DENPASAR – Di tengah upaya pemberantasan teror sampai ke akar-akarnya, Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI –Polri juga digalang, ternyata seruan teror masih beredar hingga ke Bali.
Seruan aksi teror itu muncul dari buletin Al Fatihin edisi 10 beredar lewat media sosial (medsos) WhattsApp.
Buletin yang berupa portable document format (PDF) itu berisi 14 halaman. Buletin itu banyak sekali tulisan provokatif,
seruan untuk menggelar teror di mana saja, yang mereka sebut sebagai jihad dengan kalimat sarat bernada suku,agama,ras dan antargolongan (SARA).
Tidak hanya di Surabaya saja. Sumber Jawa Pos Radar Bali ini juga heran dengan sebaran PDF tersebut. “Kenapa PDF seruan macam itu bisa beredar luas di medsos? Kenapa tidak diacak atau distop? Itu tulisannya sangat berbahaya,” papar sumber Jawa Pos Radar Bali.
“Ini sepertinya mengindikasikan bahwa jaringan Jamaah Asharut Daulah (JAD) masih sangat aktif,” imbuh sumber tersebut.
Untuk diketahui, Al Fatihin dengan tata letak dan foto yang menarik yang beredar luas di Bali ini tak hanya membangga-banggakan
aksi teror mereka di Surabaya saja. Tapi juga menyampaikan seruan teror yang mereka istilahkan sebagai “serangan istisyhadi”.
Media yang menyebut diri sebagai “Surat Kabar Mingguan Berbahasa Indonesia, Diterbitkan Dari Daulah Islam” ini edisi terkininya tertanggal Senin 28 Sya’ban 1439 Hijriyah.
Dari keterangan yang didapat Jawa Pos Radar Bali, PDF buletin tersebut diterbitkan JAD yang kini jadi musuh bersama masyarakat Indonesia pasca serangan teror di Surabaya dan Pekanbaru, Riau.
Dirreskrimsus Polda Bali Kombes Anom, mengaku bahwa dia baru saja mendapatkan PDF itu.
Kombes Anom mengaku akan mempelajari dan melakukan penyelidikan untuk mencari tahu dari mana asal-usul buletin yang tersebar secara digital ini.
“Kami punya tim cyber, nanti akan ditelusuri dari mana asal usul majalah ini. Ya, nanti saya dan anggota pelajari dulu,” singkat mantan Kapolres Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.