DENPASAR – Aksi demo sejumlah komponen Rakyat Bali (KRB) di Kantor DPD RI Perwakilan Bali yang berujung pemukulan kepada anggota DPD RI
Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa alias Arya Wedakarna (AWK) berkembang liar.
Pasalnya, AWK malah mempertanyakan masyarakat mana yang diwakili Sandi Murti, Puskorhindunesia, Swastika Bali, dan perwakilan masyarakat Nusa Penida yang datang ke kantornya.
“Mewakili rakyat Bali? Rakyat yang mana dulu?” tanyanya. Dipertegas masalah tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepadanya, AWK kembali menampik dan menegaskan dirinya tidak tahu sama sekali.
“Saya nggak paham apakah ini masalah viral video atau masalah kerja saya, tentang masalah macam-macam. Saya nggak ngerti. Makanya saya undang,” ungkapnya.
“Saya tidak tahu masalahnya. Karena kemarin tidak ada surat, tidak ada perihalnya apa. Tadi saya amati dari kantor saya di sebelah, aspirasinya nggak ngerti tentang apa.
Makanya kita buka pintu. Ayo dong tanya. Berbeda dengan ormas-ormas yang lain, dia mengirimkan daftar pertanyaan kepada saya dan saya lakukan itu kemarin
(mediasi dengan Ismaya, red) dan besok pun akan saya lakukan karena banyak organisasi yang akan bertemu dengan saya untuk dialog,” beber mantan cover boy majalah kenamaan ibu kota itu.
AWK menegaskan posisinya sebagai anggota DPD RI aktif yang dilindungi oleh UU MD3. AWK menyebut dirinya membuka pintu dialog.
“Sayang sekali yang dilakukan di tanah negara justru anggota DPD dianiaya oleh mereka yang katanya mewakili rakyat Bali. Kita akan serahkan ke proses hukum,” pungkasnya sembari
menyebut yang pihaknya laporkan adalah dugaan penghinaan dan penganiayaan. “Saya fokus visum dulu sesuai nasihat pihak kepolisian. Setelah itu saya akan laporkan ke Polda,” tegasnya.
Ditemui terpisah di kediamannya, Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta tak menampik kehadiran Sandhi Murti dan komponen umat Hindu lain ke Kantor DPD RI atas undangan AWK.
Meski demikian, Turah Harta- sapaan akrab I Gusti Ngurah Harta- mengaku pihaknya sengaja tidak menjalin dialog dengan sang senator.
“Kami memang tidak kasi anak-anak untuk dialog. Kami ke sana hanya ingin demo dan orasi supaya dia mendengarkan unek-unek masyarakat Bali.
Masyarakat Bali sangat tersinggung sekali dengan pelecehan-pelecehan terhadap simbol-simbol yang dipuja oleh masyarakat Bali,” ucapnya.
Turah menekankan pernyataan AWK dinilai merendahkan Ida Bhatara Dalem ring Nusa Penida yang merupakan sasuhunan masyarakat Hindu Bali.
Sosok yang sangat disucikan tersebut tegasnya disebut mahkluk oleh AWK. “Seperti Ratu Niang, Ratu Gede, Bhatara Sang Hyang Tohlangkir dihina dan itu menimbulkan
ketersinggungan yang luar biasa,” tandasnya sembil mengungkapkan bahwa gelombang demontrasi akan berlanjut karena dugaan penghinaan AWK telah dirapatkan komponen adat di Nusa Penida.
Merespons tuduhan tindakan anarkis yang dialamatkan kepada peserta aksi, Turah Harta menegaskan bahwa pihaknya terpancing provokasi atau tantangan yang disampaikan AWK.
“AWK datang dengan mengepalkan tangan. Maksudnya apa? Kalau dia melaporkan silakan. Kita akan tuntut kasus-kasus masa lalu AWK. Silakan dia visum diri. Tidak masalah. Kita akan hadapi.
Apapun kita akan hadapi. Kami tidak mau berdialog karena kami bukan kompromis,” rinci Turah Harta sembari mencontohkan mediasi antara AWK dan Ketut Ismaya
di Tampak Siring yang berakhir dengan dominasi oleh AWK tanpa memberikan kesempatan berbicara kepada pihak lain.
“Hanya dia saja yang ngomong. Yang diajak dialog tidak dikasi kesempatan ngomong. Kami tidak mau seperti itu,” bebernya.
Dikejar soal dugaan pemukulan, dengan santai Turah Harta menyebut hal itu terjadi karena pihaknya terpancing oleh kepalan tangan yang dipertontonkan AWK.
Tentang pernyataan AWK bahwa dirinya tidak tahu-menahu kenapa digeruduk massa, Turah Harta menilai sang senator dengan istilah manusia sakit.
Karena lupa dengan omongan sendiri, sang pinisepuh menyarankan AWK berobat di rumah sakit jiwa.
Video AWK melakukan penghinaan terhadap Ida Bhatara yang dipuja masyarakat Bali terangnya tersebar luas di media sosial.
AWK tegas Turah Harta harus minta maaf dan datang langsung ke Nusa Penida atas kesalahan besar yang dilakukannya. Untuk itu, Turah Harta mengatakan pihaknya siap mengantar langsung ke sana.
Sementara itu, Kapolsek Denpasar Timur Kompol I Nyoman Adiputra mengatakan pihaknya sudah berusaha mengamankan aksi.
Kompol Adiputra menyebut tidak ada izin dari para pendemo saat akan beraksi. “Bukan kecolongan. Kami sudah berusaha mengamankan kedua pihak, sampai akhirnya terjadi ketegangan,” beber Kapolsek.