26.7 C
Jakarta
11 Desember 2024, 2:00 AM WIB

Dimakan Rayap, Konservasi Lontar Pengobatan Anak Dikebut Para Penyuluh

SEMARAPURA – Penyuluh Bahasa Bali (PBB) Kabupaten Klungkung terus melakukan konservasi lontar-lontar milik warga di Kabupaten Klungkung.

Kali ini giliran lontar milik keluarga Kadek Widiarta, 34, Banjar Kangin, Desa Satra, Klungkung yang dikonservasi PBB Klungkung.

Dari 70 cakep lontar yang membahas tentang Usada Rare atau pengobatan untuk anak-anak itu, beberapa di antaranya mengalami kerusakan akibat dimakan rayap.

Menurut Kadek Widiarta, puluhan cakep lontar itu merupakan milik kakeknya yang sudah meninggal dunia.

 Semasa hidupnya, lontar tersebut digunakan sebagai panduan dalam mengobati anak-anak yang sakit, terutamanya sakit lantaran gangguan niskala atau hal-hal gaib.

“Seperti bayi kerap menangis di malam hari. Kemudian ada juga agar si bayi mau berhenti menyusu dan masih banyak lagi,” bebernya.

Hanya saja setelah kakeknya meninggal dunia, tidak ada lagi yang menekuni ilmu pengobatan itu. Sehingga puluhan lontar tersebut tidak pernah tersentuh dan hanya tersimpan di dalam kamar suci.

“Sebenarnya kakek saya pernah meminta ayah saya untuk melanjutkan pengobatan itu, namun ayah saya belum siap sehingga belum pernah dipelajari,” tandasnya.

Sementara itu, Koordinator Konservasi PBB Klungkung, Gede Wiratana menuturkan, ada 40 anggota PBB yang dikerahkan untuk mengkonservasi puluhan cakep lontar tersebut.

Untuk pengecekan sementara, pihaknya mendapati beberapa cakep lontar mengalami kerusakan di bagian pinggir akibat dimakan rayap.

Hal itu terjadi lantaran puluhan cakep lontar tersebut tidak mendapatkan perawatan semestinya. “Ditemukan ada yang sudah rusak. Isi lontar masih kami baca,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Penyuluh Bahasa Bali (PBB) Kabupaten Klungkung terus melakukan konservasi lontar-lontar milik warga di Kabupaten Klungkung.

Kali ini giliran lontar milik keluarga Kadek Widiarta, 34, Banjar Kangin, Desa Satra, Klungkung yang dikonservasi PBB Klungkung.

Dari 70 cakep lontar yang membahas tentang Usada Rare atau pengobatan untuk anak-anak itu, beberapa di antaranya mengalami kerusakan akibat dimakan rayap.

Menurut Kadek Widiarta, puluhan cakep lontar itu merupakan milik kakeknya yang sudah meninggal dunia.

 Semasa hidupnya, lontar tersebut digunakan sebagai panduan dalam mengobati anak-anak yang sakit, terutamanya sakit lantaran gangguan niskala atau hal-hal gaib.

“Seperti bayi kerap menangis di malam hari. Kemudian ada juga agar si bayi mau berhenti menyusu dan masih banyak lagi,” bebernya.

Hanya saja setelah kakeknya meninggal dunia, tidak ada lagi yang menekuni ilmu pengobatan itu. Sehingga puluhan lontar tersebut tidak pernah tersentuh dan hanya tersimpan di dalam kamar suci.

“Sebenarnya kakek saya pernah meminta ayah saya untuk melanjutkan pengobatan itu, namun ayah saya belum siap sehingga belum pernah dipelajari,” tandasnya.

Sementara itu, Koordinator Konservasi PBB Klungkung, Gede Wiratana menuturkan, ada 40 anggota PBB yang dikerahkan untuk mengkonservasi puluhan cakep lontar tersebut.

Untuk pengecekan sementara, pihaknya mendapati beberapa cakep lontar mengalami kerusakan di bagian pinggir akibat dimakan rayap.

Hal itu terjadi lantaran puluhan cakep lontar tersebut tidak mendapatkan perawatan semestinya. “Ditemukan ada yang sudah rusak. Isi lontar masih kami baca,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/