28.6 C
Jakarta
13 September 2024, 23:03 PM WIB

Gelar WBTB Terancam Dicabut, Disbud Kerja Keras Perangi Joged Jaruh

SINGARAJA – Dinas Kebudayaan Buleleng kemarin (25/10) menggelar parade joged di Wantilan Sasana Budaya.

Parade joged ini diharapkan bisa mengurangi konten-konten joged jaruh yang bertebaran di media sosial.

Total ada enam kelompok yang terlibat dalam parade itu.

Masing-masing SMKN 1 Singaraja, SMAN 3 Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMAN Bali Mandara, Sanggar Seni Karya Remaja Desa Sari Mekar, dan Sanggar Seni Giri Ulangun Desa Lemukih.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang mengatakan, parade itu merupakan strategi dalam menampilkan joged yang beretika.

Mengingat kesenian joged telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO. Gede Komang mengaku saat ini kesenian joged, utamanya joged yang berasal dari Buleleng, menjadi sorotan di media sosial.

“Memang informasinya joged Buleleng itu disoroti. Tapi setelah saya telusuri, tenryata tidak. Jadi joged porno itu dilakukan oknum-oknum tertentu, sehingga seolah-olah dari Buleleng,” katanya.

Lebih lanjut Gede Komang mengatakan, pihaknya kini menyusun strategi agar kesenian joged juga dipentaskan di sekolah-sekolah.

Selama ini joged identik dengan aktifitas di sanggar maupun sekaa. Sementara sekolah hanya memfasilitasi tari-tari yang bersifat pertunjukan, bukan pergaulan seperti joged.

Upaya itu diharapkan bisa mengenalkan pakem joged pada kalangan muda. “Kalau sudah di sekolah, kan anak-anak bisa tahu,

seperti apa joged yang patut dan seperti apa ngibing yang beretika. Kami ingin ini disampaikan dan masuk dalam kurikulum kesenian di sekolah,” tegasnya.

Ia berharap strategi itu bisa mengembalikan citra tari joged, yang kini identik dengan joged jaruh. Apabila kesan jaruh masih melekat,

dikhawatirkan UNESCO akan mencabut gelar WBTB yang telah disematkan pada tari joged beberapa tahun lalu.

SINGARAJA – Dinas Kebudayaan Buleleng kemarin (25/10) menggelar parade joged di Wantilan Sasana Budaya.

Parade joged ini diharapkan bisa mengurangi konten-konten joged jaruh yang bertebaran di media sosial.

Total ada enam kelompok yang terlibat dalam parade itu.

Masing-masing SMKN 1 Singaraja, SMAN 3 Singaraja, SMAN 4 Singaraja, SMAN Bali Mandara, Sanggar Seni Karya Remaja Desa Sari Mekar, dan Sanggar Seni Giri Ulangun Desa Lemukih.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang mengatakan, parade itu merupakan strategi dalam menampilkan joged yang beretika.

Mengingat kesenian joged telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO. Gede Komang mengaku saat ini kesenian joged, utamanya joged yang berasal dari Buleleng, menjadi sorotan di media sosial.

“Memang informasinya joged Buleleng itu disoroti. Tapi setelah saya telusuri, tenryata tidak. Jadi joged porno itu dilakukan oknum-oknum tertentu, sehingga seolah-olah dari Buleleng,” katanya.

Lebih lanjut Gede Komang mengatakan, pihaknya kini menyusun strategi agar kesenian joged juga dipentaskan di sekolah-sekolah.

Selama ini joged identik dengan aktifitas di sanggar maupun sekaa. Sementara sekolah hanya memfasilitasi tari-tari yang bersifat pertunjukan, bukan pergaulan seperti joged.

Upaya itu diharapkan bisa mengenalkan pakem joged pada kalangan muda. “Kalau sudah di sekolah, kan anak-anak bisa tahu,

seperti apa joged yang patut dan seperti apa ngibing yang beretika. Kami ingin ini disampaikan dan masuk dalam kurikulum kesenian di sekolah,” tegasnya.

Ia berharap strategi itu bisa mengembalikan citra tari joged, yang kini identik dengan joged jaruh. Apabila kesan jaruh masih melekat,

dikhawatirkan UNESCO akan mencabut gelar WBTB yang telah disematkan pada tari joged beberapa tahun lalu.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/