25.9 C
Jakarta
25 April 2024, 4:07 AM WIB

Muhammad sampai Harus Mencuci Uang agar Tak Tertular Covid-19

Driver ojek online termasuk pekerjaan yang rentan tertular Covid-19. Mereka sering berhadapan dengan banyak orang. Taat protokol kesehatan menjadi hal yang utama.

___

YOYO RAHARYO, Tabanan

___

 

HARI telah malam. Pukul 19.00 Wita. Itu hari Senin (31/5/2021). Namun, Muhammad masih mengojek. Ia memang bekerja sebagai driver ojek online di Kabupaten Tabanan, Bali.

Bersama temannya, ia memantau smartphone yang diletakkan di samping Barat restoran cepat saji McDonald’s di Jalan Ir Soekarno, Kediri, Tabanan, Bali. Sedangkan ia berjarak lima meter di baratnya, sebuah warung yang jadi tempat mangkal ojek online.

“Menaruh HP di sana agar lebih cepat dapat orderan,” timpal Kadek Nusa, teman mangkal Muhammad dkk.

Memang tidak lama. Hanya sekitar 10 menit ketika RadarBali.id datang, HP-nya berkedip dan bersuara.

“Maaf, ya, saya dapat order,” kata Muhammad, kemudian mengambil HP-nya dan menunggangi sepeda motor menuju McD membeli pesanan pelanggan.

Sebelum pergi, Muhammad sempat bercerita. Ia mengaku harus ekstra disiplin dalam menjaga kesehatan. Terutama terhadap penularan Covid-19.

“Karena saya tidak ikut vaksinasi,” jelasnya.

Alpa dari vaksinasi bukan tanpa sebab. Muhammad memiliki kendala kesehatan. Ia tidak wajib ikut vaksinasi.

“Saya punya darah tinggi (hipertensi) dan penggumpalan darah. Maka gak bisa vaksinasi,” akunya.

Pria yang tinggal di Jalan Hasanuddin, Tabanan, ini menghindari vaksinasi padahal teman sesama driver ojek online telah mengikuti vaksinasi yang divasilitasi pihak perusahaan ojek online  dengan pemerintah di Nusa Dua, Badung, beberapa waktu lalu.

Maka tak ada cara lain selain ia yang harus menjaga diri untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan. Terutama mengenakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan.

“Saya juga selalu membawa hand sanitizer,” terangnya.

Salah satu contoh betapa disiplin terhadap prokes juga ia praktikkan ketika mengirim pesanan ke rumah sakit. Terutama RS Nyitdah di Desa Nyitdah, Kediri, Tabanan. RS ini memang menjadi RS rujukan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Apalagi, ia cukup sering mendapat pesanan ke RS.

“Dalam sebulan bisa tiga kali ada pesanan dari RS,” ucap pria 46 tahun ini.

Saat menerima uang dari pemesan di RS, ia bercerita, maka ada langkah unik yang dilakukan.

“Kalau dari RS uangnya saya cuci. Biar bersih. Dan menjaga agar terhindar dari virus,” ungkap bapak satu anak ini.

“Sampai saat ini saya, istri dan anak Alhamdulillah selamat. Semoga tidak tertular Covid-19,” pungkasnya lalu bergegas meninggalkan RadarBali.id.

Bila Muhammad super ketat, Kadek Nusa, 35, lebih longgar dalam prokes. Apalagi dia sudah divaksin.

Mantan pekerja vila di Seminyak, Kuta, ini tidak sampai mencuci uang sebagaimana dilakukan Muhammad.

“Tapi saya harus rajin cuci tangan. Apalagi kalau ke RS. Dan ke mana-mana saya juga bawa hand sanitizer,” tutur bapak dua anak yang tinggal di Kediri, Tabanan ini.

Driver ojek online termasuk pekerjaan yang rentan tertular Covid-19. Mereka sering berhadapan dengan banyak orang. Taat protokol kesehatan menjadi hal yang utama.

___

YOYO RAHARYO, Tabanan

___

 

HARI telah malam. Pukul 19.00 Wita. Itu hari Senin (31/5/2021). Namun, Muhammad masih mengojek. Ia memang bekerja sebagai driver ojek online di Kabupaten Tabanan, Bali.

Bersama temannya, ia memantau smartphone yang diletakkan di samping Barat restoran cepat saji McDonald’s di Jalan Ir Soekarno, Kediri, Tabanan, Bali. Sedangkan ia berjarak lima meter di baratnya, sebuah warung yang jadi tempat mangkal ojek online.

“Menaruh HP di sana agar lebih cepat dapat orderan,” timpal Kadek Nusa, teman mangkal Muhammad dkk.

Memang tidak lama. Hanya sekitar 10 menit ketika RadarBali.id datang, HP-nya berkedip dan bersuara.

“Maaf, ya, saya dapat order,” kata Muhammad, kemudian mengambil HP-nya dan menunggangi sepeda motor menuju McD membeli pesanan pelanggan.

Sebelum pergi, Muhammad sempat bercerita. Ia mengaku harus ekstra disiplin dalam menjaga kesehatan. Terutama terhadap penularan Covid-19.

“Karena saya tidak ikut vaksinasi,” jelasnya.

Alpa dari vaksinasi bukan tanpa sebab. Muhammad memiliki kendala kesehatan. Ia tidak wajib ikut vaksinasi.

“Saya punya darah tinggi (hipertensi) dan penggumpalan darah. Maka gak bisa vaksinasi,” akunya.

Pria yang tinggal di Jalan Hasanuddin, Tabanan, ini menghindari vaksinasi padahal teman sesama driver ojek online telah mengikuti vaksinasi yang divasilitasi pihak perusahaan ojek online  dengan pemerintah di Nusa Dua, Badung, beberapa waktu lalu.

Maka tak ada cara lain selain ia yang harus menjaga diri untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan. Terutama mengenakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan.

“Saya juga selalu membawa hand sanitizer,” terangnya.

Salah satu contoh betapa disiplin terhadap prokes juga ia praktikkan ketika mengirim pesanan ke rumah sakit. Terutama RS Nyitdah di Desa Nyitdah, Kediri, Tabanan. RS ini memang menjadi RS rujukan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Apalagi, ia cukup sering mendapat pesanan ke RS.

“Dalam sebulan bisa tiga kali ada pesanan dari RS,” ucap pria 46 tahun ini.

Saat menerima uang dari pemesan di RS, ia bercerita, maka ada langkah unik yang dilakukan.

“Kalau dari RS uangnya saya cuci. Biar bersih. Dan menjaga agar terhindar dari virus,” ungkap bapak satu anak ini.

“Sampai saat ini saya, istri dan anak Alhamdulillah selamat. Semoga tidak tertular Covid-19,” pungkasnya lalu bergegas meninggalkan RadarBali.id.

Bila Muhammad super ketat, Kadek Nusa, 35, lebih longgar dalam prokes. Apalagi dia sudah divaksin.

Mantan pekerja vila di Seminyak, Kuta, ini tidak sampai mencuci uang sebagaimana dilakukan Muhammad.

“Tapi saya harus rajin cuci tangan. Apalagi kalau ke RS. Dan ke mana-mana saya juga bawa hand sanitizer,” tutur bapak dua anak yang tinggal di Kediri, Tabanan ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/