SINGARAJA – Band berhaluan pop bali alternative, Poleng Band kembali merilis video klip baru. Masa pandemi yang cukup panjang, rupanya membuat mereka makin kreatif.
Mereka berusaha keluar dari zona nyaman dalam proses penggarapan video klip. Kali ini mereka merilis klip dari lagu berjudul Silih-Silih Kambing.
Lagu ini sekaligus menjadi salah satu single teranyar yang mereka luncurkan. Lagu itu dirilis pada Selasa (18/8) malam lalu di kanal YouTube milik mereka.
Lagu sengaja dilepas pada Selasa malam, bertepatan dengan rahina tilem karo. “Kami memang sengaja mengambil tanggal ini, selain bertepatan dengan tilem juga masih dalam semarak
Hari Kemerdekaan RI. Pas tanggalnya 18 ya kita rilis juga pada pukul 18.00 Wita. Agar lebih cantik saja, dan semoga karya kami dapat diterima oleh banyak orang,” kata De Goest, vokalis Poleng Band.
Kuartet yang terdiri dari De Goest (vocal/gitar), Edi Torro (gitar), Yogi (bass), dan Hary (drum) itu terbilang keluar dari zona nyaman.
Single terakhir mereka yang berjudul Ampura lebih banyak mengangkat tema cinta. Pun dengan lagu-lagu sebelumnya, Poleng cukup banyak berkutat dengan tema cinta.
Sementara lagu Silih-Silih Kambing lebih banyak mengangkat masalah sosial di masyarakat. Mereka melihat fenomena orang yang kerap meminjam uang maupun barang, namun tak kunjung dikembalikan.
Masyarakat Bali menyebut fenomena itu sebagai silih-silih kambing. “Lagu yang ini tidak tentang jatuh cinta dan sakit hati, tapi lebih kepada peristiwa sosial di masyarakat.
Sudah cukup gamlang kita sampaikan di liriknnya. Rekaman musik kami lakukan di Demores Rumah Musik.
Nah, untuk Video Klip kami kolaborasi dengan Komunitas Mahima lewat pantomime, dan ini yang menarik sesungguhnya” jelasnya.
Khusus untuk penggarapan video klip, De Goest mengaku Poleng Band berusaha keluar dari zona nyaman. Mereka mengalami perdebatan cukup alot selama dua bulan.
Berbagai konsep sempat muncul. Mulai dari menggunakan animasi, hingga menggunakan hewan kambing secara harfiah.
Hingga akhirnya mereka sepakat membuat klip dengan konsep pantomime. Mereka pun menggandeng Komunitas Mahima dalam memproduksi klip tersebut.
Dalam proses pembuatan, mereka menyerahkan pada dramawan cum sastrawan Agus Wiratama. Agus didaulat sebagai sutradara video klip.
Butuh waktu selama sebulan untuk merancang konsep, melakukan syuting, hingga proses editing.
Sutradara klip, Agus Wiratama menuturkan, kehadiran seni pertunjukan dengan musik dalam sebuah karya audio visual, sebenarnya bukan hal yang asing.
Hanya saja, selama ini kerap terjadi perbedaan dalam kedua karya itu. Terkadang musik menjadi pengiring, pada lain waktu, seni pertunjukan yang menjadi pengiring.
“Dalam klip ini, kedua media seni ini bertemu dan menyingkapkan diri masing-masing. Kerja interdisiplin terasa jelas dalam garapan ini.
Musik dan teater bekerja dengan metode masing-masing sampai bertemu pada satu titik dalam proses mencipta,” jelas Agus.