RadarBali.com – Ada yang menarik pada pembukaan Gelar Seni Budaya (Gasebu) Sukasada, Rabu (18/10) malam lalu.
Kegiatan seni budaya Kecamatan Sukasada itu, menghadirkan tradisi Megoak-Goakan yang dikemas menjadi sebuah tari kolosal. Hal itu pun menjadi sebuah hiburan yang unik dan berkesan.
Megoak-goakan dikenal sebagai sebuah tradisi turun temurun di Desa Panji. Konon megoak-goakan berasal dari Pasukan Taruna Goak yang menjadi pasukan elite Kerajaan Buleleng.
Pasukan Taruna Goak ini yang berhasil menaklukan Kerajaan Blambangan, Pasuruan, serta Jembrana, dalam jajahan Kerajaan Buleleng.
Megoak-goakan kemudian bermetamorfosis sebagai sebuah tradisi dan permainan rakyat. Tradisi ini dimulai sejak masa pemerintahan I Gusti Anglurah Ki Barak Panji Sakti pada abad ke-17, dan bertahan hingga kini.
Biasanya tradisi ini dipentaskan pada ngembak geni, atau sehari setelah Hari Raya Nyepi. Kini megoak-goakan juga diolah menjadi sebuah garapan kolosal.
Garapan itu dipentaskan oleh siswa-siswi SMPN 1 Sukasada pada pembukaan Gasebu di Monumen Tri Yudha Sakti, Rabu malam. Butuh waktu selama sebulan untuk mewujudkan kesenian tersebut.
Camat Sukasada, I Made Dwi Adnyana mengungkapkan, pementasan itu sebenarnya tak jauh berbeda dengan Tari Taruna Goak.
“Bedanya kami garap lebih massal. Kami libatkan seratus orang penari. Sehingga kesannya lebih atraktif, lebih kolosal,” kata Dwi Adnyana.
Menurutnya, tarian itu sengaja dihadirkan sebagai pementasan pembuka. Harapannya agar masyarakat umum, utamanya kaum muda, lebih mengenal lagi tradisi megoak-goakan.
Selain itu tari juga menjadi semacam napak tilas berdirinya Kerajaan Buleleng berabad-abad silam.
“Sejarah Buleleng itu tidak bisa lepas dari Kecamatan Sukasada, terutama Desa Panji. Makanya megoak-goakan kami tampilkan sebagai sajian pembuka. Agar sejarah Buleleng ini bisa dikenal lebih luas lagi,” tandasnya.