27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:56 AM WIB

Kene Keto Musik Pop Bali, Referensi Musik Pop Versi Jurnalis Senior

DENPASAR – Musik pop Bali sudah mulai muncul dan berkembang sejak tahun 60-an, walau masih sederhana dan terbatas.

Hingga lagu-lagu pop berbahasa Bali mulai direkam dalam bentuk pita kaset dan disebarluaskan di pertengahan 70-an.

Album “Kusir Dokar” band Putra Dewata menjadi tonggak awal industri musik pop Bali. Walaupun hingga saat ini masih muncul silang pendapat apa itu musik pop Bali dan mana yang bisa disebut musik pop Bali.

Ada banyak cerita menarik dari perjalanan panjang musik pop Bali, sejak eranya “Kusir Dokar” hingga sopir kapal nyanyian Bayu KW di “Kanggoang Malu”, dan kini buaian lagu romantis akustik ala Harmonia yang diisi oleh anak-anam muda.

Ragam cerita tersebut dituangkan dalam bentuk buku berjudul “Kéné Kéto Musik Pop Bali” yang ditulis jurnalis senior di Bali, I Made Adnyana. 

Buku ini diluncurkan Rabu (9/9) kemarin di Kebon Vintage Cars, Denpasar. Buku ini membahas bagaimana perjalanan panjang musik pop Bali hingga komentar sejumlah perintis musik pop Bali.

Selain itu juga dimunculkan kiprah para pencipta lagu pop Bali, perusahaan rekaman lagu pop Bali yang kini tinggal nama, politisi dan dokter yang ikut rekaman lagu pop Bali, hingga bagaimana musik pop Bali di era milenial.

Semuanya disampaikan secara ringan dalam gaya tulisan khas jurnalistik. Menurut Adnyana, sebagian besar tulisan dalam buku ini merupakan catatan dari aktivitas kewartawanan yang dilakoninya sejak 1998.

Khususnya saat liputan musik terutama musik pop Bali. Ada begitu banyak cerita menarik di balik pasang surut perkembangan musik pop Bali,

namun belum bisa semua dituangkan dalam buku “Kéné Kéto Musik Pop Bali” karena keterbatasan waktu dan halaman. 

“Musik pop Bali tak bisa dipandang sebelah mata dan dipahami hanya dari satu sisi,” menurut mantan jurnalis harian lokal di Bali ini.

Menurut Adnyana, semula buku yang diterbitkan melalui Mahima Institute Indonesia ini disusun sebagai bentuk dedikasi atas penghargaan Bali Jani Nugraha 2019 yang diterimanya untuk kategori pengabdi kritik musik dan film.

Di luar dugaan, buku yang awalnya dicetak terbatas pada Juli 202 lalu ini mendapat respons bagus dan banyak permintaan, hingga akhirnya dicetak kedua kalinya untuk diedarkan secara luas.

Sementara itu, Gde Aryantha Soethama, seniman sekaligus sastrawan yang banyak menulis novel dan buku tentang sosial masyarakat Bali mengatakan bahwa buku ini sangat menarik.

“Karena jarang ada yang memberi perhatian secara intens dan menulis tentang musik pop Bali. Kalau musik tradisional Bali banyak yang memperhatikan dan menulisnya,

tapi kalau buku khusus tentang musik pop Bali belum ada sebelumnya. Pak Adnyana ini mahluk langka, karena penulis musik pop Bali itu langka,” komentarnya. 

DENPASAR – Musik pop Bali sudah mulai muncul dan berkembang sejak tahun 60-an, walau masih sederhana dan terbatas.

Hingga lagu-lagu pop berbahasa Bali mulai direkam dalam bentuk pita kaset dan disebarluaskan di pertengahan 70-an.

Album “Kusir Dokar” band Putra Dewata menjadi tonggak awal industri musik pop Bali. Walaupun hingga saat ini masih muncul silang pendapat apa itu musik pop Bali dan mana yang bisa disebut musik pop Bali.

Ada banyak cerita menarik dari perjalanan panjang musik pop Bali, sejak eranya “Kusir Dokar” hingga sopir kapal nyanyian Bayu KW di “Kanggoang Malu”, dan kini buaian lagu romantis akustik ala Harmonia yang diisi oleh anak-anam muda.

Ragam cerita tersebut dituangkan dalam bentuk buku berjudul “Kéné Kéto Musik Pop Bali” yang ditulis jurnalis senior di Bali, I Made Adnyana. 

Buku ini diluncurkan Rabu (9/9) kemarin di Kebon Vintage Cars, Denpasar. Buku ini membahas bagaimana perjalanan panjang musik pop Bali hingga komentar sejumlah perintis musik pop Bali.

Selain itu juga dimunculkan kiprah para pencipta lagu pop Bali, perusahaan rekaman lagu pop Bali yang kini tinggal nama, politisi dan dokter yang ikut rekaman lagu pop Bali, hingga bagaimana musik pop Bali di era milenial.

Semuanya disampaikan secara ringan dalam gaya tulisan khas jurnalistik. Menurut Adnyana, sebagian besar tulisan dalam buku ini merupakan catatan dari aktivitas kewartawanan yang dilakoninya sejak 1998.

Khususnya saat liputan musik terutama musik pop Bali. Ada begitu banyak cerita menarik di balik pasang surut perkembangan musik pop Bali,

namun belum bisa semua dituangkan dalam buku “Kéné Kéto Musik Pop Bali” karena keterbatasan waktu dan halaman. 

“Musik pop Bali tak bisa dipandang sebelah mata dan dipahami hanya dari satu sisi,” menurut mantan jurnalis harian lokal di Bali ini.

Menurut Adnyana, semula buku yang diterbitkan melalui Mahima Institute Indonesia ini disusun sebagai bentuk dedikasi atas penghargaan Bali Jani Nugraha 2019 yang diterimanya untuk kategori pengabdi kritik musik dan film.

Di luar dugaan, buku yang awalnya dicetak terbatas pada Juli 202 lalu ini mendapat respons bagus dan banyak permintaan, hingga akhirnya dicetak kedua kalinya untuk diedarkan secara luas.

Sementara itu, Gde Aryantha Soethama, seniman sekaligus sastrawan yang banyak menulis novel dan buku tentang sosial masyarakat Bali mengatakan bahwa buku ini sangat menarik.

“Karena jarang ada yang memberi perhatian secara intens dan menulis tentang musik pop Bali. Kalau musik tradisional Bali banyak yang memperhatikan dan menulisnya,

tapi kalau buku khusus tentang musik pop Bali belum ada sebelumnya. Pak Adnyana ini mahluk langka, karena penulis musik pop Bali itu langka,” komentarnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/