28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 18:54 PM WIB

Tradisi Mekotek, Antara Tolak Bala dan Satukan Umat

RadarBali.com – Tradisi Mekotek atau Ngerebeg di Desa Munggu, Mengwi, Badung rutin digelar setiap tahunnya.

Bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu (11/11) kemarin, Tradisi  Mekotek kembali di gelar oleh Desa Adat Munggu.

Tradisi ini diyakini sebagai penolak bala atau menetralisir aura negatif dan juga sebagai pemersatu umat. Tradisi ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 

Selain itu, tradisi mekotek ini tengah dipersiapkan untuk bisa ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Sejak pukul 13.00 Wita, krama (warga setempat) mulai menuju Pura Desa Munggu. Mereka melangsungkan ritual terlebih dahulu sebelum mekotek digelar.

Para warga sudah tampak bersiap-siap sambil membawa tongkat kayu disepanjang jalan desa Canggu.

Setelah ritual di Pura Desa selesai, kemudian semua warga berjalan kaki mengelilingi seluruh desa dengan membawa tongkat.

Prosesi ini diikuti hampir seluruh warga Munggu, terutama kaum pria dengan usia diantara 12 – 60 tahun.

Nah, kemudian mereka pun menyatukan tongkat-tongkat tersebut hingga membentuk menyerupai piramida.

Ketika sudah kokoh dan kuat, seorang warga pun ada yang berani naik di atas tumpukan kontak tersebut.

Selain itu, sejumlah tamu wisatawan manca negara juga tampak begitu menikmati atraksi tradisi Mekotek tersebut.

Jro Bendesa Adat Munggu I Made Rai Sujana menerangkan, tradisi mekotek atau disebut Ngerebeg di Desa Adat Munggu merupakan suatu tradisi warisan dari nenek moyang terdahulu.

Sebab, tradisi ini mempunyai makna yakni suatu penghormatan kepada leluhur yang mana pada zaman dahulu.

Pasalnya zaman Kerjaan Mengwi, dulu memiliki istana dua yakni juga di Desa Adat Munggu dan Mengwi.

“Dengan  melaksanakan Mekotek mereka akan menjauhi yang namanya kegiatan negatif. Sehingga ini sangat bermanfaat untuk anak muda, ” jelasnya.

Mekotek ini diselenggarakan oleh Desa Adat Munggu dengan 12 banjar adat.

RadarBali.com – Tradisi Mekotek atau Ngerebeg di Desa Munggu, Mengwi, Badung rutin digelar setiap tahunnya.

Bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Sabtu (11/11) kemarin, Tradisi  Mekotek kembali di gelar oleh Desa Adat Munggu.

Tradisi ini diyakini sebagai penolak bala atau menetralisir aura negatif dan juga sebagai pemersatu umat. Tradisi ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 

Selain itu, tradisi mekotek ini tengah dipersiapkan untuk bisa ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Sejak pukul 13.00 Wita, krama (warga setempat) mulai menuju Pura Desa Munggu. Mereka melangsungkan ritual terlebih dahulu sebelum mekotek digelar.

Para warga sudah tampak bersiap-siap sambil membawa tongkat kayu disepanjang jalan desa Canggu.

Setelah ritual di Pura Desa selesai, kemudian semua warga berjalan kaki mengelilingi seluruh desa dengan membawa tongkat.

Prosesi ini diikuti hampir seluruh warga Munggu, terutama kaum pria dengan usia diantara 12 – 60 tahun.

Nah, kemudian mereka pun menyatukan tongkat-tongkat tersebut hingga membentuk menyerupai piramida.

Ketika sudah kokoh dan kuat, seorang warga pun ada yang berani naik di atas tumpukan kontak tersebut.

Selain itu, sejumlah tamu wisatawan manca negara juga tampak begitu menikmati atraksi tradisi Mekotek tersebut.

Jro Bendesa Adat Munggu I Made Rai Sujana menerangkan, tradisi mekotek atau disebut Ngerebeg di Desa Adat Munggu merupakan suatu tradisi warisan dari nenek moyang terdahulu.

Sebab, tradisi ini mempunyai makna yakni suatu penghormatan kepada leluhur yang mana pada zaman dahulu.

Pasalnya zaman Kerjaan Mengwi, dulu memiliki istana dua yakni juga di Desa Adat Munggu dan Mengwi.

“Dengan  melaksanakan Mekotek mereka akan menjauhi yang namanya kegiatan negatif. Sehingga ini sangat bermanfaat untuk anak muda, ” jelasnya.

Mekotek ini diselenggarakan oleh Desa Adat Munggu dengan 12 banjar adat.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/