DENPASAR – Aksi perampokan uang ATM Bank BCA yang dibawa kendaraan jasa pembawa uang PT Andalan di Jalan Bypass Ngurah Rai, Benoa, Kuta Selatan, Rabu (25/4) jelang Kamis (26/4) dini hari masih ditelusuri aparat kepolisian.
Tiga saksi korban masing-masing Mikael Bagu Koro, 24, security pengawalan; I Gede Mardika, 50, sopir, dan seorang staf PT Andalan bernama Komang Antony, 21, masih dimintai keterangan.
Selain itu, penyidik tengah mencari bukti petunjuk lainnya seperti rekaman CCTV, termasuk mengambil sidik jari di lokasi kejadian.
“Modusnya sama seperti perampokan mesin ATM di Balangan, yakni menyemprotkan gas air mata. Diduga pelaku lebih dari dua orang.
Selain saksi, kita juga masih kumpulkan bukti petunjuk. Intinya dalam kejadian tersebut tidak ada penembakan dan itu bukan senpi melainkan gas airmata,” ujar Kapolresta Kombes Hadi Purnomo.
Kombes Hadi sangat menyayangkan vendor PT Andalan yang bermarkas di Jalan Tukad Citarum, nekat melakukan pengisian pada malam hari.
Mirisnya, saat membawa uang dalam nominal banyak, tidak ada koordinasi dengan kepolisian dalam melakukan pengawalan.
“Saya sangat kecewa dengan pihak PT Andalan karena tidak meminta pengawalan dari kepolisian. Mereka ceroboh. Ya paling tidak koordinasi dengan Polisi, sedangkan mereka membawa uang sangat banyak,” kata Kombes Hadi.
Selain menyesalkan tidak ada koordinasi, kepolisian juga mempertanyakan perihal waktu pengisian menjelang dini hari.
Karena itu, kepolisian akan melakukan pemeriksaan terhadap rekanan alias vendor dari berbagai bank termasuk BCA ini.
Menurut dia, apakah pengisian uang atas permintaan waktu oleh pihak bank atau justru pihak vendor ini yang mengambil waktu pada malam hari.
Atas dasar itulah, kepolisian mempertanyakan keputusan PT Andalan itu, kenapa tidak melakukan pengisian pada siang hari.
Menurut dia, petugas kepolisian sudah mendatangi kantor vendor tersebut untuk memeriksa keterangan beberapa petinggi di kantor yang bermarkas di Jalan Tukad Citarum itu.
Sayangnya, hasilnya belum diketahui karena pemeriksaan sedang berlangsung. Dia berharap agar kejadian ini tidak terulang.
Karena itu kepolisian mengimbau kepada bank atau vendor untuk berkoordinasi dengan kepolisian dalam setiap transaksi yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.
Terkait dengan hal ini, Jawa Pos sudah berusaha konfirmasi ke PT tersebut namun beberapa kali ditelepon ke nomor HP milik saksi, namun yang angkat justru diduga saudaranya.
“Saudara saya masih di kantor polisi,” tuturnya singkat tanpa memberitahukan siapa namanya.