TABANAN, radarbali.id- Sebelum pandemi Covid-19 menerjang, Desa Jatiluwih menjadi daya tarik tersendiri bagi turis dari mancanegara. Kondisi ini berbanding terbalik saat virus SARS-CoV-2 mewabah di Indonesia, khususnya Bali. Kegiatan tahunan Jatiluwih Festival tertunda hingga tiga tahun akibat aturan pemerintah pusat dan daerah yang melarang aktivitas masyarakat yang melibatkan keramaian.
Festival Jatiluwih yang berlangsung sejak tahun 2016 dan sukses menjadi landmark acara tahunan di tengah hamparan terasering hijau di wilayah yang merupakan warisan budaya dunia oleh UNESCO pun ditiadakan.
Merespons kondisi ini, Program Studi Manajemen Konvensi dan Perhelatan (MKH) Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali terpanggil.
Sebagai program studi yang bergerak di bidang event, sebelumnya Poltekpar Bali telah melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Jatiluwih sebanyak empat kali.
Pengabdian ini erat kaitannya dengan pelatihan pelaksanaan event daerah untuk masyarakat lokal.
Ketua pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyrakat, Luh Putu Citrawati, SE., M.Si mengatakan bahwa nantinya peran masyarakat dalam pelaksanaan event akan berkolaborasi dengan mahasiswa Politeknik Pariwisata Bali Prodi MKH semester VII.
Mahasiswa dihadiran untuk berkolaborasi dengan masyarakat guna mempraktekan langsung pelatihan yang sebelumnya diberikan.
Meskipun bukan kali pertama dalam melaksanakan event, masyarakat Jatiluwih tetap diberikan pendampingan secara berkesinambungan oleh dosen Program Studi MKH Poltekpar Bali.
Pendampingan dilaksanakan secara bergantian dan beberapa hari dimulai dari Senin 10 Oktober hingga puncak acara Jatiluwih Cultural Week 2022, yakni 15 Oktober 2022.
Pada kegiatan pendampingan ini, adapun fokus materi yang disampaikan terkait event production, design, dan layout. Termsuk sponsorship, marketing serta publikasi dan dokumentasi dalam kegiatan event.
Pelaksanaan pendampingan disambut antusias oleh masyarakat Desa Jatiluwih yang menjadi panitia pelaksana event. Lebih-lebih ini merupakan kali pertama diadakannya lagi kegiatan event pasca pandemi alias absen 3 tahun lamanya.
Manajer Operasional Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa menyebutkan bahwa dalam event JCW dengan tema “The Rise of The World Heritage” ini banyak kegiatan yang dapat dinikmati pengunjung seperti penampilan dari artis Bali, pameran UMKM oleh masyarakat lokal dan pameran seni.
Tidak hanya itu, terdapat kegiatan cross country running bagi penggemar olah raga lari dengan trek persawahan Jatiluwih yang sejuk dan asri.
Ketua Program Studi Manajemen Konvensi dan Perhelatan, Drs. I Ketut Arjaya. Dipl. TM., M.M. menegaskan JCW 2022 menjadikan sebuah semangat baru bagi masyarakat Desa Jatiluwih dalam mempromosikan DTW Jatiluwih melalui event dan festival kreatif yang berdaya guna dan meningkatkan nilai dari UMKM masyarkat setempat melalui penerapan atau pengaplikasian ilmu dari pelatihan dan pendampingan yang sebelumnya diberikan kepada masyrakat oleh Program Studi Manajemen Konvensi dan Perhelatan (MKH) Politeknik Pariwisata Bali. (ken/mar)