28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:35 AM WIB

Tampil di Tanah Sendiri, Batu Karang Art Tampilkan 28 Karya Seniman

SEMARAPURA – Komunitas Pelukis Nusa Penida Batu Karang Art menggelar pameran bersama di Ruang Tunggu Pelabuhan Kapal Roro, Nusa Penida, Klungkung.

Pemeran yang bertajuk “Panggilan Jiwa“ menyajikan  28 karya para perupa asal Nusa Penida. Pameran ini dibuka Camat Nusa Penida I Komang Widyasa Putra.

Batu Karang Art notabene dibentuk sebagai perhimpunan pelukis dari Nusa Penida. Walupun demikian tidak menutup kemungkinan merangkul yang lain.

Pasalnya, keberadaan seniman asal Nusa Penida masih tersebar di Denpasar, Sukawati, Gianyar, dan sekitarnya. 

Menurut  salah satu panpel yang juga seniman, Santana Ja Dewa, Batu Karang disahkan jadi nama komunitas berdasar perjalanan panjang sejarah Nusa Penida.

“kami memilih nama tersebut berdasar sejarah dan geografi wilayah,“ ujar Santana Ja Dewa. 

Semenjak lama berada dirumah, kata Santana, perupa tidak bisa berdiam begitu saja. Mereka tetap memelihara imajinasi dengan melakukan aktifitas melukis.

Waktu dan ruang yang tepat disambut baik dari empat perupa yakni Pacul Sudiarsa, Pan Bayu Made Sumerta, Dewa Merta Nusa serta Ferry Setiawan “ Roots “ memproklamirkan diri menggelar pameran bersama. 

 Panggilan Jiwa merujuk tema yang menghadirkan karya-karya perupa Nusa Penida lintas generasi secara karya ada realis, surealisme, abstrak, expressionis serta kombinasi tradisi poin yang disajikan.

Perupa Dewa Merta Nusa menyatakan, dalam kegiatan berkesenian di Nusa Penida adalah bagian dari penyeimbangan seni dan pariwisata itu sendiri.

Dalam hal ini Nusa Penida hanya dikenal secara luar pemandangan alam, kita sebagai perupa melengkapi. 

“Seni dan pariwisata harus dikolaborasikan sehingga tatanan pariwisata lebih berwarna, “ kata Dewa Merta Nusa. 

Camat Nusa Penida, I Komang Widyasa Putra saat meresmikan pameran memberikan apresiasi telah menggelar pameran di Nusa Penida.

Hal-hal seperti ini akan rindungan di Nusa Penida. Kehadiran seni rupa bagian dari pelengkap di mana selama ini pariwisata dan seni tidak ada penghubung, korelasinya dua arah.

“Momentumnya adalah kebangkitan, kami mengharapkan hal ini menjadi dualitas yang menyatu menjadi kesatuan,” pungkasnya.

 

SEMARAPURA – Komunitas Pelukis Nusa Penida Batu Karang Art menggelar pameran bersama di Ruang Tunggu Pelabuhan Kapal Roro, Nusa Penida, Klungkung.

Pemeran yang bertajuk “Panggilan Jiwa“ menyajikan  28 karya para perupa asal Nusa Penida. Pameran ini dibuka Camat Nusa Penida I Komang Widyasa Putra.

Batu Karang Art notabene dibentuk sebagai perhimpunan pelukis dari Nusa Penida. Walupun demikian tidak menutup kemungkinan merangkul yang lain.

Pasalnya, keberadaan seniman asal Nusa Penida masih tersebar di Denpasar, Sukawati, Gianyar, dan sekitarnya. 

Menurut  salah satu panpel yang juga seniman, Santana Ja Dewa, Batu Karang disahkan jadi nama komunitas berdasar perjalanan panjang sejarah Nusa Penida.

“kami memilih nama tersebut berdasar sejarah dan geografi wilayah,“ ujar Santana Ja Dewa. 

Semenjak lama berada dirumah, kata Santana, perupa tidak bisa berdiam begitu saja. Mereka tetap memelihara imajinasi dengan melakukan aktifitas melukis.

Waktu dan ruang yang tepat disambut baik dari empat perupa yakni Pacul Sudiarsa, Pan Bayu Made Sumerta, Dewa Merta Nusa serta Ferry Setiawan “ Roots “ memproklamirkan diri menggelar pameran bersama. 

 Panggilan Jiwa merujuk tema yang menghadirkan karya-karya perupa Nusa Penida lintas generasi secara karya ada realis, surealisme, abstrak, expressionis serta kombinasi tradisi poin yang disajikan.

Perupa Dewa Merta Nusa menyatakan, dalam kegiatan berkesenian di Nusa Penida adalah bagian dari penyeimbangan seni dan pariwisata itu sendiri.

Dalam hal ini Nusa Penida hanya dikenal secara luar pemandangan alam, kita sebagai perupa melengkapi. 

“Seni dan pariwisata harus dikolaborasikan sehingga tatanan pariwisata lebih berwarna, “ kata Dewa Merta Nusa. 

Camat Nusa Penida, I Komang Widyasa Putra saat meresmikan pameran memberikan apresiasi telah menggelar pameran di Nusa Penida.

Hal-hal seperti ini akan rindungan di Nusa Penida. Kehadiran seni rupa bagian dari pelengkap di mana selama ini pariwisata dan seni tidak ada penghubung, korelasinya dua arah.

“Momentumnya adalah kebangkitan, kami mengharapkan hal ini menjadi dualitas yang menyatu menjadi kesatuan,” pungkasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/