DENPASAR-Antida Sound Garden yang terletak di Jalan Waribang, Denpasar Timur menghadirkan perpaduan antara puisi dan musik.
Pementasan itu digelar pada Jumat (6/3) malam. Pementasan terebut datang dari kelompok musisi yang menamai diri mereka sebagai Bali Puisi Musik.
Tan Lioe Ie, pentolan Bali Puisi Musik menerangkan bahwa kelompoknya memang seringkali melakukan sinergi puisi dengan musik.
Melalui sinergi ini mereka berharap puisi yang tadinya dinikmati kalangan terbatas dan tertentu (sastrawan, pecinta sastra, pengamat sastra) juga dapat menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas.
“Sinergi mengandaikan “persenyawaan” antara kedua genre seni untuk lebih berdaya “gedor” untuk mencapai tujuan di atas. Dalam sinergi puisi maupun musik bukan sub-ordinat satu atas yang lain. Tapi ibarat proses kimia menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling menguatkan,” terangnya usai kegiatan tersebut.
Dari segi tema, puisi yang dibawakan Bali Puisi Musik beragam.
Ada renungan tentang perjalanan hidup manusia, ada tentang kerinduan pada kekasih yang dapat ditafsirkan bersifat horisontal dan vertikal, sebagaimana sifat puisi yang ambigu, ada kritik sosial, ada kepedulian terhadap lingkungan, ada persaudaraan dalam perbedaan dalam satu kemanusiaan, ada tentang pentingnya kasih sayang.
Ini bisa dilihat pada puisi berjudul Malam di Pantai Candidasa, Siapakah Kau, Exorcism, Malam Cahaya Lampion, Alam Kanak-Kanak, Co Kong Tik. Semua puisi yang disebutkan ini adalah karya Tan Lioe Ie, penyair yang sekaligus vokalis Bali Puisi Musik, yang diaransemen musiknya oleh Yande Subawa (gitaris) dan dibawakan bersama Made “Dek Ong” Swandayana (Keyboardist), Putu Indrawan(Bassist) Nyoman “Kabe” Gariyasa(Drummer).
Group band ini tampil memukau di halaman Antida Sound Garden dengan membawakan lima buah lagu yang sebelumnya diisi oleh Tan Lioe Ie yang membawakan beberapa puisi dengan menggunakan teknik akustik yang juga tampil dengan membawa enam lagu.
Acara ini juga dimeriahkan pula oleh Ayu Winastri, seorang penulis cerpen kenamaan Bali dan juga Mira MM. Astra, seorang penyair yang telah merilis sebuah buku Antologi puisi tunggalnya, berujudul Pinara Pitu, yang telah terjual 2.700 eksemplar dan saat ini telah memasuki cetak ulang yang keempat.
Acara yang berlangsung selama tiga jam itu dibalut apik oleh Moch Satrio Welang, seorang MC yang juga mencintai sastra, puisi dan cerpen, yang sempat menggagas buku antologi puisi bersama yang berjudul Keranda Emas.