26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 4:35 AM WIB

Jurus Pemkab Buleleng Incar Eks Kapal Perang Disulap Jadi Destinasi “Diving”

Pemkab Buleleng melakukan manuver dalam pengembangan pariwisata. Selama ini Buleleng di kawasan Bali Utara, selalu kalah saing dengan Bali Selatan. Kini mereka mengembangkan wisata minat khusus berupa penyelaman. Salah satu daya tariknya adalah bangkai kapal selam yang akan ditenggelamkan di perairan Bali Utara.

KESENJANGAN pariwisata antara Bali Utara dan Bali Selatan acap terdengar. Upaya pemerintah mempersolek destinasi wisata, belum banyak meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Pun dengan upaya promosi yang dilakukan melalui festival-festival budaya.

Kini Buleleng melakukan langkah yang berani dan radikal. Yakni fokus melakukan wisata konservasi, utamanya di kawasan bahari. Rencananya pemerintah akan mengembangkan destinasi baru, berupa lokasi penyelaman dengan tontonan bangkai kapal perang.

Wacana itu sebenarnya sudah dibahas sejak Juni lalu. Kini wacana tersebut kembali dimantapkan. Kemarin (27/9) Penjabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menggelar rapat bersama Bali Tourism Board (BTB) dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar. Pertemuan itu dilangsungkan di Ruang Rapat Kantor Bupati Buleleng.

Dalam rapat tersebut terungkap, Pemkab Buleleng akan mengajukan permohonan hibah kapal perang KRI-364 Ki Hajar Dewantara. Kapal tersebut telah bergabung sebagai armada perang TNI AL sejak tahun 1978 silam.

KRI Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai armada pemukul, karena punya sistem persenjataan yang mumpuni dan daya jelajah yang sangat luas. Kapal perusak dengan peluru kendali itu juga menjadi kapal pelatihan bagi prajurit TNI Angkatan Laut. Namun sudah tidak terpakai lagi, sekarang.

Pada 2019 lalu, TNI AL memutuskan bahwa kapal tersebut harus pensiun. Kini kapal tersebut masih berada di Komando Armada II, Surabaya.

Ketut Lihadnyana mengungkapkan, pihaknya berencana mengajukan hibah eks KRI pada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Harapannya kapal tersebut bisa menjadi aset pemerintah dan jadi daya tarik wisata di Buleleng.

Rencananya kapal tersebut akan ditenggelamkan di perairan utara Pulau Bali. Tepatnya di sekitar Desa Pacung, Kecamatan Tejakula. Selanjutnya kapal akan menjadi salah satu daya tarik wisata selam. Sehingga penyelam dari seantero dunia bisa datang dan menjelajahi keindahan kapal. Destinasi itu diyakini akan lebih baik ketimbang bangkai kapal USS Liberty yang jadi rujukan wisata bawah laut di Tulamben.

Lihadnyana mengungkapkan, pihaknya harus menyeleraskan pandangan sejumlah pihak. Sebab aset akan dikuasai pemerintah daerah. Namun aset itu akan ditenggelamkan di kawasan laut, yang notabene jadi kewenangan pemerintah provinsi. Sementara proses pengelolaan akan diserahkan pada BTB.

Sengakrut regulasi dan kewenangan itu harus diurai satu persatu. “Sekarang sudah ada kesepahaman. Nanti akan dilakukan kerjasam tripartit. Sehingga bisa dikelola jadi sebuah destinasi baru,” kata Lihadnyana.

Bukan hanya sekadar menenggelamkan eks kapal perang, pemerintah juga harus menyiapkan sarana prasarana pendukung di darat. Seperti ruang ganti, lokasi transit, hingga penginapan. Rencananya fasilitas itu akan dipenuhi BTB.

“Nanti akan ada hitung-hitungan, berapa kontribusi ke daerah. Yang jelas selama tahap awal, saya sudah minta agar yang kerja di sana itu diprioritaskan orang lokal. Terutama dalam proses pembangunan sarana dan prasarana,” ujarnya.

Sementara itu Wakil Sekretaris BTB, Freddy SPS mengungkapkan, saat ini wisata selam dengan destinasi bangkai kapal, hanya ada di Tulamben. Rencananya KRI Ki Hajar Dewantara juga akan ditenggelamkan dan disiapkan jadi destinasi ship wreck. “Tapi destinasi ini akan kami kemas jadi destinasi wisata bahari, khsusnya selam yang terbaik di Bali,” kata Freddy.

Menurutnya BTB bukan hanya menenggelamkan kapal dan menjadikan kapal itu jadi objek wisata. Tapi juga mengelola akomodasi di darat. Rencananya akomodasi akan dilengkapi dengan restoran, penginapan, dan museum.

“Jadi sebelum menyelam, kami harap ke museum dulu. Mengetahui sejarah dari kapal yang akan dikunjungi. Baru kami akan lakukan safety briefing untuk proses penyelaman. Karena kapal ini akan ditenggelamkan di atas kedalaman 20 meter. Mungkin pada kedalaman 20-40 meter,” ujarnya.

Ia meyakini destinasi itu akan menarik kunjungan wisatawan yang lebih banyak. Utamanya wisatawan dari Eropa. Mengingat selam merupakan wisata minat khusus. (eka prasetia/radar bali)

 

Pemkab Buleleng melakukan manuver dalam pengembangan pariwisata. Selama ini Buleleng di kawasan Bali Utara, selalu kalah saing dengan Bali Selatan. Kini mereka mengembangkan wisata minat khusus berupa penyelaman. Salah satu daya tariknya adalah bangkai kapal selam yang akan ditenggelamkan di perairan Bali Utara.

KESENJANGAN pariwisata antara Bali Utara dan Bali Selatan acap terdengar. Upaya pemerintah mempersolek destinasi wisata, belum banyak meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Pun dengan upaya promosi yang dilakukan melalui festival-festival budaya.

Kini Buleleng melakukan langkah yang berani dan radikal. Yakni fokus melakukan wisata konservasi, utamanya di kawasan bahari. Rencananya pemerintah akan mengembangkan destinasi baru, berupa lokasi penyelaman dengan tontonan bangkai kapal perang.

Wacana itu sebenarnya sudah dibahas sejak Juni lalu. Kini wacana tersebut kembali dimantapkan. Kemarin (27/9) Penjabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menggelar rapat bersama Bali Tourism Board (BTB) dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar. Pertemuan itu dilangsungkan di Ruang Rapat Kantor Bupati Buleleng.

Dalam rapat tersebut terungkap, Pemkab Buleleng akan mengajukan permohonan hibah kapal perang KRI-364 Ki Hajar Dewantara. Kapal tersebut telah bergabung sebagai armada perang TNI AL sejak tahun 1978 silam.

KRI Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai armada pemukul, karena punya sistem persenjataan yang mumpuni dan daya jelajah yang sangat luas. Kapal perusak dengan peluru kendali itu juga menjadi kapal pelatihan bagi prajurit TNI Angkatan Laut. Namun sudah tidak terpakai lagi, sekarang.

Pada 2019 lalu, TNI AL memutuskan bahwa kapal tersebut harus pensiun. Kini kapal tersebut masih berada di Komando Armada II, Surabaya.

Ketut Lihadnyana mengungkapkan, pihaknya berencana mengajukan hibah eks KRI pada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Harapannya kapal tersebut bisa menjadi aset pemerintah dan jadi daya tarik wisata di Buleleng.

Rencananya kapal tersebut akan ditenggelamkan di perairan utara Pulau Bali. Tepatnya di sekitar Desa Pacung, Kecamatan Tejakula. Selanjutnya kapal akan menjadi salah satu daya tarik wisata selam. Sehingga penyelam dari seantero dunia bisa datang dan menjelajahi keindahan kapal. Destinasi itu diyakini akan lebih baik ketimbang bangkai kapal USS Liberty yang jadi rujukan wisata bawah laut di Tulamben.

Lihadnyana mengungkapkan, pihaknya harus menyeleraskan pandangan sejumlah pihak. Sebab aset akan dikuasai pemerintah daerah. Namun aset itu akan ditenggelamkan di kawasan laut, yang notabene jadi kewenangan pemerintah provinsi. Sementara proses pengelolaan akan diserahkan pada BTB.

Sengakrut regulasi dan kewenangan itu harus diurai satu persatu. “Sekarang sudah ada kesepahaman. Nanti akan dilakukan kerjasam tripartit. Sehingga bisa dikelola jadi sebuah destinasi baru,” kata Lihadnyana.

Bukan hanya sekadar menenggelamkan eks kapal perang, pemerintah juga harus menyiapkan sarana prasarana pendukung di darat. Seperti ruang ganti, lokasi transit, hingga penginapan. Rencananya fasilitas itu akan dipenuhi BTB.

“Nanti akan ada hitung-hitungan, berapa kontribusi ke daerah. Yang jelas selama tahap awal, saya sudah minta agar yang kerja di sana itu diprioritaskan orang lokal. Terutama dalam proses pembangunan sarana dan prasarana,” ujarnya.

Sementara itu Wakil Sekretaris BTB, Freddy SPS mengungkapkan, saat ini wisata selam dengan destinasi bangkai kapal, hanya ada di Tulamben. Rencananya KRI Ki Hajar Dewantara juga akan ditenggelamkan dan disiapkan jadi destinasi ship wreck. “Tapi destinasi ini akan kami kemas jadi destinasi wisata bahari, khsusnya selam yang terbaik di Bali,” kata Freddy.

Menurutnya BTB bukan hanya menenggelamkan kapal dan menjadikan kapal itu jadi objek wisata. Tapi juga mengelola akomodasi di darat. Rencananya akomodasi akan dilengkapi dengan restoran, penginapan, dan museum.

“Jadi sebelum menyelam, kami harap ke museum dulu. Mengetahui sejarah dari kapal yang akan dikunjungi. Baru kami akan lakukan safety briefing untuk proses penyelaman. Karena kapal ini akan ditenggelamkan di atas kedalaman 20 meter. Mungkin pada kedalaman 20-40 meter,” ujarnya.

Ia meyakini destinasi itu akan menarik kunjungan wisatawan yang lebih banyak. Utamanya wisatawan dari Eropa. Mengingat selam merupakan wisata minat khusus. (eka prasetia/radar bali)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/