32.8 C
Jakarta
21 November 2024, 15:18 PM WIB

Hadiri Pertemuan APEC MRT Ke-28, Mendag Lutfi Serukan Kembali ke Perdagangan

BANGKOK, radarbali.id– Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyerukan agar anggota APEC ‘Kembali ke  Perdagangan’  untuk  memperkuat  pertumbuhan  ekonomi  akibat dampak  pandemi  Covid-19  dan menghadapi  tantangan  geopolitik. Mendag  Lutfi  menekankan,  kerja  sama  antar ekonomi  menjadi  kunci pemulihan dunia.
Hal  ini  disampaikan  Mendag Lutfi saat menghadiri Pertemuan Tingkat MenteriAsia-Pacific  Economic Cooperation  (APEC) Ministers  Responsible  for  Trade(MRT),  ke-28  di  Bangkok,  Thailand.  Pertemuan  ini merupakan  pertemuan  fisik  pertama  selama dua  tahun  terakhir  akibat  pandemi  Covid-19.  Pertemuan digelar pada 21–22 Mei 2022 dan dihadiri para Menteri Perdagangandari21 anggota APEC.
“Kita  harus  kembali  ke  perdagangan,  kita  harus  kembali  ke  ekonomi,  kita  harus  kembali  ke  jalur pertumbuhan. Krisis  pandemi  Covid-19  mengajarkanbahwa  tanpa  kerja  sama  antarnegara,  tantangan dunia  yang  terus  berdatangan  akan  semakin  sulit  dibendung.  Artinya,  kerja  sama  antarekonomi  menjadi kunci  pemulihan  dunia. Perdagangan  adalah  tulang  punggung  kesejahteraan  dan  salah  satu  kunci perdamaian  dunia.  Untuk  mencapai  hal  tersebut,  APEC  harus  bersama-sama  sepakat  untuk  kembali kepada ekonomi demi perdamaian dan kesejahteraan dunia,” tegas Mendag Lutfi.
Menurut   Mendag   Lutfi, tantangan   geopolitik   turut   mewarnai Pertemuan   APEC   MRT   inikarena memberikan dampak signifikan bagi suplaiperdagangan global, harga komoditas, dan inflasi. Terlebih saat ini seluruh dunia masih berupaya untuk pulih dari krisis ekonomi akibatpandemi Covid-19.
“Krisis  pandemi  Covid-19  memberikan  tantangan  bagi  Indonesia. Pada  dua  tahun  terakhir  kami  berjuang keras untuk keluar darijebakan pendapatan kelas menengah(middle income trap),” ujar Mendag Lutfi.
Mendag Lutfimenjabarkanlangkah agar anggota APEC kembali fokus pada perdagangan dan peningkatan ekonomi  khususnya  di  kawasan  Asia  Pasifik.  Salah  satunya  melalui  pembahasan  mengenai  Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik/ Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).
“Sudah hampir  20  tahun  sejak  pertama  kali  pembahasan  FTAAP,  namun  masih  terdapat  perbedaan pandangan  di  antara  anggota  APEC  dalam  menentukan  arah  ke  depannya. Untukitu,  penting  untuk menyepakati pemahaman bersama agarmemberikan manfaat yang luas bagi perekonomian global,” ujar Mendag Lutfi.
Sementara  itu,untukpembahasan  sistem  perdagangan  multilateral,  Indonesia  menekankan  seluruh anggota  APEC agarmengupayakan  pengembalian fungsi  WTO  untuk  memperoleh  manfaat  dari  sistem perdagangan multilateral.
“Padapertemuan Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-12 (Ministerial Conference/MC-12) pada bulan Juni 2022   mendatang,   diperlukanupaya   global   untuk   memastikan   relevansi   WTO   dalam   menghadapi tantangan  yang tengah  dihadapi  dunia.  Langkah  pertama  yang  harus  dilakukan  adalah  membangun dialog upaya membangun sistem perdagangan multilateral yang berfungsi dengan baik diantara anggota APEC.  Kedua,  anggota  APEC  harus  memimpin  komitmen  memperkuat  sistem  perdagangan multilateral serta   menekankan   hasilkonkretdan   berarti   dari   pertemuan   MC-12   terutama   sistem   penyelesaian sengketa WTO yang kredibel,” jelas Mendag Lutfi.
Di tengah  kenaikan  harga  pangan  akibat  disrupsi  global, lanjut  Mendag  Lutfi, Indonesia  mendorong penyelesaian negosiasi pertanian dan pembentukan disiplin subsidi perikanan yang efektif sebagai solusi. Disiplin subsidi perikanan tersebut harus memastikan keseimbangan yang adil (level-playing-field).
Mendag  Lutfijuga  menegaskan  pentingnya  pernyataan  bersama  anggota  APEC  bagi  kesuksesan  hasil pertemuan  MC-12. Menurut Mendag  Lutfi,  saat  ini perlu  menjaga  relevansi  dan  integritas  APEC  untuk mendukung sistem perdagangan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
“APEC harus menyelesaikan setiap permasalahan dengan proporsional dan berimbang serta menekankan pentingnya  kelanjutan  kerja.  Untuk  itu,  Indonesia  mendorong  pencapaian  kesepakatan  bersama  Menteri Perdagangan  APEC  (MRT Statement)  untuk  menunjukkan  relevansi  dan  integritas  APEC  di  masa  krisis dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,”tutur Mendag Lutfi.
Namun, Mendag  Lutfi  juga menyayangkanPertemuan  Menteri  PerdaganganAPEC  tahun  ini  hanya menyepakati “APEC Chair’s Statement” karena belum berhasil menyepakati penyataanbersama  terkait penyelesaian isu geopolitik.
Sekilas tentang APEC
APEC  merupakan  forum  kerja  sama  21  Ekonomi  di lingkar  Samudera  Pasifik.  Kegiatan  utamanya  meliputi kerja  sama  perdagangan,  investasi,kerja  sama  ekonomi  lainnya untuk  mendorong  pertumbuhan,  serta peningkatan kesejahteraan di Kawasan Asia Pasifik.
Anggota  Ekonomi  APEC  terdiri  atas  Australia,  Brunei  Darussalam,  Filipina,Kanada,  Chile,  Tiongkok, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura,  Taiwan,  Thailand,  Amerika  Serikat,  dan  Vietnam.  Kerja  sama  APEC  bersifat  nonpolitisdan keputusan-keputusan yang dihasilkan seringkali tidak bersifat mengikat.
Pada  2021,  anggota  Ekonomi  APECmewakili  38  persen  penduduk  dunia  atau  2,9  miliar  jiwa,  47  persen perdagangan  global  atau  senilai  USD  24  triliun,  dan  61  persen  total  riil  GDP  dunia  atau  senilai  USD  53 triliun. Secara nilai, ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan peningkatan pada2021. Pada periode tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC sebesar USD 170,4 miliar. Nilai ininaik  44  persen  dibandingkan  tahun  2020  yang  tercatat  sebesar  USD  117,7  miliar.  Pada  periode  ini, surplus nilai perdagangan Indonesia-APEC mencapai USD 17,5 miliar. (rba/ken)

BANGKOK, radarbali.id– Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyerukan agar anggota APEC ‘Kembali ke  Perdagangan’  untuk  memperkuat  pertumbuhan  ekonomi  akibat dampak  pandemi  Covid-19  dan menghadapi  tantangan  geopolitik. Mendag  Lutfi  menekankan,  kerja  sama  antar ekonomi  menjadi  kunci pemulihan dunia.
Hal  ini  disampaikan  Mendag Lutfi saat menghadiri Pertemuan Tingkat MenteriAsia-Pacific  Economic Cooperation  (APEC) Ministers  Responsible  for  Trade(MRT),  ke-28  di  Bangkok,  Thailand.  Pertemuan  ini merupakan  pertemuan  fisik  pertama  selama dua  tahun  terakhir  akibat  pandemi  Covid-19.  Pertemuan digelar pada 21–22 Mei 2022 dan dihadiri para Menteri Perdagangandari21 anggota APEC.
“Kita  harus  kembali  ke  perdagangan,  kita  harus  kembali  ke  ekonomi,  kita  harus  kembali  ke  jalur pertumbuhan. Krisis  pandemi  Covid-19  mengajarkanbahwa  tanpa  kerja  sama  antarnegara,  tantangan dunia  yang  terus  berdatangan  akan  semakin  sulit  dibendung.  Artinya,  kerja  sama  antarekonomi  menjadi kunci  pemulihan  dunia. Perdagangan  adalah  tulang  punggung  kesejahteraan  dan  salah  satu  kunci perdamaian  dunia.  Untuk  mencapai  hal  tersebut,  APEC  harus  bersama-sama  sepakat  untuk  kembali kepada ekonomi demi perdamaian dan kesejahteraan dunia,” tegas Mendag Lutfi.
Menurut   Mendag   Lutfi, tantangan   geopolitik   turut   mewarnai Pertemuan   APEC   MRT   inikarena memberikan dampak signifikan bagi suplaiperdagangan global, harga komoditas, dan inflasi. Terlebih saat ini seluruh dunia masih berupaya untuk pulih dari krisis ekonomi akibatpandemi Covid-19.
“Krisis  pandemi  Covid-19  memberikan  tantangan  bagi  Indonesia. Pada  dua  tahun  terakhir  kami  berjuang keras untuk keluar darijebakan pendapatan kelas menengah(middle income trap),” ujar Mendag Lutfi.
Mendag Lutfimenjabarkanlangkah agar anggota APEC kembali fokus pada perdagangan dan peningkatan ekonomi  khususnya  di  kawasan  Asia  Pasifik.  Salah  satunya  melalui  pembahasan  mengenai  Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik/ Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).
“Sudah hampir  20  tahun  sejak  pertama  kali  pembahasan  FTAAP,  namun  masih  terdapat  perbedaan pandangan  di  antara  anggota  APEC  dalam  menentukan  arah  ke  depannya. Untukitu,  penting  untuk menyepakati pemahaman bersama agarmemberikan manfaat yang luas bagi perekonomian global,” ujar Mendag Lutfi.
Sementara  itu,untukpembahasan  sistem  perdagangan  multilateral,  Indonesia  menekankan  seluruh anggota  APEC agarmengupayakan  pengembalian fungsi  WTO  untuk  memperoleh  manfaat  dari  sistem perdagangan multilateral.
“Padapertemuan Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-12 (Ministerial Conference/MC-12) pada bulan Juni 2022   mendatang,   diperlukanupaya   global   untuk   memastikan   relevansi   WTO   dalam   menghadapi tantangan  yang tengah  dihadapi  dunia.  Langkah  pertama  yang  harus  dilakukan  adalah  membangun dialog upaya membangun sistem perdagangan multilateral yang berfungsi dengan baik diantara anggota APEC.  Kedua,  anggota  APEC  harus  memimpin  komitmen  memperkuat  sistem  perdagangan multilateral serta   menekankan   hasilkonkretdan   berarti   dari   pertemuan   MC-12   terutama   sistem   penyelesaian sengketa WTO yang kredibel,” jelas Mendag Lutfi.
Di tengah  kenaikan  harga  pangan  akibat  disrupsi  global, lanjut  Mendag  Lutfi, Indonesia  mendorong penyelesaian negosiasi pertanian dan pembentukan disiplin subsidi perikanan yang efektif sebagai solusi. Disiplin subsidi perikanan tersebut harus memastikan keseimbangan yang adil (level-playing-field).
Mendag  Lutfijuga  menegaskan  pentingnya  pernyataan  bersama  anggota  APEC  bagi  kesuksesan  hasil pertemuan  MC-12. Menurut Mendag  Lutfi,  saat  ini perlu  menjaga  relevansi  dan  integritas  APEC  untuk mendukung sistem perdagangan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
“APEC harus menyelesaikan setiap permasalahan dengan proporsional dan berimbang serta menekankan pentingnya  kelanjutan  kerja.  Untuk  itu,  Indonesia  mendorong  pencapaian  kesepakatan  bersama  Menteri Perdagangan  APEC  (MRT Statement)  untuk  menunjukkan  relevansi  dan  integritas  APEC  di  masa  krisis dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,”tutur Mendag Lutfi.
Namun, Mendag  Lutfi  juga menyayangkanPertemuan  Menteri  PerdaganganAPEC  tahun  ini  hanya menyepakati “APEC Chair’s Statement” karena belum berhasil menyepakati penyataanbersama  terkait penyelesaian isu geopolitik.
Sekilas tentang APEC
APEC  merupakan  forum  kerja  sama  21  Ekonomi  di lingkar  Samudera  Pasifik.  Kegiatan  utamanya  meliputi kerja  sama  perdagangan,  investasi,kerja  sama  ekonomi  lainnya untuk  mendorong  pertumbuhan,  serta peningkatan kesejahteraan di Kawasan Asia Pasifik.
Anggota  Ekonomi  APEC  terdiri  atas  Australia,  Brunei  Darussalam,  Filipina,Kanada,  Chile,  Tiongkok, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura,  Taiwan,  Thailand,  Amerika  Serikat,  dan  Vietnam.  Kerja  sama  APEC  bersifat  nonpolitisdan keputusan-keputusan yang dihasilkan seringkali tidak bersifat mengikat.
Pada  2021,  anggota  Ekonomi  APECmewakili  38  persen  penduduk  dunia  atau  2,9  miliar  jiwa,  47  persen perdagangan  global  atau  senilai  USD  24  triliun,  dan  61  persen  total  riil  GDP  dunia  atau  senilai  USD  53 triliun. Secara nilai, ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan peningkatan pada2021. Pada periode tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC sebesar USD 170,4 miliar. Nilai ininaik  44  persen  dibandingkan  tahun  2020  yang  tercatat  sebesar  USD  117,7  miliar.  Pada  periode  ini, surplus nilai perdagangan Indonesia-APEC mencapai USD 17,5 miliar. (rba/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/