 31 Agustus 1991 silam itu pertama kali membuat tato saat lulus SMA, tahun 2006 silam.

Tato pertamanya bergambar logo band heavy metal, Avenged Sevenfold. Yakni gambar kelelawar dengan kepala tengkorak. Gambar itu berada di punggung bagian atas.

“Tapi, itu belum selesai, karena saya waktu itu kondisinya lagi mabuk. Akhirnya ya seperti sekarang, kurang menonjol,” katanya.

Dari tahun ke tahun, ia terus menambah tato. Mulai dari tangan kanan, tangan kiri, dada, punggung, serta kaki kiri. Tahun ini ia kembali menambah sebuah tato yang bergambar sertifikat tanah.

Baginya ada filosofi khusus dibalik tato tersebut. “Ini sejarah perjuangan kami warga Sumberklampok. Jujur saya tidak bisa mengucapkan kata-kata soal perjuangan dari kumpi,

kakek, orang tua, sampai saya. Biar nanti anak cucu saya bisa lihat dan tau seperti apa perjuangan sampai ada tato ini,” ujarnya.

Agus menyebut ide membuat tato sertifikat itu muncul pada Minggu (9/5) lalu. Saat itu Tim 9 Sengketa Lahan Sumberklampok yang dibentuk pemerintah desa, mengumumkan rencana pembagian sertifikat.

Saat itu juga ia berencana membuat tato bergambar sertifikat. Alumni SMAN 1 Melaya itu segera mencari referensi gambar sertifikat.

Juga referensi gambar peta HGU yang akan dibagikan pada warga. Selanjutnya pada Senin (17/5) ia mendatangi Artha Irawan, seniman tato asal Desa Pejarakan.

Di sana ia meminta agar Artha membuat tato bergambar sertifikat di punggungnya. Sebelum membuat tato itu, ia juga meminta izin pada istri.

“Istri juga tidak komentar banyak. Hanya ketawa saja,” imbuhnya. Tadinya sang seniman enggan membuat tato bergambar sertifikat.

“Saya nggak tahu apa alasannya. Mungkin karena dikira permintaannya aneh. Setelah saya yakinkan baru dibuatkan,” cerita Agus.

Saat ini tato sertifikat yang ada di punggungnya, Agus menyebut belum selesai. Masih ada angka 19 angka yang harus digambar pada punggungnya.

“Itu kan di bawah ada kotak-kotak kosong. Rencananya nomor sertifikat saya tulis di sana. Ya seminggu atau dua minggu

lagi saya lanjutkan. Biar ini jadi kenangan. Karena tanah ini tidak akan saya jual. Biar jadi warisan untuk anak cucu saya,” ungkapnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/