29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:28 AM WIB

Ketua IDI Bali dr Suteja: dr Tirta Harus Jujur, Jangan Sepotong-Potong

Ketua IDI Bali dr. I Gede Putra Suteja dalam wawancara khusus dengan wartawan Jawa Pos Radar Bali menyangkal keras omongan dr Tirta usai sidang pledoi

kasus ujaran kebencian yang membelit front man SID, I Gede Aryastina alias JRX. Berikut wawancara dengan dr Suteja dengan format tanya jawab.

 

 

Apa benar pernyataan dr Tirta, bahwa Anda melarang dia menjadi saksi meringankan?

dr. Tirta juga harus jujur, jangan sepotong-potong memberikan informasi kepada publik. Ingat, apa yang Tirta bicarakan dengan saya dan beberapa pengurus IDI Bali di Kantor Sekretariat IDI Bali

pada awal Agustus? Di sana Tirta mempersilakan kami IDI Bali melanjutkan ke proses hukum. Tirta yang akan meng-counter di media sosial. Harus jujur, kita sama-sama sejawat.

 

Apa benar Anda menelepon dr Tirta sebelum Jerinx menjalani tuntutan?

Kalau masalah saya menelepon dr Tirta, saya memang ada menelponnya. Persis saya menelepon pada saat demo besar-besaran Omnibus Law di Jakarta.

Waktu itu saya bertanya, dr Tirta apakah jadi saksi meringankan? Dijawab oleh dr Tirta, oh, tidak.  Jawaban dr Tirta saat itu pada saya, tidak senior, masak saya ke Bali hanya urusan itu.

Tirta mengatakan tidak ada mengatakan akan sebagai saksi meringankan, tidak ada! Saya ini melapor berdasar perintah PB IDI dan perintah IDI cabang. Ini bukan masalah pribadi, ini masalah organisasi.

 

Berarti Anda tidak ada menekan dr Tirta?

Saya berani bersumpah, tidak ada. Apa sih kekuatan Suteja menekan seseorang agar tidak menjadi saksi meringankan. Mau mencabut izinnya, dia (Tirta) tidak praktik di Bali. Dia bukan anggota IDI Bali.

 

Lalu kenapa dr Tirta mengatakan Anda memintanya tidak menjadi saksi meringankan?

Sekali lagi, pertanyaan saya melalui telepon, apakah benar Tirta akan menjadi saksi meringankan? Dijawab, tidak dok, tidak senior.

Saya tidak lanjut lagi setelah dia mengatakan tidak menjadi saksi meringankan. Memang, saat itu saya ngomong agar kesejawatan (sesama dokter) kita terjaga.

 

Tanggapan Anda terhadap pernyataan JRX SID, bahwa Anda tidak satya wacana, karena antara di depan sidang dan di luar sidang berbeda?

Secara pribadi, saya memang tidak ingin memenjarakannya, tetapi karena tugas organisasi berdasar surat PB IDI dan permintaan cabang, ya saya jalankan (melapor).

Kalau ini berdampak hukum, kan bukan kekuatan saya mengintervensi penegak hukum. Secara pribadi dia (JRX) orang baik. Saya juga kasihan dengan dia.

 

Apakah benar Anda pemangku?

Saya orang biasa, saya bukan pemangku, bukan pemuka agama atau penekun spiritual. Saya orang biasa. Tapi, yang saya ucapkan di depan persidangan berdasar fakta.

 

Pertanyaan terakhir sebagai penegasan, benarkah Anda tidak pernah menekan dr. Tirta?

Menekan tidak ada, hanya saya bilang agar menjaga kesejawatan kita. Maka, saya katakan sebaiknya jangan. Itu saya katakan pada saat Tirta menyatakan tidak menjadi meringankan.

Sebaiknya kita jangan diadu sesama sejawatan (dokter). Saya hanya menjunjung etika profesi. Mari kita jujur mengedepankan kesejawatan, jangan diadu-adu masalah profesi. Mari peristiwa ini kita pakai pelajaran kita semua. 

Ketua IDI Bali dr. I Gede Putra Suteja dalam wawancara khusus dengan wartawan Jawa Pos Radar Bali menyangkal keras omongan dr Tirta usai sidang pledoi

kasus ujaran kebencian yang membelit front man SID, I Gede Aryastina alias JRX. Berikut wawancara dengan dr Suteja dengan format tanya jawab.

 

 

Apa benar pernyataan dr Tirta, bahwa Anda melarang dia menjadi saksi meringankan?

dr. Tirta juga harus jujur, jangan sepotong-potong memberikan informasi kepada publik. Ingat, apa yang Tirta bicarakan dengan saya dan beberapa pengurus IDI Bali di Kantor Sekretariat IDI Bali

pada awal Agustus? Di sana Tirta mempersilakan kami IDI Bali melanjutkan ke proses hukum. Tirta yang akan meng-counter di media sosial. Harus jujur, kita sama-sama sejawat.

 

Apa benar Anda menelepon dr Tirta sebelum Jerinx menjalani tuntutan?

Kalau masalah saya menelepon dr Tirta, saya memang ada menelponnya. Persis saya menelepon pada saat demo besar-besaran Omnibus Law di Jakarta.

Waktu itu saya bertanya, dr Tirta apakah jadi saksi meringankan? Dijawab oleh dr Tirta, oh, tidak.  Jawaban dr Tirta saat itu pada saya, tidak senior, masak saya ke Bali hanya urusan itu.

Tirta mengatakan tidak ada mengatakan akan sebagai saksi meringankan, tidak ada! Saya ini melapor berdasar perintah PB IDI dan perintah IDI cabang. Ini bukan masalah pribadi, ini masalah organisasi.

 

Berarti Anda tidak ada menekan dr Tirta?

Saya berani bersumpah, tidak ada. Apa sih kekuatan Suteja menekan seseorang agar tidak menjadi saksi meringankan. Mau mencabut izinnya, dia (Tirta) tidak praktik di Bali. Dia bukan anggota IDI Bali.

 

Lalu kenapa dr Tirta mengatakan Anda memintanya tidak menjadi saksi meringankan?

Sekali lagi, pertanyaan saya melalui telepon, apakah benar Tirta akan menjadi saksi meringankan? Dijawab, tidak dok, tidak senior.

Saya tidak lanjut lagi setelah dia mengatakan tidak menjadi saksi meringankan. Memang, saat itu saya ngomong agar kesejawatan (sesama dokter) kita terjaga.

 

Tanggapan Anda terhadap pernyataan JRX SID, bahwa Anda tidak satya wacana, karena antara di depan sidang dan di luar sidang berbeda?

Secara pribadi, saya memang tidak ingin memenjarakannya, tetapi karena tugas organisasi berdasar surat PB IDI dan permintaan cabang, ya saya jalankan (melapor).

Kalau ini berdampak hukum, kan bukan kekuatan saya mengintervensi penegak hukum. Secara pribadi dia (JRX) orang baik. Saya juga kasihan dengan dia.

 

Apakah benar Anda pemangku?

Saya orang biasa, saya bukan pemangku, bukan pemuka agama atau penekun spiritual. Saya orang biasa. Tapi, yang saya ucapkan di depan persidangan berdasar fakta.

 

Pertanyaan terakhir sebagai penegasan, benarkah Anda tidak pernah menekan dr. Tirta?

Menekan tidak ada, hanya saya bilang agar menjaga kesejawatan kita. Maka, saya katakan sebaiknya jangan. Itu saya katakan pada saat Tirta menyatakan tidak menjadi meringankan.

Sebaiknya kita jangan diadu sesama sejawatan (dokter). Saya hanya menjunjung etika profesi. Mari kita jujur mengedepankan kesejawatan, jangan diadu-adu masalah profesi. Mari peristiwa ini kita pakai pelajaran kita semua. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/